Nyamuk Wolbachia
Kemenkes Habiskan Rp 16 Miliar untuk Uji Coba Pencegahan Penyebaran Demam Berdarah
Kementerian Kesehatan Indonesia telah mengalokasikan Rp 16 miliar (sekitar 1,03 juta USD) untuk uji coba penggunaan nyamuk dengan bakteri Wolbachia.
Pada 2021, pengujian fase keempat dilakukan sebagai model implementasi. Pelepasan nyamuk Wolbachia pada pengujian fase ini dilakukan ke seluruh Kota Yogyakarta. Hasil pengujian menunjukkan penurunan insiden demam dengue hingga 77 persen dan menurunkan angka rawat inap terkait dengue sampai 86 persen.
Peneliti riset nyamuk Wolbachia yang juga menjadi Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM Riris Andono Ahmad mengutarakan, kebutuhan fogging atau pengasapan dengan insektisida terbukti menurun dari dampak pemanfaatan teknologi Wolbachia. Hal ini membuat anggaran penanganan demam dengue bisa ditekan.
”Kami teruskan untuk pemantauan dampak jangka panjang dari pemanfaatan teknologi Wolbachia sampai 2025. Kami harap intervensi ini bisa mendukung capaian dari eliminasi dengue di Indonesia,” tuturnya.
Baca juga: Wolbachia Efektif Mengurangi Kasus Demam Berdarah Sebesar 77 Persen, Kata Kemenkes
Metode Wolbachia untuk mengatasi penyakit terinfeksi dengue yang diteliti di Yogykarta, Indonesia, berkontribusi penting bagi dunia.
Andono menambahkan, keberhasilan dari teknologi Wolbachia kini telah terbukti pula di beberapa kota di sejumlah negara. Selain di Yogyakarta, keberhasilan tersebut dilaporkan antara lain di Cairns, Australia; Niteroi, Brasil; dan Vinh Luong, Vietnam.
Metode
Utari menjelaskan, metode penyebaran Wolbachia yang dilakukan di Indonesia menggunakan metode pengganti (replacement). Ketika terjadi perkawinan antara nyamuk dengan bakteri Wolbachia dan nyamuk Aedes aegypti yang ada di suatu lingkungan, telur dari hasil perkawinan itu akhirnya membawa bakteri tersebut.
Bakteri Wolbachia berperan untuk menghambat replikasi dari virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Nyamuk yang mengandung bakter ini pun tidak lagi mampu untuk menularkan virus dengue.
”Bakteri Wolbachia yang dikembangkan terdapat di dalam telur nyamuk. Jadi, Wolbachia diturunkan dari satu generasi (nyamuk) ke generasi berikutnya. Dampak dari perlindungan Wolbachia terhadap penularan dengue akan berkelanjutan,” tutur Utari.
Andono menyebutkan, penerapan teknologi Wolbachia akan efektif untuk wilayah yang padat penduduk dengan populasi nyamuk cukup tinggi. Sementara jika dilakukan di wilayah dengan populasi nyamuk yang kecil membuat dampak dari teknologi tersebut menjadi kurang efektif.
Dalam praktik di masyarakat, pelepasan nyamuk yang mengandung Wolbachia dijalankan selama enam bulan. Setiap dua minggu sekali dalam periode itu akan dilakukan penggantian 150-200 telur nyamuk dengan Wolbachia. Penempatan titik pelepasan nyamuk dilakukan di tiap rumah berjarak sekitar 75 meter. Dalam jangka waktu itu diharapkan 60 persen nyamuk di lingkungan tersebut merupakan nyamuk dengan bakteri itu.
”Saat ini kapasitas di laboratorium kami bisa menghasilkan sekitar 6 juta telur per minggu. Sudah ada satu tempat lagi yang menjadi tempat produksi telur Wolbachia di Balai Vektor Salatiga. Diharapkan ini dapat mendukung upaya perluasan pemanfaatan dari teknologi Wolbachia,” tutur Andono.
Dalam rilis resmi yang diterbitkan Kementerian Kesehatan pada 13 November 2023, teknologi Wolbachia akan digunakan untuk melengkapi strategi pengendalian dengue di Indonesia. Untuk percontohan akan dilakukan di lima kota, yakni Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.
Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.
Teknologi Wolbachia akan melengkapi upaya penanggulangan lain yang sudah berjalan. Masyarakat diharapkan tetap melakukan upaya penanggulangan dengue lain, seperti penerapan 3M Plus dengan menutup, menguras, dan mendaur ulang serta menggunakan krim antinyamuk.
(vietnamplus.vn/kompas.id)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Budi-Gunadi-Sadikin-Menkes_01.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.