Berita Flores Timur

Muda Tuan, Ritual Memandikan Patung Bayi Yesus di Kapela Tuan Meninu Larantuka

Ada pula pohon Natal dari botol plastik berdiri megah di pinggir jalan protokoler wilayah Amagarapati.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/PAUL KABELEN
KAPELA - Kapela Tuan Meninu di Kota Rowido, Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Paul Kabelen

POS-KUPANG.COM, LARANTUKA - Umat katolik di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi NTT, selalu menantikan ritual 'Mandi Tuan' yang digelar sehari sebelum perayaan Natal 25 Desember 2023.

Ritual adat Mandi Tuan biasanya terjadi setiap tanggal 24 Desember dan hanya ada di Kapela Tuan Meninu, Kota Rowido, Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka.

Mandi Tuan yang artinya memandikan Patung Bayi Yesus Kristus itu dipimpin oleh garis keturunan Qinta Besa yaitu suku Fernandez, penguasa kampung di sana.

Qinta Besa mempercayakan suku Nalele mencari buah kelapa hijau untuk memandikan patung sang juru selamat. Ada pantangan saat memetik dan memotong buah tersebut.

Baca juga: PGRI Flores Timur Berikan Award Kategori Komunikatif Kepada Penjabat Bupati Flotim Doris Rihi

Turunan Kelima Qinta Besa, Petrus Musu Fernandez, mengatakan buah kelapa harus dibawa dalam keadaan utuh dan tidak boleh menyentuh tanah.

Petrus menerangkan, pemotongan buah kelapa hanya menggunakan parang khusus yang selalu disimpan dalam Kapela Tuan Meninu. Parang itu menjadi benda pusaka sejak turun temurun.

"Satu hari sebelum ritual atau tanggal 23 Desember, suku Nalele cari kelapa hijau. Potong juga pakai parang khusus, tidak boleh bawa parang dari rumah," katanya, Selasa, 19 Desember 2023.

Agenda keagamaan bercampur adat itu sudah berlangsung ratusan tahun. Patung-patung sakral, termasuk Patung Bayi Yesus sudah ada sejak tahun 1600 silam, saat bangsa Portugis datang dengan Kapal Zaramboga.

Atribut-atribut itu menjadi benda religius katolik sesuai dengan ajaran para misionaris barat masa silam, selain patung Tuan Ma (Bunda Maria) yang punya hikayat panjang yang dikenal dunia dengan tradisi Semana Santa atau Hari Bae Nagi.

"Mandi Tuan sudah ada sejak nenek moyang dan hanya ada di Kapela Tuan Meninu," katanya di atas tempat duduk sederhana di halaman rumahnya.

Baca juga: Murni Musibah, Keluarga Terima Kematian Bocah 2 Tahun Terbakar Api di Purang Mese Manggarai Timur

Petrus menerangkan, setelah suku Nalele menjalankan kewajibannya memetik buah kelapa hijau, Patung Bayi Yesus kemudian dimandikan oleh sejumlah perempuan lanjut usia (lansia).

Sekitar enam sampai delapan orang yang bertugas membasuh patung sakral. Air kelapa hijau itu akan dibagikan kepada umat katolik di Larantuka, termasuk peziarah atau wisatawan luar daerah.

"Iya, ada kelompok yang terdiri dari mama-mama tua (lansia). Tidak boleh anak muda," tutur Petrus.

Selama memandikan bayi Yesus, pintu Kapela Tuan Meninu akan ditutup serapat mungkin dengan 'Sempirang' yang bahannya dari tripleks. Sebab Mandi Tuan bukan tontonan manusia dengan mata telanjang.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved