Berita Lembata
Lihat Pelestarian Tanaman Leye, Wisatawan Eropa Kunjungi Desa Hoelea Lembata
Setidaknya, ada 8 orang Eropa yang datang untuk melihat langsung tradisi warganya melestarikan tanaman leye secara turun temurun.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Pelestarian benih pangan leye atau jali-jali di Desa Hoelea II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata ternyata menarik minat wisatawan asing dari Eropa.
Sekelompok wisatawan ini datang ke Desa Hoelea II secara bergelombang untuk melihat pelestarian benih lokal tersebut sekaligus menikmati keindahan kampung adat di sana.
Kepala Desa Hoelea II Yosep Payong, mengaku, para wisatawan itu datang pada 2023 lalu.
Setidaknya, ada 8 orang Eropa yang datang untuk melihat langsung tradisi warganya melestarikan tanaman leye secara turun temurun.
Selain menikmati leye dan beragam olahannya, mereka juga berkesempatan mengunjungi situs kampung lama masyarakat Desa Hoelea.
Yosep mengatakan pemerintah desa sudah mengadakan 500 bibit lokal leye untuk dibagikan kepada masyarakat yang selama ini menganggap leye jadi bagian dari tradisi masyarakat Hoelea.
“Setelah ditanam lalu diolah untuk konsumsi rumah tangga. Pemerintah desa juga beli tanaman leye dari Masyarakat,” kata Yosep saat ditemui di Kantor LSM Yaspensel di aula Dekenat Lembata, Jumat, 26 Januari 2024.
Tak hanya mengkonsumsi leye dalam bentuknya yang tradisional. Pemerintah dan masyarakat juga selama ini mengolah tanaman tersebut menjadi kopi, sereal, kue dan olahan pangan lainnya.
Pemerintah desa juga membuat skema pasar tersendiri untuk melestarikan leye. Menurut Yosep, pemerintah desa akan membeli hasil panen leye dari masyarakat dengan harga Rp 10 ribu per kilogram.
Hasil panen dari masyarakat ini yang akan diolah menjadi beragam produk olahan pangan dari leye. Olahan pangan ini yang akan dijual sebagai panganan khas dari Desa Hoelea II.
Baca juga: Desa Tapobali dan Hoelea II di Lembata Layak Jadi Kampung Iklim Kementerian Lingkungan Hidup
“Ini untuk melestarikan leye atau jali-jali ini,” tambahnya.
Yosep Payong juga menyambut baik aktivitas anak muda melestarikan leye ini di kampungnya.
“Anak muda memberi dampak positif terhadap masyarakat karena anak memberikan dampak bagi masyarakat di desa. Anak muda juga membantu mengkampanyekan pangan ini,” katanya.
Yohanes Payong, tokoh muda Desa Hoelea II, menambahkan, pada dasarnya, leye biasa dikonsumsi masyarakat. Lebihnya akan diolah sebagai salah satu alternatif pendapatan masyarakat.
“Masyarakat bisa konsumsi. Kalau ada lebih diolah untuk dijual. Dikonsumsi karena urus adat jadi di suku tertentu saja yang konsumsi,” ujar Yohanes. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Karang Taruna Gandeng Pemdes Laranwutun - Lembata Gelar Festival Budaya |
![]() |
---|
Konsolnas Refleksi Peran Perempuan Pengawas Pemilu, Wujudkan Dengan Inklusif dan Demokratis |
![]() |
---|
KPU Lembata Raih Penghargaan Terbaik Nasional Pengelolaan Pendaftaran dan Pencalonan Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Sjamsul Hadi Dinilai Mampu Menggerakkan Program Kesadaran Berbudaya Lokal di NTT |
![]() |
---|
Petani Salak di Desa Meluwiting, Kembali Tanam 2000 Anakan Salak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.