Bocah di Ngada Terbakar

Tak Mampu Biayai Pengobatan Bocah yang Terbakar Ledakan Meriam Bambu Keluar dari RSUD Bajawa 

Rikardus memang tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan keluarga besar.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/LAUS MARKUS GOTI
KAKAK KANDUNG - Feligius Nika, Kakak kandung Rikardus Fono berharap ada uluran tangan membatu biaya pengobatan Rikardus yang terbakar akibat terkena api dari ledakan meriam bambu di Kampung Golokoa, Malanuza, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Selasa 26 Desember 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti

POS-KUPANG.COM, BAJAWA - Rikardus Fono (10), bocah laki - laki asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, yang mengalami luka bakar di sekucur tubuh akibat terkena api dari ledakan meriam bambu dikabarkan telah keluar dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bajawa.

Rikardus sebelumnya sempat dirawat di RUSD Bajawa sejak 25 Desember pasca dirujuk dari Puskesmas Koeloda, Kecamatan Golewa. Rikardus dirujuk ke RUSD Bajawa karena luka bakar yang dialami, parah.

Feligius Nika, kakak kandung Rikardus yang dihubungi POS-KUPANG.COM, Kamis 28 Desember 2023, membenarkan bahwa Rikardus Fono telah keluar dari RSUD Bajawa sejak kemarin, 27 Desember 2023. "Kami sudah keluar dari RUSD mau rawat di luar," ujar Feligius.

Menurut Feligius, keluarga telah bersepakat untuk mencari pengobatan tradisional karena mereka tidak mampu membiayai pengobatan di RUSD Bajawa.

Baca juga: Anggota Banser NU Sebut Perayaan Malam Natal di Gereja Paroki MBC Bajawa Ngada Hikmat

"Baru beberapa hari ini saja di rumah sakit sudah habis enam juta rupiah. Kami tidak mampu untuk biayai lagi ke depan, jadi kami pilih rawat di luar saja," ujar Feligius.

Feligius menuturkan, Rikardus memang tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan keluarga besar.

Mempertimbangkan waktu pengobatan di RUSD Bajawa yang bisa sampai sebulan dengan kondisi keuangan, keluarga bersepakat untuk menempuh pengobatan tradisional.

Feligius menuturkan, Rikardus Fono merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Watuwula. Sementara ibu mereka, Maria Goreti Mogi, adalah seorang petani berjuang sendiri. "Mama juga sekarang sakit - sakit," ujar Feligius.

Feligius mengatakan, Rikardus meski masih duduk di bangku SD namun sangat peduli dengan kondisi keluarga terutama ibunya. Setiap Sabtu, saat hari pasar di Malanuza, Rikardus biasanya mendorong gerobak barang untuk membatu ekonomi keluarga.

Menyadari kondisi yang dihadapi keluarga saat ini, Feligius berharap ada uluran tangan dari pihak mana saja yang berkenan membantu biaya pengobatan Rikardus. "Semoga ada yang bisa bantu kami," harapnya. 

Meriam bambu masih marak  meski tergolong berbahaya, permainan meriam bambu masih marak di wilayah Kabupaten Ngada. Meriam bambu kerap dimainkan jelang dan saat perayaan Natal dan Tahun Baru seperti sekarang ini.

Pantauan POS-KUPANG.COM, di Kota Bajawa, dua minggu sebelum perayaan Natal bunyi meriam terdengar dari berbagai arah. Kebanyakan yang bermain meriam adalah anak - anak dan remaja.

Baca juga: Anggota Banser NU Sebut Perayaan Malam Natal di Gereja Paroki MBC Bajawa Ngada Hikmat

Kasie Humas Polres Ngada, Iptu Sukandar yang dihubungi POS-KUPANG.COM,  menerangkan, Polres Ngada melalui Bhabinkamtibmas sudah mensosialisasikan kepada masyarakat agar menghindari permainan berbahaya termasuk meriam bambu. Polres Ngada juga tengah mendalami kejadian di Kampung Kolokoa. 

Sebelumnya diberitakan POS-KUPANG.COM, Seorang bocah laki - laki di Kampung Golokoa, Malanuza, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) terbakar, diduga akibat terkena api dari ledakan meriam bambu.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved