Bocah di Ngada Terbakar

Bocah di Ngada Korban Ledakan Meriam Bambu Akhirnya Meninggal Dunia

Sebelumnya Rikardus Fono sempat dirawat di RUSD Bajawa sejak 25 Desember 2023, dirujuk dari Puskesmas Koeloda, Kecamatan Golewa

|
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/ORIS GOTI
DIRAWAT- Rikardus Fono (10) bocah laki - laki asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada dijaga oleh ibunya, Maria Goreti Mogi, saat masih dirawat di ICU RUSD Bajawa.  

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti

POS-KUPANG.COM, BAJAWA - Rikardus Fono (10) bocah laki - laki asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, yang mengalami luka bakar di sekucur tubuh akibat terkena api dari ledakan meriam bambu meninggal dunia, Jumat 29 Desember 2023 atau sehari setelah dirinya keluar dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Sebelumnya Rikardus Fono sempat dirawat di RUSD Bajawa sejak 25 Desember 2023, dirujuk dari Puskesmas Koeloda, Kecamatan Golewa.

Karena tidak mampu membiayai pengobatan, pada 27 Desember 2023, pihak keluarga memutuskan Rikardus Fono keluar dari RSUD Bajawa dan memilih pengobatan tradisional. Rikardus Fono kemudian meninggal dunia pada Jumat 29 Desember 2023.

Angelina Mogi, pihak keluarga yang sempat berupaya menggalang donasi untuk pengobatan membenarkan bahwa Rikardus Fono telah meninggal dunia.

Sebelumnya diberitakan, Feligius Nika, kakak kandung Rikardus pada Kamis 28 Desember 2023, membenarkan bahwa Rikardus Fono telah keluar dari RSUD Bajawa sejak kemarin, 27 Desember 2023.

"Kami sudah keluar dari RUSD mau rawat di luar," ujar Feligius.

Baca juga: Bocah di Ngada yang Terbakar Ledakan Meriam Bambu Tak Punya KIS

Baca juga: Tak Mampu Biayai Pengobatan Bocah yang Terbakar Ledakan Meriam Bambu Keluar dari RSUD Bajawa 

Menurut Feligius, keluarga telah bersepakat untuk mencari pengobatan tradisional karena mereka tidak mampu membiayai pengobatan di RUSD Bajawa.

"Baru beberapa hari ini saja di rumah sakit sudah habis enam juta rupiah. Kami tidak mampu untuk biayai lagi ke depan, jadi kami pilih rawat di luar saja," ujar Feligius.

Feligius menuturkan, Rikardus memang tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan keluarga besar.

Mempertimbangkan waktu pengobatan di RUSD Bajawa yang bisa sampai sebulan dengan kondisi keuangan, keluarga bersepakat untuk menempuh pengobatan tradisional.

Feligius menuturkan, Rikardus Fono merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Watuwula.

Sementara ibu mereka, Maria Goreti Mogi, adalah seorang petani berjuang sendiri. "Mama juga sekarang sakit - sakit," ujar Feligius.

Baca juga: Bocah di Ngada Terbakar Akibat Ledakan Meriam Bambu, Keluarga Kesulitan Biaya Pengobatan

Feligius mengatakan, Rikardus meski masih duduk di bangku SD namun sangat peduli dengan kondisi keluarga terutama ibunya.

Setiap Sabtu, saat hari pasar di Malanuza, Rikardus biasanya mendorong gerobak barang untuk membatu ekonomi keluarga.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved