Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 4 Pebruari 2024, IA Mengusir Setan di Rumah Ibadat
ia memberitahu Yesus tentang keadaan mertuanya. Lalu Yesus sendiri pergi ke tempat perempuan itu, memegang tangannya
Rumah ibadat sebagai tempat menjalankan praktek kultus keagamaan ternyata tidak steril dari setan. Bahkan setan berada di sana, dan merasuki orang-orang yang ada di sana. Keyakinan tradisional yang menggambarkan tempat setan yang keramat dan menakutkan dan angker ternyata meleset jauh. Setan ternyata berada dalam rumah ibadat.
Rumah ibadat sebagai tempat praktek sebuah Agama dijalankan, biasanya semata-mata diidentikan dengan Yang Kudus. Namun dalam kenyataan praktek agama sendiri tercampur dan berbaur dengan pelbagai bentuk kepentingan hidup manusia.
Ternyata rumah ibadat serta praktek-praktek agama yang dijalankan tidak dengan sendirinya kudus. Setiap praktek agama memuat banyak hal yang tidak selamanya kudus.
Karena semuanya dijalankan oleh manusia yang lemah. Segala bentuk idolatria, pendewaaan terhadap kekuasaan duniawi, pemujaan terhadap ego manusia.
Pemberitaan Injil dan pengusiran setan dari rumah ibadat menunjukkan sekaligus bahwa setan selalu bekerja pada titik lemah manusia. Tapi otoritas Yesus sebagai Putera Allah yang ada di situ tidak bisa ditaklukan olehSetan. IA berkuasa atas setan.
Dengan cara ini juga Yesus memperkenalkan watak kekuasaanNya. Kekuasaan yang diperkenalkanNya berbeda jauh dari apa yang dikejar oleh dunia. Kalau dunia berusaha mendapatkan kekuasaan atas semua hal, atas semua orang dan atas semua barang, maka IA sebaliknya.
IA tidak tertarik untuk merebut kehormatan dan keuntungan bagi diriNya. IA melayani agar semua yang IA layani berkembang dan bertumbuh.
IA tidak berusaha merebut kehormatan dan pujian bagi diriNya. IA tidak menghukum manusia untuk mencintaiNya. Karena IA adalah Tuhan dan Tuhan adalah kasih. Kasih selalu cukup.
Di hari-hari ini banyak pihak mengingatkan agar agama jangan dipolitisasi. Sementara itu politik sendiri hanya dilihat sebagai sarana kekuasaan. Sementara kekuasaan semata-mata dipahami sebagai sarana pemuasan kehendak manusia untuk berkuasa.
Karena keinginan manusia untuk berkuasa itu tidak terbatas. Sementara dunia ini terbatas. Maka dalam keterbatasan itu seseorang bisa jadi serakah. Dalam keserakahan itu semua hal, termasuk agama bisa disalah gunakan. karena kekuasaan dapat menjadi madat yang membuat manusia lupa.
Sisi ini merupakan kelemahan manusiawi kita semua. Tuhan pasti memaklumi. Dan sebagaimana IA menyembuhkan sakit dan kelemahan manusia serta mengusir setan dari rumah ibadat, demikian pula kelemahan manusiawi kita ini akan disembuhkanNya asal kita datang padaNya.
Kita datang padaNya bukan cuma karena IA seorang tabib. IA juga bukan sekedar seorang sakti pembuat mujizat yang sanggup mengusir setan
Demikian Yesus sendiri berusaha selalu menghindar dari anggapan ini. Tapi kita memandangNYA dan datang padaNya, karena Dia adalah Tuhan, yang dapat memenuhi pencarian hati umat manusia.
“Laksana rusa mendamba air sungai, jiwa kami merindukan Dikau Ya, Tuhan,…” (bdk. Mz. 42.2-6)(*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.