Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 14 Desember 2023, Hendaklah Ia Mendengar

Pemimpin biara Karmelit itu kagum dengan cara hidupnya yang saleh itu. Ia juga tahu bahwa Yohanes sangat pandai

Editor: Edi Hayong
DOK. POS-KUPANG.COM
RENUNGAN -Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul : Hendaklah Ia Mendengar. 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ini ditulis Bruder Pio Hayon SVD mengangkat judul : Hendaklah Ia Mendengar.

Renungan Harian Bruder Pio Hayon SVD pada hari Kamis Pekan Adventus II PW. Sto. Yohanes dari Salib merujuk pada Bacaan I: Yes. 41: 13-20, Injil : Mat. 11: 11-15

Berikut ini teks lengkap renungan Bruder Pio Hayon SVD

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Mendengar adalah salah satu dari 4 skill dasar dalam berbahasa sebagai manusia yakni melihat, mendengar, membaca, menulis. Ke empat skill ini akan berhubungan satu dengan yang lainnya.

Untuk skill mendengar akan bisa terjadi ada dua bentuk yakni mendengar dengan aktif dan yang kedua adalah mendengar dengan pasif. Kedua-duanya sama-sama mendengar tetapi perbedaannya terletak pada yang aktif dan pasif.

Yang pasif berarti hanya mendengar saja dan jiwanya pasih saja sedangkan aktif berarti mendengar dengan jiwa yang aktif yakni mendengar dengan penuh perhatian.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Kita kembali disuguhkan dengan inispirasi dari kedua bacaan hari ini. Dan gereja juga memperingati Santo Yohanes dari Salib seorang pujangga gereja. Yohanes dari Salib lahir di Spanyol pada tahun 1542 dari keluarga miskin.

Ia menjadi pelayan di rumah sakit Medina. Pada usia 21 tahun ia diterima sebagai anggota awam biara Karmelit. Di situ ia menata hidup rohaninya dengan tekun berdoa dan bermatiraga.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 14 Desember 2023, Tunduk Merendah Melaksanakan Firman-Nya

Pemimpin biara Karmelit itu kagum dengan cara hidupnya yang saleh itu. Ia juga tahu bahwa Yohanes sangat pandai. Setelah menyelesaikan studinya, Yohanes kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1567 dalam usia 25 tahun.

Ia bersahabat baik dengan Santa Theresia Avila yang tertarik pada cara hidup dan usahanya membaharui Ordo Karmelit. Yohanes diangkat menjadi prior pertama dari susteran Karmelit itu dan mengambil nama resmi: Yohanes dari Salib.

Tetapi beberapa kawan biaranya tidak suka akan tindakannya. Ia dikenakan hukuman dan dimasukkan dalam sel biara. Yohanes menerima perlakuan yang semena-mena dari rekan-rekan se-ordo.

Berkat pengalaman pahit di dalam sel itu, ia justru mendapat pengalaman rohani yang mengagumkan: ia mengalami banyak peristiwa mistik; mampu menggubah kidung-kidung rohani; ia sering mengalami ekstase dan semakin memahami secara sungguh mendalam teologi dan ajaran-ajaran iman Kristen. Semua pengetahuan itu diabadikannya di dalam buku-buku yang ditulisnya.

Tekanannya ialah: "Salib menuntun kepada kebangkitan dan penyangkalan diri." Sto. Yohanes dari salib tetap setia kepada pengalaman imannya bersama dengan Yesus walaupun dia dikucilkan. Namun dia tetap mendengar suara hatinya untuk tetap setia pada penderitaan yang ditimbulkan oleh sesama saudaranya se ordo.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved