Berita Sumba Timur
Kisah Bocah Empat Tahun Korban Digigit Anjing Bukan Rabies di Sumba Timur
hingga saat ini belum ditemukan, dan penentuan gejala rabies harus melalui uji laboratorium yang berkompeten.
Penulis: Mutiara Christin Melany | Editor: Rosalina Woso
Yustiani menambahkan, terkait anjing yang menggigit warga tersebut tidak ditemukan gejala apapun yang mengarah pada Rabies.
Baca juga: Antisipasi Varian Baru Covid-19, Dinkes Sumba Timur Imbau Nakes Wajib Masker
"Anjing tersebut tidak ada ciri yang mengarah pada Rabies karena anjing tersebut tidak takut cahaya, tidak mengeluarkan liur berlebihan, tidak bertindak agresif, serta tidak susah makan dan minum, sebab anjing tersebut biasanya dipakai oleh pemiliknya untuk berburu babi hutan," jelas Yustiani.
Pasca menggigit bocah empat tahun itu, pemilik anjing tersebut langsung menyembelih anjing kemudian membagikan dagingnya dan memasaknya lalu makan bersama dengan para tetangga termasuk keluarga bocah itu.
"Anjing tersebut sudah dipotong, dan dagingnya dimasak, lalu makan bersama dengan para tetangga setempat, dan hingga saat ini Tim Kesehatan Puskesmas Mangili terus melakukan pemantauan namun tidak ada gejala apapun yang mengarah pada rabies dan penyakit lainnya," ujar Yustiani.
Belum ada Laporan
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Timur, drh. Octovianus Samuel U. B. Rundi yang dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, mengatakan hingga saat ini kasus rabies belum ada laporan.
Pihaknya juga membenarkan ada kasus gigitan anjing di wilayah Kecamatan Pahunga Lodu yang ditangani oleh Puskesmas Mangili, namun dari gejalanya hanya gigitan anjing biasa dan bukan rabies.
"Itu kasus gigitan anjing yang umum, dan bukan mengarah pada rabies, hanya kekhawatiran berlebihan dari masyarakat dan kasusnya sudah ditindaklanjuti secara medis," ungkap Samuel.
Pihak dinas juga menyayangkan anjing yang menggigit anak empat tahun itu langsung dipotong kemudian dimakan bersama-sama, namun bersyukur tidak ada gejala apapun yang ditimbulkan.
Terkait kasus rabies di Sumba Timur, hingga saat ini belum ditemukan, dan penentuan gejala rabies harus melalui uji laboratorium yang berkompeten.
"Di Sumba Timur, banyak masyarakat yang memelihara anjing secara tradisional, di wilayah pedesaan, anjing dipakai untuk berburu babi hutan, dan hingga saat ini belum ada laporan dari masyarakat terkait anjing dengan gejala rabies atau sejenisnya," tambah Samuel.
Pihaknya juga meminta kepada masyarakat agar memperhatikan ternaknya khususnya hewan anjing jika ditemukan gejala aneh atau mengarah pada rabies agar segera melaporkan kepada petugas faskes terdekat atau penyuluh peternakan setempat. (zee)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.