Liputan Khusus

News Analysis Perebutan Suara DPD RI, Pengamat: Macan Ompong

Secara politik, kata dia, memang eksistensi anggota DPD RI khususnya NTT belum nampak secara signifikan.

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/H.O ANY TODA
Pengamat Politik Undana, Yohanes Jimmy Nami bersama host online news editor, Alfons Nedabang, Rabu, 13 Juli 2022 

El Asamau, yang namanya berada di urutan empat besar DPD NTT, mengatakan, dirinya tak mau takabur. Meski pun SiRekap sudah ada dan data internal pun sudah menunjukkan dirinya berada di empat besar anggota DPD NTT, namun hingga saat ini dia masih menunggu hasil pleno resmi KPU. 

"Kita masih menunggu hasil pleno resmi KPU meskipun SiRekap sudah ada dan bertahan di empat besar. Tapi data belum masuk semua sehingga kita masih mengawal walaupun dana internal. Saya posisi aman. Tapi saya tidak bisa mendahulu penyelenggara," kata El Asamau, melalui telepon genggamnya dari Alor, Senin (26/2).

Ditanya keoptimisannya, El Asamau mengaku optimis sebab, persebaran suaranya cukup merata di seluruh Provinsi NTT.

"Saya optimis karena persebaran suara kita cukup merata di seluruh NTT. Bahkan tempat-tempat yang tidak kita bayangkan, kita bisa mendapatkan suara disana sehingga akumulasinya membuat kita optimis. Semoga akhirnya kita bisa mendapat kabar baik nanti, terima kasih teman relawan dan masyarakt," kata El Asamau.

El Asamau mengatakan, sejak awal, dirinya telah memetakan mana daerah yang merupakan basisnya dan mana daerah yang bukan basis. Hal ini dilakukan agar sosialisasi kampanye berjalan optimal.

Dirincikan El Asamau, dia memetakan basisnya di Alor, sebagian di Pulau Timor, sebagian di Flores dan juga Sumba.

"Memang saya berkeliling di sana, tapi terus terang, kami tidak berharap lebih banyak di wilayah Sumba, tapi ternyata suara kami di Sumba cukup signifikan. Luar biasa, terimakasih yang sudah memilih," katanya.

 

Pakai Sepeda Motor

Selama berkampanye, El Asamau mengaku banyak tantangan yang dihadapi, khususnya saat proses sosialisasi menemui masyarakat di berbagai daerah. Dengan menggunakan sepeda motor yang merupakan 'sumbangan' relawan di daerah yang dikunjunginya, El Asamau berupaya menjangkau masyarakat hingga daerah terpencil selama delapan bulan.

"Saya turun langsung kampanye menggunakan sepeda motor. Hal ini sangat sulit dilakukan mengingat topografi di NTT luar biasa. Melewati gunung, lembah, lompat lewat laut, sungai, jadi tatangan," kata El Asamau.

Tapi hal menarik saat proses sosialisasi, kata El Asamau, yakni saat bertemu masyarakat di berbagai tempat.

"Saya bisa mendengar langsung aspirasi masyarakat, belajar dari mereka, menatap apa yang jadi kebutuhan di sana, khsusunya di tempat terisolir," kata El Asamau.

Tiga unit sepeda motor yang digunakan El Asamau dalam proses sosialisasi itu adalah sumbangan relawan di berbagai daerah. Misalnya, di wilayah Sumba dia diberi pinjaman sepeda motor Yamaha KLX. Di wialyah Flores dia dipinjamkan sepeda motor Mega Pro, dan sepeda motor Lexi dikendarainya saat berada di Pulau Timor dan sepeda motor beat menemainya selama di Sabu Raijua.

Terkait dana kampanye, El Asamau mengatakan, dana kampanye dari gerakan Rp 5.000, berhasil tekumpul Rp 32 jutaan, dan dana pribadinya Rp 10.000.000, semua dana terpakai. Dari dana kampanye sumbangan masyarakat tersebut, El Asamau sangat berterima kasih kepada masyarakat, khususnya orang muda. Pesannya untuk anak muda, kalau masuk dunia politik, yang cukup menantang itu adalah tentang biaya yang tidak mudah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved