Liputan Khusus

Lipsus - Siswa di Posko Pengungsian Lewotobi Rindu Belajar di Kelas

Dua siswi SDI Jongwolor Boru, dan SDK Bawalatang di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang itu sulit memecahkan tugas matematika di posko pengungsian.

|
Editor: Ryan Nong
POS KUPANG/PAUL KABELEN
Siswa Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Flotim, belajar di tenda darurat yang diletakkan di samping halaman SMP Negeri 1 Wulanggitang, Flores Timur, Selasa (30/1). 

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Yufinti Bogin Rotan (11) dan Maria Nona Futa (12) tampak mengerutkan jidat di depan lembaran kertas putih bertuliskan angka-angka.

Dua siswi SDI Jongwolor, Desa Boru, dan SDK Bawalatang di Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang itu sulit memecahkan tugas matematika di posko pengungsian SMPN 1 Wulanggitang.

Ada belasan pelajar tingkat dasar belajar secara berkelompok di teras pengungsian. Mereka meletakkan buku dan bolpoin pada meja kecil, lalu mengerjakan tugas dari relawan guru SDK Kemiri.

Baca juga: Tinjau Lokasi Terdampak Erupsi Lewotobi Laki-Laki, Kepala BNPB Tambah Dukungan DSP 250 Juta

Hari itu, Jumat (19/1), Yufinti dan Maria menyebutkan, setiap hari para siswa mengikuti kelas belajar darurat dari pukul 07.00 Wita sampai 10.00 Wita.

Tiga jam mengenyam ilmu membuat mereka bingung dan sulit menyerap materi. Kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi kurang efektif.

"Belajar hanya beberapa jam saja, rasanya kurang senang karena tidak nyaman. Materi sangat singkat dan kami sulit mengerjakan tugas," katanya saat ditemui wartawan.

Kerinduan belajar dalam ruang kelas dengan pakaian seragam, membawa tas sekolah, dan berjumpa dengan guru belum terwujud karena masih dalam situasi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang hingga kini berstatus Level IV (Awas).

Anak-anak usia sekolah merasa belajar dalam kegelisahan erupsi gunung yang hingga kini belum kondusif.

Penjabat Bupati Flores Timur, Doris Alexander Rihi kembali memperpanjang Surat Keputusan (SK) tanggap darurat hingga 24 Januari 2024.

"Kami rindu belajar di dalam kelas. Di kelas beda, guru ajar langsung praktek, kalau di sini hanya kasih tugas satu nomor langsung kerja, kami jenuh," ungkap Yufinti yang saat ini duduk di bangku kelas VI SDK Bawalatang.

Sementara orang tua siswa, Paulina Penu Rotan (32), mengatakan alat belajar yang paling dibutuhkan yaitu buku bacaan dan alat tulis. Terkadang, para siswa belajar dengan satu buku sehingga mereka saling berebutan.

Meski begitu, Paulina sedikit legah karena ada relawan guru selalu memberikan perhatian untuk anak-anak di posko pengungsian, meski dengan fasilitas seadanya.

"Yang paling dibutuhkan itu alat tulis, buku untuk baca, dengan materi yang lebih banyak," katanya.

 

Mendapat Dampingan Trauma Healing

Puluhan bocah tertawa lepas di serambi pengungsian SMP Negeri 1 Wulanggitang di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Jumat 19 Januari 2024 siang.

Halaman sekolah dengan luas belasan meter persegi yang dikelilingi tembok permanen itu menjadi tempat belajar dan bermain para anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Selain bernyanyi dan belajar bersama para guru perempuan di tenda darurat, anak-anak PAUD juga mendapatkan trauma healing dari relawan Sahabat Padri Markus Solo Kwuta, SVD.

Mereka diberikan kesempatan menceritakan pengalaman dan mengucapkan terima kasih kepada misionaris asal Ile Bura yang saat ini menjadi penasihat Paus di Vatikan.

"Terima kasih Padri Markus Solo Kwuta," ucap para bocah usia di bawah lima tahun di tenda belajar dan berlantai terpal biru itu.

Selain trauma healing, relawan kemanusiaan untuk korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki berstatus Level IV (Awas) itu menyalurkan bantuan berupa alat tulis bagi anak-anak PAUD. Salah satu anggota Sahabat Padri Markus Solo Kwuta, Nikolaus Nara, mengatakan anak usia sekolah harus terus disentuh agar mereka tidak larut dalam kegelisahan.

"Kami lebih fokus pada edukasi healing. Kami juga beri bantuan dalam bentuk alat peraga, buku-buku dan perlengkapan. Ini dari sahabat Pater Markus," ujarnya.

Bantuan kemanusiaan itu berasal dari sahabat sang misionari di seluruh penjuru negeri, lalu dikirim ke relawan asal Ile Bura untuk meringankan beban korban terdampak.

Pihaknya sudah mengunjungi sejumlah posko, termasuk ribuan pengungsi di Desa Konga, Kecamatan Titehena. Ia berharap kepada Pemerintah Daerah setempat agar selalu memberikan perhatian secara berkelanjutan.

Relawan kemanusiaan untuk erupsi Gunung Lewotobi terus memberikan trauma healing bagi anak-anak agar mengobati traumatis akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Trauma healing kepada anak-anak pengungsi itu diberikan oleh relawan Padri Markus Solo Kwuta, Satgas Trauma Healing Polres Flotim, PGRI Flotim, TB Mawar Merona, Puan Indonesia, serta IMM Universitas Muhammadiyah dan Mapala Universitas Muhammadiyah Maumere.

Anggota Satgas Trauma Healing Polres Flores Timur, Bripka Bibiana Oda Maran, mengatakan anak-anak terhibur saat mereka melakukan pendampingan untuk menyembuhkan trauma akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

"Ada hasil yang luar biasa, anak-anak merasa terhibur. Aura mereka ceria sekali, apa lagi ketika kami bermain sambil bernyanyi lalu buat teka-teki," ujarnya.

Menurutnya, gangguan psikologis yang paling terasa adalah disorientasi lingkungan karena anak-anak baru pertama mengalami bencana erupsi. Banyak dari mereka jenuh karena tidur berdesakan dan belajar secara darurat.

Bibiana menerangkan, pihaknya menerapkan permainan bernuansa pembelajaran humanis, motivasi, dan menyenangkan agar anak-anak tetap semangat belajar.

"Ada permainan teka-teki, ular tangga, dan bernyanyi lagu-lagu semangat dan ada juga lagu berjudul rindu rumah. Lagu ini bikin mereka terharu," ucapnya.

 

Siapkan tenda khusus

Pengamat Pendidikan dari Undana Kupang, Marselus Robot, mengatakan pentingnya metode belajar yang menggembirakan untuk mendukung proses pemulihan psikokogis pelajar. "Pendidikan-pendidikan yang dikonversikan sedemikian rupa dengan metode bermain sambil belajar atau bermain untuk belajar," katanya.

Melalui metode itu, termasuk trauma healing yang dilakukan di posko pengungsian saat ini, akan mengembalikan gairah belajar sekaligus mengikis trauma akibat erupsi gunung yang dapat memicu petaka psikologis.

Menurut Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran healing harus terus berlanjut, termasuk menyediakan tenda-tenda khusus agar tidak terjadi penumpukan siswa dalam satu ruangan.

"Harus ada tenda khusus yang dimanfaatkan khusus untuk anak-anak sekolah. Selanjutnya terapkan metode belajar yang keren dan bisa buat mereka terhibur," ujarnya.

Pantauan Pos Kupang, Senin (29/1), dua unit tenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali didirikan setelah ambruk diterjang angin kencang. Tenda warna putih dengan perkiraan belasan meter persegi itu dipasang di halaman depan SDK Kemiri di Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang.

 

Salurkan Alat Tulis

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Flotim, Avelina Manggota Hallan, mengatakan sejumlah bantuan alat tulis menulis sudah disalurkan ke siswa terdampak erupsi Gunung Lewotobi.

"Kita sudah salurkan alat tulis menulis ke semua posko pengungsian, ada buku, pulpen, dan alat mewarnai," katanya.

Ia mengatakan, saat ini bantuan dari pihak ketiga terus mengalir, termasuk untuk urusan pendidikan anak sekolah. Pihaknya juga punya cadangan stok bantuan pendidikan yang akan disalurkan beberapa waktu ke depan.

Avelina menuturkan, pihaknya belum bisa melakukan pendataan kerusakan materiil di sekolah-sekolah terdampak abu vulkanik karena belum masuk dalam masa pemulihan.

Meski status Gunung Lewotobi sudah turun status dari Level IV (Awas) ke Level III (Siaga), namun pendataan kerusakan dan kerugian untuk menjadi nota pertimbangan belum dilakukan lantaran banyak fasilitas umum berada dalam peta zona merah atau bahaya erupsi.

"Sekarang ini belum. Meski sudah turun ke Siaga, tapi pendataan kerusakaannya akan kami lakukan saat masa pemulihan," jelasnya.

 

Apresiasi PKO Flotim

Anggota DPRD Flores Timur, Ignasius Boli Uran, memberikan apresiasi kepada Dinas PKO Flotim yang cepat mencari solusi untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar (KBM) siswa terdampak erupsi.

Salah satu kebijakan itu, jelas Ignasius, adalah koordinasi efektif dengan Dinas PKO Sikka untuk memberikan ruang belajar bagi siawa yang ikut orang tua mengungsi ke desa-desa perbatasan Flores Timur-Sikka.

"Komisi C mengapresiasi Dinas PKO Flotim yang membangun koordinasi dengan sekolah-sekolah tempat pengungsi berada, sampai ke perbatasan untuk keberlangsungan pendidikan," katanya, Senin (29/1).

Ignasius juga mengpresiasi para guru yang terdampak bencana tapi tetap menerapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa bangkit dari situasi psikologis akibat erupsi yang berkepanjangan. (cr6/cr4)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved