Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 4 Februari 2024, Mengalami Allah yang Rahim
memberi kekuatan kalau sedang patah semangat dan putus asa, mencerahkan hati dan budi kalau sedang menghadapi banyak persoalan dan kesulitan.
POS-KUPANG - Renungan Harian Katolik Minggu 4 Februari 2024 dengan judul Mengalami Allah yang Rahim.
Renungan Harian Katolik Minggu 4 Februari 2024 dengan judul Mengalami Allah yang Rahim ditulis oleh Pater Chris Surinono, O.C.D dan mengacu dalam Bacaan Injil: Markus: 1: 29-39
Lewat bacaan Liturgi Hari Minggu ini, Gereja mengajak kita untuk mengalami Allah yang rahim.Perikop Injil Markus yang dibacakan memberi kita gambaran lengkap dan mendalam soal Allah yang peduli dengan manusia.
Gerak fisik Yesus mulai keluar dari rumah ibadat terus ke rumah Ibu mertua Simon, dan menyembuhkan banyak orang yang menderita, lalu kembali mengajar dalam rumah-rumah ibadat, memberi pesan spiritual yang menarik dan sangat mendalam soal Allah yang peduli.
Dari perikop ini kita bisa dapat tiga pesan. Pesan Pertama: adalah soal peralihan pusat keselamatan. Perikop dibuka dengan kalimat ini: “Sekeluarnya dari rumah ibadat... Rumah ibadat, bagi masyarakat pada masa Yesus, adalah tempat sentral untuk segala-galanya: untuk berdoa, mendengar pengajaran tentang hukum Allah, dll. Segala dan semuanya harus dan berawal di tempat ini. Jauh dari rumah ibadat, berarti jauh dari Allah, jauh dari keselamatan.
Namun dengan kehadiran Yesus, dan tindakan penyembuhan yang dibuat menjadi simbol nyata bahwa sekarang Yesus lah yang menjadi pusat segala-galanya. Ada peralihan dari tempat, gedung fisik yang kaku, beralih ke pribadi, yang dinamis dan hidup, yakni Yesus Kristus. Jadi tidak lagi jauh dari rumah ibadat, berarti jauh dari keselamatan, tapi jauh dari Yesus, berarti jauh dari keselamatan.
Pesan kedua adalah soal inti ajaran keselamatan. Dalam rumah-rumah ibadat diajarakn soal hukum dan pengadilan Allah. Hukum Allah tertulis secara terperinci dengan ganjaran dan hukuman yang akan didapatkan oleh mereka yang mentaatinya. Artinya, semakin hukum Allah ditaati dan dipratekkan, semakin orang itu mendapat ganjaran dari Allah.
Bagi St. Markus, dengan kehadiran Yesus, hukum tidak lagi tertulis dalam kitab-kitab, dibacakan dan dijelaskan, tapi hukum itu adalah Kristus sendiri. Artinya, hukum tertulis sudah diganti dengan hukum hidup. Hukum tertulis itu satu arah, kaku, tanpa ruang diskusi dan peduli.Tak ada unsur cinta yang membebaskan.
Sebaliknya, dalam hukum Hidup, terdadat ruang dialog dan komunikasi antara Allah dan manusia dalam dan melalui Yesus Kristus sendiri. Ada ruang cinta kasih, yangadalah Allah sendiri.
Pesan ketiga adalah ada peralihan inti ajaran Allah. Kita pinjam kata-kata St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus,dari Allah hakim ke Allah yang rahim. Allah yang diwartakan Yesus, bukan lagi Allah yang siap memberi ganjaran bagi yang setia dan taat hukum Allah; bukan Allah yang jauh tak terjangkau, tapi Allah yang mencari, dan mendekati manusia; Allah yang rahim, yakni Allah yang mendatangkan kerahiman-Nya bagi semua orang tanpa kecuali.
Kerahiman Allah yang berlimpah ruah itu diperlihatkan dalam tindakan Yesus menyembuhkan Ibu mertua Simon dan banyak orang lain lagi. Kita bisa baca bagaimana St. Markus secara rinci menguraikan gerak fisik Yesus dalam menyembuhkan Ibu mertua Simon.
Ada tiga kata kerja yang digunakan untuk menjelaskan inti ajaran kerahiman Allah bagi manusia: mendekati, memegang tangan dan membangunkan. Tiga tindakan ini adalah gerak fisik Allah Tritunggal Maha Kudus yang keluar dari diri-Nya untuk menjumpai manusia.
St. Yohanes dari Salib menjelaskan dalam bukunya, Nyala Cinta, bahwa Allah Bapa itu adalah tangan yang datang mendekati manusia, Yesus Kristus adalah tangan yang memegang manusia dan Roh Kudus adalah kehangatan yang dihasilkan oleh tangan itu.
Jadi penyembuhan atau keselamatan itu bukan dikerjakan oleh Yesus saja, tapi oleh Allah Tritunggal.
Artinya, Allah Bapa selalu prihatin dan peduli dengan kondisi manusia. Ia akan dan terus mendekati kita setiap saat. Kita minta atau pun tidak. Ia akan selalu mendekati kita, apalagi kalau dimohonkan dalam doa-doa. Itu saja tidak cukup. Yesus datang. Ia tidak hanya melihat dari jauh, tapi pegang tangan, beri kekuatan, salurkan berkat, menyakinkan kita bahwa ada Allah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.