Parodi Situasi

Caleg Lewotobi

Penerbangan terganggu pada awal Januari lalu. Kini meletus lagi dan mengganggu lagi. Pengungsi pun kian hari kian bertambah.

|
Editor: Dion DB Putra
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
Pemandangan Gunung Lewotobi Laki-laki saat malam hari. Gambar diambil dari Desa Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur. 

Oleh Maria Matildis Banda

POS-KUPANG.COM - Gunung Lewotobi di Flores Timur meletus. Debu vulkaniknya tersebar hampir ke seluruh wilayah Flores.

Penerbangan terganggu pada awal Januari lalu. Kini meletus lagi dan mengganggu lagi. Pengungsi pun kian hari kian bertambah untuk menyelamatkan diri dari berbagai ancaman Lewotobi ini.

***

“Kenapa bisa meletus? Pasti ada sesuatu yang terjadi,” kata Rara menduga-duga.

“Apa misalnya?” tanya Jaki.

“Cemburu,” jawab Rara enteng. “Laki-laki jaman sekarang tukang cemburu, gampang marah, dan meledak-ledak seperti Lewotobi.”

“Bicara sembarang kamu,” Jaki tertawa.

“Lewotobi Laki-Laki marah,” kata Rara dengan tegas. “Dia cemburu kepada Lewotobi perempuan. Konon Lewotobi Perempuan selingkuh. Si laki-laki tidak dapat berbuat apa-apa selain marah dan memuntahkan debu vulkanik dan nyala api yang terus menyinari puncaknya.”

“Selingkuh sama siapa?”
“Mungkin selingkuh dengan Gunung Wongge atau Gunung Iya di Ende, Gunung Ebu Lobo di Bajawa, atau mungkin saja cemburu dengan Gunung Agung di Bali atau Gunung Rinjani di Lombok,” Rara tertawa.

“Memang beda zaman. Cemburu buta. Ini pasti gara-gara iklim politik yang sedang panas.”

***

“Apa hubungannya?” Nona Mia menyambung. “Gunung, iklim politik, selingkuh. Duh, kamu ini benar-benar kompor sumbuh pendek, kelebihan minyak, tinggal tunggu kapan membuat ledakan!”

“Serius nih Nona Mia,” sambung Rara. “Pasti gara-gara cemburu,” Rara tertawa.
“Kamu yang cemburu sama Benza? Karena Nona Mia jatuh cintanya sama Benza, bukan sama kamu,” Jaki pun tertawa membuat Rara salah tingkah.
“Hei, coba serius,” kata Benza.

“Lewotobi meletus alias erupsi. Banyak pengungsi. Warga terdampak mesti menjauh sampai radius empat kilo meter dari pusat letusan. Banyak pengungsi itu sama artinya dengan banyak derita. Banyak susah di sana. Ibu-ibu dan anak-anak menderita. Mari kita berupaya mencari bantuan. Mari kita turun tangan membantu mereka secara langsung maupun
tak langsung.”

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved