Opini
Romantis Versus MSG: Memberi Pancing atau Ikan
Mereka yang turut mengambil bagian dalam makan bersama itu yang disebut Romantis alias rombongan makan gratis.
Cerdas menempatkan personel yang mesti dengan cermat pula mendata warga
bangsa yang terakumulasi dalam tiga kategori penerima anggaran MSG sebanyak Rp 400 triliun.
Kita ingat beberapa banyak pejabat pemerintah yang menginap di hotel pordeo yang terindikasi mengerat dana bansos. Bukankah hal ini terjadi karena salah urus?
Hal berikut yakni pejabat yang mesti memiliki hati nurani. Berhati nurani di sini sebagai kesadaran moral” atau “pengetahuan moral.”
Hati nurani bereaksi saat tindakan, perbuatan dan perkataan seseorang sesuai atau bertentangan dengan sebuah standar mengenai benar dan salah. Hati nurani merupakan penghayatan tentang baik buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret kita.
Jika tidak memiliki, bukan tidak mungkin akan menambah deretan penghuni hotel pordeo karena salah urus dana MSG.
Potensi Risiko MSG
Mesti diakui MSG sangat berdampak bagi tumbuh kembang seorang anak. MSG berkontribusi bagi pertumbuhan fisik anak. Hal yang berati pula mengatasi masalah stunting yang menjadi masalah kronis.
Pemberian MSG telah pula dilaksanakan di berbagai negara.Terbukti di beberapa negara jika MSG dapat meningkatkan kesehatan juga akdemis siswa.
Menurut sebuah laporan dari Global Child Nutrition Foundation (GCNF) berjudul School Meal Programs Around the World: Results from the 2021 Global Survey of School Meal Programs.
Laporan ini menunjukkan bahwa, dari 139 negara yang disurvei, 125 di antaranya memiliki setidaknya satu program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan sekolah menengah.
(https://theconversation.com/cek-fakta-benarkah-76-negara-punya-program-makan-siang-dan-susu-gratis-untuk-anak-sekolah-219913, dibaca pada 15/02/2024, pkl.11.26).
Dijelaskan bahwa dari sisi geografis, proporsi penerima program makan di sekolah di Amerika Latin/Karibia mencapai 55 persen, lalu Eropa, Asia Tengah, Amerika Utara (44 persen); Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik (26 persen); dan Afrika Sub-Sahara (26 persen).
Angka ini menunjukkan proporsi siswa di negara berpendapatan tinggi lebih tinggi dibanding siswa di negara berpendapatan rendah dan menengah.
Meskipun begitu, ada pula riset yang menunjukkan kekhawatiran potensi risiko kesehatan terhadap makanan gratis.
Sebuah penelitian di Stanford menyoroti bahan kimia beracun dari makanan-makan tertentu dari pabrik.
Selain itu, penyertaan makanan ultra-proses (makanan dari pabrik yang melalui banyak tahap pengolahan) dalam makanan sekolah telah dikaitkan dengan penyakit kronis seperti obesitas dan penyakit kardiovaskular.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.