Berita Sumba Timur
Kementan Kembangkan Predator Alami Atasi Belalang Kembara di Sumba
Pengendalian hama belalang kembara di Sumba Timur sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mulai dari monitoring, pengendalian, dan evaluasi.
Penulis: Mutiara Christin Melany | Editor: Alfons Nedabang
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, WAINGAPU - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian bersama Food and Agriculture Organization (FAO) serta Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan evaluasi terhadap penanganan belalang kembara di Pulau Sumba.
Kegiatan evaluasi di Gedung Nasional Tipuk Umbu Marisi dihadiri perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangam dari empat kabupaten daratan Sumba, 22 camat di Sumba Timur selaku tim Satgas Pengendalian Hama Belalang.
Ketua Kelompok Substansi Pengendalian OPT Serelia Direktorat Tanaman Pangan, Gandhi Purnama menjelaskan pengendalian hama belalang kembara di Sumba Timur sudah dilakukan sejak tiga bulan lalu, mulai dari monitoring, pengendalian, dan evaluasi.
Hasil pengendaliannya dimonitoring, dan harus terus dilakukan secara terus-menerus dengan pola pengendalian hama belalang yang sudah ditetapkan.
"Kami juga telah memiliki rekam data secara kualitatif dan kualitatif, sehingga penanganan lanjutan harus terus melakukan monitoring, pengendalian, dan evaluasi di lapangan yang dipantau secara langsung oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat," ungkap Gandhi Purnama.
Baca juga: Tanda Tangan MoU dan PKS, Empat Kabupaten se-Daratan Sumba Nyatakan Perang Terhadap Belalang Kembara
Terkait langkah antisipasi terhadap perkembangan hama belalang kembara, untuk pengendalian jangka pendek berupa pemenuhan logistik pestisida, namun sifatnya hanya sementara untuk beberapa bulan kedepan.
Sedangkan penanganan jangka panjang, berdasarkan pemaparan dari Peneliti Pertanian UGM, maka akan memperbanyak predator alami.
"Predator alami seperti burung endemik lokal yang dapat memakan hama belalang kembara, maka harus mendapat perlindungan hukum berupa peraturan daerah/bupati, sehingga butuh peran serta masyarakat larangan bagi masyarakat tidak berburu hewan burung, atau memperbanyak tanaman yang dapat membunuh hama belalang," tambah Gandhi Purnama.
Selain itu, ada harapan baru hasil penelitian Pertanian UGM terhadap tanaman cendawan atau jamur Metharizium yang dapat mengendalikan hama belalang secara alami dalam jangka panjang sehingga lebih ramah lingkungan.
"Jamur Metharizium tersebut masih dalam tahap pengujian, sehingga apabila berhasil maka akan dikembangbiakkan, setelah itu jamur Metharizium akan disebarkan dengan cara disemprot pada padang savana, dan secara alami akan membasmi hama belalang kembara," tuturnya.
Kadis Pertanian dan Pangan Kabupaten Sumba Timur, Nicolas Pangandara mengatakan bahwa kegiatan evaluasi penanganan belalang kembara bukan saja melibatkan penyuluh pertanian di lapangan, semua OPT, serta partipasi masyarakat yang telah bekerjasama menyukseskan pengendalian hama belalang kembara.
Nico menambahkan, pihaknya juga mengundang Camat dari 22 Kecamatan selaku Ketua Tim Satgas bersama Sekretarisnya, BP3K, sehingga saat kegiatan pengendalian dapat mengkoordinir semua tim Satgas Kecamatan bersama semua masyarakat untuk bergerak mengendalikan hama belalang kembara secara massal.
Baca juga: Antisipasi Penyebaran Belalang Kembara, Pemkab Sumba Timur Jamin Pangan Tersedia dan Terjangkau
Terkait kebijakan Pemkab Sumba Timur, terus melakukan pengamatan terhadap perkembangan hama belalang kembara, dan jika ditemukan maka langsung merespon cepat dengan gerakan pengendalian hama belalang secara masif.
Pihaknya juga bersyukur telah ada Penandatanganan MoU dan Perjanjian Kerjasama antar Empat Kepala Dinas Pertanian se-daratan Sumba, agar jika muncul hama belalang kembara, maka segera informasi dan antisipasi di wilayah perbatasan dibantu dengan Brigade Pengendalian Hama dari Dinas Pertanian dan Pangan Sumba Timur agar segera mengatasinya dalam waktu singkat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.