Berita Internasional
Para Pemimpin ASEAN Bertemu di Australia, Tiongkok dan Myanmar Bakal Jadi Agenda Utama
Tiongkok yang semakin tegas dan krisis kemanusiaan di Myanmar kemungkinan menjadi agenda utama ketika para pemimpin Asia Tenggara bertemu di Australia
POS-KUPANG.COM - Sikap Tiongkok yang semakin tegas dan krisis kemanusiaan di Myanmar kemungkinan besar akan menjadi agenda utama ketika para pemimpin Asia Tenggara (ASEAN) bertemu di Australia untuk menghadiri pertemuan puncak yang jarang terjadi pada minggu ini.
KTT Khusus ASEAN-Australia yang dimulai di Melbourne pada hari Senin (4/3/2024) menandai 50 tahun sejak Australia menjadi mitra resmi pertama blok Asia.
Para pemimpin sembilan dari 10 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan akan menghadiri pertemuan puncak yang berlangsung selama tiga hari tersebut.
Myanmar tidak diikutsertakan dalam perwakilan politik karena kegagalannya membendung kekerasan di negara tersebut sejak junta militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021.
Diundang sebagai pengamat resmi ASEAN dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengundang rekannya dari Selandia Baru ke Melbourne untuk bertemu dengan para pemimpin regional tersebut.
“Australia memandang ASEAN sebagai pusat kawasan yang stabil, damai dan sejahtera,” kata Albanese dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
“Memperkuat hubungan kita memastikan kemakmuran dan keamanan bersama di masa depan,” tambahnya.
Baca juga: Tak Bicarakan Nasib Pilot Susi Air, Dubes Australia untuk Indonesia Puji Pembangunan di Papua
Australia pernah menjadi tuan rumah bagi para pemimpin ASEAN sebelumnya di Sydney pada tahun 2018. Para pemimpin tersebut mengeluarkan pernyataan bersama dengan negara tuan rumah yang menyerukan kode etik yang mencakup perairan Laut Cina Selatan yang disengketakan, di mana Tiongkok menjadi semakin tegas atas klaim teritorialnya yang bersaing dengan sejumlah negara ASEAN.
Australia dan Filipina, anggota ASEAN, melakukan patroli laut dan udara bersama di Laut Cina Selatan untuk pertama kalinya pada bulan November tahun lalu.
Pada bulan November juga, Australia mengusulkan kepada anggota ASEAN agar mereka menyatakan dalam pernyataan bersama di akhir KTT Melbourne bahwa mereka mendukung keputusan arbitrase tahun 2016 di Den Haag yang mendukung Filipina yang membatalkan klaim teritorial Beijing yang luas di Laut Cina Selatan, Australian Broadcasting Corp mengatakan pada bulan Desember. Tiongkok telah menolak keputusan itu.
Negara ASEAN lain yang klaim teritorialnya berkonflik dengan Tiongkok adalah Brunei, Malaysia, dan Vietnam.
Sikap Tiongkok yang semakin tegas di Laut Cina Selatan dan kekerasan di Myanmar menjadi puncak pertemuan para diplomat ASEAN pada bulan Januari di Laos, negara termiskin kelompok tersebut, yang telah mengambil alih kepemimpinan bergilir blok tersebut pada tahun ini.
Wakil direktur program Asia International Crisis Group Huong Le Thu, yang menghadiri pertemuan puncak di Australia, mengatakan ASEAN selalu terpecah mengenai cara mendekati Tiongkok, dengan masing-masing negara anggota menjaga hubungan bilateral yang unik dengan raksasa ekonomi tersebut.
“Saya tidak melihat kesamaan dari satu pendekatan dapat dilakukan. Mereka sedang mencari cara terbaik untuk mengelola asimetri kekuatan yang mereka alami dengan Tiongkok,” kata Le Thu.
Krisis kemanusiaan di Myanmar yang terjadi selama KTT ini menantang kredibilitas ASEAN sebagai sebuah organisasi, katanya.
Kisah Menarik dari Jepang yang Mulai Kewalahan karena Populasi Turun Drastis |
![]() |
---|
Hyundai Engineering Minta Maaf Atas Musibah Ambruknya Jembatan yang Tewaskan 4 Orang |
![]() |
---|
Bandara Turkiye Ditutup Selama 1 Jam Gara-gara Penampakan Benda Langit Diduga UFO |
![]() |
---|
Bus Masuk Jurang di Bolivia Menelan Korban Jiwa 30 Orang |
![]() |
---|
Istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi Melepas Status WNI Demi Jadi Caleg Jepang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.