Nyamuk Wolbachia
Kemenkes Habiskan Rp 16 Miliar untuk Uji Coba Pencegahan Penyebaran Demam Berdarah
Kementerian Kesehatan Indonesia telah mengalokasikan Rp 16 miliar (sekitar 1,03 juta USD) untuk uji coba penggunaan nyamuk dengan bakteri Wolbachia.
POS-KUPANG.COM, JAKARTA – Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan dana sebesar Rp 16 miliar (sekitar 1,03 juta USD) untuk uji coba penggunaan nyamuk dengan bakteri Wolbachia untuk mengendalikan penyebaran demam berdarah di lima kota di Indonesia.
Berbicara pada konferensi pers online pada 28 November usai rapat Kabinet, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah telah mengeluarkan dana sebesar Rp 16 miliar di lima kota, antara lain Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.
Selain itu, pemerintah masing-masing kota yang menjadi sasaran uji coba ini mengeluarkan dana sekitar Rp 500 juta untuk uji coba tersebut.
Sadikin mengatakan daerah-daerah tersebut dipilih untuk uji coba karena tingkat kasus demam berdarahnya yang relatif tinggi, yaitu di atas rata-rata global yaitu 10 per 100.000 penduduk.
Baca juga: Nyamuk Wolbachia akan Disebar di Seluruh Wilayah Indonesia
Ia mengatakan, sebelum menerapkan metode tersebut, kementerian telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui advokasi dengan tokoh masyarakat setempat. Masyarakat juga dilibatkan dalam pembuatan telur nyamuk ber-Wolbachia.
Bukan Hasil Rekayasa Genetik
Nyamuk berbakteri Wolbachia semakin luas dimanfaatkan dalam upaya pengendalian demam berdarah dengue. Berbagai pengujian menunjukkan teknologi tersebut efektif untuk menekan kasus penularan dengue.
Selain itu, keamanan penggunaan teknologi itu sudah dibuktikan. Peneliti memastikan teknologi Wolbachia yang dikembangkan bukan berdasarkan hasil rekayasa genetik.
”Wolbachia bukan rekayasa genetik. Bakteri ini ada di lebih dari 50 persen serangga yang ada di sekitar kita. Jadi, Wolbachia itu merupakan bakteri alami yang saat dimasukkan ke telur nyamuk Aedes (aegypti) akan mengalami mekanisme yang menghambat perkembangan virus dengue,” kata peneliti utama riset nyamuk Wolbachia, Adi Utarini, dalam temu media yang diadakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), di Jakarta, Senin (20/11/2023).
Utari yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, menambahkan, bakteri Wolbachia yang ada di dalam tubuh nyamuk tidak berbeda dengan bakteri yang ada di inang asli di lalat buah. Teknologi Wolbachia tersebut sudah dibuktikan aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan.
Penelitian terkait teknologi Wolbachia sudah dilakukan sejak 2011. Fase pertama dari pengujian dilakukan untuk membuktikan keamanan dan kelayakan dari teknologi Wolbachia.
Setelah keamanan dan kelayakan terbukti, riset dilanjutkan pada fase kedua dengan pelepasan nyamuk berskala kecil di dua dusun di Sleman dan dua dusun di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelepasan nyamuk ini dilakukan dengan persetujuan etik dari penduduk sekitar.
Kemudian, pengujian fase ketiga mulai dilakukan pada 2016 dengan pelepasan nyamuk Wolbachia pada skala besar. Sebelum pembuktian dilakukan pada dampak teknologi, analisis risiko dijalankan terlebih dahulu oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti).
Keamanan
Pengujian terkait keamanan dilakukan secara independen oleh setidaknya 20 pakar terkait dari berbagai bidang yang dibentuk Kemenristek dan Dikti. Risiko intervensi Wolbachia untuk pengendalian dengue pun dapat diabaikan.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Budi-Gunadi-Sadikin-Menkes_01.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.