Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 11 Februari 2024, "Tiga Langkah Agar Doa Dikabulkan Allah"

Seorang yang sakit kusta mengajar kita soal seni doa permohonan ini dan disposisi batin yang harus dimiliki dalam berdoa, khususnya doa permohonan.

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Ilustrasi berdoa 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik Minggu 11 Februari 2023 ditulis dari Chris Surinono, O.C.D.

Renungan Harian Katolik ini berjudul "Tiga Langkah Agar Doa Dikabulkan Allah".

bacaan injil diambil dari Injil Markus 1:40-45. Berikut isi renungannya. 

Setiap kita pasti ingin kalau permohonan kita dikabulkan. Dikabul atau tidaknya satu permohonan, bukan hanya bergantung pada kemurahan hati pemberi, namun yang penting adalah cara meminta dan disposisi batin dari pemohon itu sendiri.

Seorang yang sakit kusta mengajar kita soal seni doa permohonan ini dan disposisi batin yang harus dimiliki dalam berdoa, khususnya doa permohonan. Kita bisa belajar darinya tentang ini.

Perikop Injil Markus, 1: 40-45 dibuka dengan kalimat ini: Sekali peristiwa seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, sambil berlutut dihadapan Yesus ia memohon bantuan-Nya, katanya, Kalau engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.

Kalimat ini terdapat gema dan pesan dari yang sakit kusta ini tentang langkah dan disposisi hati agar doa-doa kita bisa dikabulkan.

Pertama adalah sadar atas kebutuhan diri dan tahu bahwa ada yang bisa membantu. Kesadaran atas diri disini bukan hanya soal kondisi fisik yang sedang sakit, tapi tahu bahwa Allah yang menciptkan diri ini akan sangat bisa membebaskan tubuh ini dari belenggu. “…yang sakit kusta datang kepada Yesus”.

St. Teresa dari Avila  katakan bahwa dalam berdoa sangat penting kita menyadari siapa diri kita yang sedang berdoa atau berkata-kata dengan Allah ini.

Kita manusia, mahluk terbatas, pendosa dan rapuh, namun disisi lain, perlu juga sadar bahwa kita disanyang Tuhan secara tak terbatas. Dua hal ini sangat perlu ketika kita masuk dalam berdialog dengan Tuhan.

Kedua, terdapat dalam kalimat ini: “sambil berlutut dihadapan Yesus, ia memohon bantuan-Nya”. Tidak sulit untuk kita mengenal suasana batin orang ini. Berlutut adalah ungkapan kerendahan hati; siap menerima apa pun yang diberikan. Mustahil tindakan fisik berlutut ini, tanpa ada rendah hati. Artinya, karena ia rendah hati, maka ia berlutut dihadapan Yesus.

Rendah hati orang kusta ini diperlihatkan dengan kesediaannya untuk membuka hati, siap sedia menerima tanpa menuntut, dan tanpa mendikte apa pun kepada Allah. St. Teresa dari Avila katakan bahwa rendah hati adalah dasar dari segala kebajikan lainnya.

Rendah hati adalah daya tarik yang bisa menurunkan Tuhan kedalam hati. Rendah hati adalah ruang hati dimana Allah berdiam. Dimana ada kerendahan hati, disitu ada Tuhan. Dimana ada Tuhan, disitu ada segala macam jalan keluar.

Dimana ada rendah hati, lebih dari setengah dari persoalan hidup sudah teratasi. Rendah hati adalah obat mujarab dari segala sakit kepala dan sakit hati. Datang kepada Tuhan dan berdoalah dengan rendah hati, karena kebajikan ini dapat membuat Allah tergerak hati-Nya oleh belas kasihan.

Ketiga terdapat dalam kalimat ini: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”. Doa adalah membiarkan agar kehendak Allah terjadi, bukan apa yang kita mau, meski kita menyadari diri dan sudah rendah hati. Ini adalah ekspresi iman.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved