Berita NTT
Prihatin Bobot Sapi Lintas Pulau Terus Menyusut, Dosen di NTT Ciptakan Formulasi Konsentrat Lokal
Pelet khusus ternak sapi yang merupakan terobosan baru itu terbuat dari formulasi konsentrat berbahan baku lokal yang murah dan mudah diperoleh.
Pembuatan formulasi pakan ternak sapi berbentuk pelet ini merupakan Program Matching Fund dari Ditjen Pendidikan Vokasi yang menggalang kerjasama dengan Politeknik Pertanian Negeri Kupang dengan mitra peternakan sapi di Amarasi, Kabupaten Kupang.
Bahan-bahan yang digunakan juga sederhana seperti daun Lamtoro, Marungga yang tersedia dan melipah di NTT.
Aholiab menjelasakan, selain melibatkan mahasiswa khususnya dari Program Studi Teknologi Pakan Ternak dan Program Studi Pengelolaan Agribisnis sebagai bagian dari pembelajaran mereka, riset tersebut juga melibatkan 4 dosen lainnya dengan latar belakang pendidikan berbeda, sehingga mereka juga mampu memproduksi komponen hingga merakit mesin produksi pakan ternak berupa pelet.
Adapun uji coba pakan dengan menggunakan pelet tersebut baru dilakukan di Kecamatan Amarasi melalui Program Matching Fund dari Ditjen Pendidikan Vokasi dengan kerjasama antara mitra dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang dengan peternakan sapi.
Pihak Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud menyediakan mesin pelet yang kemudian dirancang kembali oleh tim dosen.
Tim tersebut terdiri dari lima anggota tim dengan tugas dengan latar belakang pendidikan masing-masing. Aholiab Aoetpah bertanggung jawab untuk pakan ternak, Ferdi Fallo di bidang sosial ekonomi, Goris Batafor khusus kegiatan perdagangan antar-pulau, Musa Banunaek untuk penyuluhan yang memberikan pemahaman kepada peternak sapi untuk mengadopsi teknologi pelettersebut, serta Jemseng Abineno bagian mekanisasi pertanian yang bertanggung jawab memproduksi komponen hingga merakit mesin produksi pakan ternak pelet.
"Kegiatan itu juga merupakan bagian dari pembelajaran mahasiswa karena kita ada mata kuliah mekanisasi pertanian yang belajar tentang produksi alat-alat pertanian,” jelas Aholiab.
Ia mengakui meskipun hasil dari uji coba menggunakan pakan pelet perubahan bobot sapi data lengkapnya belum diperoleh karena keterlambatan dalam proses produksi pelet, namun dalam waktu singkat dari hasil uji coba dilapangan selama 5 hari menggunakan ransum formola pakan pelet, bobot sapi mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan menggunakan pakan jerami jagung dan lamtoro.
Hasil riset ini mendapatkan respon positif dari kelompok ternak di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang.
"Kemarin kita melibatkan 10 orang mahasiswa dari Program Studi Teknologi Pakan Ternak (TPT) dan 13 orang dari Prodi Pengelolaan Agribisnis turun ke sana pelihara sapi ini tapi karena pelet belum ada mereka menggunakan pola peternakan biasa dengan pola pemberian pakan jerami jagung dan lamtoro kemudian 5 hari terakhir baru gunakan pelet sehingga bobot badan pengiriman itu menggunakan gabungan antara jerami pola biasa dan menggunakan pelet sehingga belum bisa dipastikan data pastinya akan diketahui setelah uji coba berat bobot sapi setelah selesai proses pengiriman antar pulau," kata Aholiab.
Lebih lanjut Ia menjelaskan sistem uji coba pola pemberian pakan yang dilakukan bersama mitra peternak sapi di Kabupaten Kupang diberlakukan untuk 28 ekor sapi yang dibagi dalam 4 kelompok sapi. Dari hasil uji coba itu, diperoleh perbedaan drastis bobot sapi jika dibandingkan dengan kelompok sapi yang diberikan pakan konvensional dan kelompok sapi yang diberikan pakan berupa pelet.
"Kalau yang diuji coba bersama mitra peternakan ada 28 ekor untuk memenuhi syarat kaidah ilmiah, jadi ada 4 perlakuan dan 7 ulangan. Kami rencana awal 5 perlakukan 10 ulangan sehingga sapi yang digunakan 50 ekor hanya disesuaikan dengan kesiapan sapi mitra, bahwa dari 30 ekor yang disiapkan, kami menggunakan 28 ekor. Jadi 4 perlakukan 7 ulangan," kata Aholiab Aoetpah.
Perlakukan tersebut yakni jumlah pelet yang diberikan sebanyak 7 ekor, pada kelompok pertama tidak diberikan pelet, kelompok kedua 7 ekor sapi yang diberikan 0,5 persen bobot badan, serta kelompok ketiga 7 ekor sapi dengan pelet seberat 1 persen bobot badan, dan kelompok terakhir 1,5 persen bobot badan.
"Harapan kami kelompok ke 4 yaitu pemberian pelet 1,5 persen, pertambahan bobot badan akan lebih tinggi. Dengan melihat perkembangan itu para peternak menyarankan jumlahnya ditingkatkan bahkan mereka menyesal kenapa penggunakan pakan ini tidak dimulai sejak awal dengan jumlah yang lebih banyak lagi?” pungkasnya.
Setelah melewati uji coba, inovasi ini kemudian akan disosialisasikan kepada pemerintah dan masyarakat setempat. Prospeknya ke depan pakan pelet ini dapat dimanfaatkan oleh peternak sapi di NTT namun untuk proses awalnya, masih fokus pada kebutuhan pakan sapi pengiriman antar pulau.
Ia berharap dengan pemanfaatan teknologi pembuatan pakan konsentrat sapi ini dapat membantu peternak di NTT pada masa mendatang.
"Harapan kita setelah melakukan uji coba pemanfaatan pakan pelet ini untuk pengiriman sapi lintas pulau peternak tidak lagi alami kerugian akibat penyusutan bobot sapi kita harapkan tetap bahkan bobot sapi bertambah". (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.