Pilpres 2024

Pilpres 2024: Ketika Prabowo Menanjak dalam Survei, Dapatkah Ia Bertahan Hingga Hari Pencoblosan?

Prabowo Subianto unggul dalam jajak pendapat setelah memenangkan hati generasi muda Indonesia dengan kampanye media sosial yang ‘menggemaskan’

Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM
Hasil survei menunjukkan elektabilitas pasangan capres Prabowo-Gibran cenderung menanjak. Dapatkah posisi ini bertahan hingga hari pencoblosan 14 Februari 2024? 

“Tampaknya Anies memfokuskan platform kebijakannya untuk menjangkau pemilih muda,” katanya, seraya menambahkan bahwa kandidat tersebut juga akan terus mencari dukungan dari partai-partai Islam berpengaruh, yang memiliki hubungan dekat dengan Anies.

Noory dari CSIS mengatakan Anies tidak menggunakan “posisi uniknya sebagai tokoh oposisi” untuk benar-benar mempromosikan dan membedakan dirinya dari dua kandidat lainnya.

Baca juga: Berkat Ganjar Milenial, Anak Muda NTT Ingin Majukan Pendidikan di Daerah 3T

Beberapa ahli berpendapat bahwa Ganjar dan Anies mungkin akan membentuk koalisi untuk menyatukan pemilih mereka jika Prabowo unggul signifikan pada putaran pertama pemilu tanpa menang langsung. Jika ada putaran kedua, proses pemilu akan diperpanjang lebih dari empat bulan, dan pemungutan suara kedua akan dilakukan pada 26 Juni 2024.

“Saya pikir fokus Anies dan Ganjar saat ini bukan pada bagaimana mengalahkan Prabowo, tapi lebih pada bagaimana mereka bisa mendapatkan cukup suara untuk membawa pemilu ke putaran kedua,” kata Noory.

“Segala sesuatu mungkin terjadi dalam politik Indonesia. Saya kira Ganjar dan Anies akan sangat strategis di masa kampanye, dan tidak boleh saling mengkritik.”

Namun kerja sama antara PDIP sekuler Ganjar dan Anies – yang Koalisi Perubahan untuk Persatuannya mencakup Partai Keadilan Sejahtera yang Islamis dan konservatif – akan menjadi tantangan.

“Konstituensi inti ini tidak sejalan secara ideologis dan seringkali berada pada posisi yang berlawanan satu sama lain,” kata Arifianto.

“Sulit untuk melihat bagaimana mereka melupakan perbedaan mereka, dan saling bermusuhan di masa lalu, hanya untuk mendukung kesatuan pasangan Ganjar-Anies.”

Sementara itu, Prabowo telah meminta bantuan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk memimpin kampanyenya di provinsi terpadat di Indonesia.

Ia juga berusaha menjilat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa, yang provinsinya dianggap sebagai jantung kelompok Muslim moderat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, yang memiliki setidaknya 95 juta pemilih.

Prabowo juga memiliki “kepercayaan Islam yang lebih besar dibandingkan Ganjar”, ​​menurut Arifianto, dan dapat memenangkan hati para pemilih Anies yang berorientasi Islam jika pemilu ini dilakukan secara head-to-head.

“Jika Anies mundur dari pencalonan, kemungkinan besar basis pemilihnya akan mendukung Prabowo karena secara ideologis ia lebih mirip dengan Anies daripada Ganjar,” kata Arifianto.

Para pakar pemilu mengatakan lonjakan popularitas yang dinikmati Prabowo setelah Gibran bergabung dengan kubunya masih bisa berkurang sebelum pemilu. Namun mereka meramalkan adanya peluang baginya untuk memanfaatkan “efek ikut-ikutan” dengan memanfaatkan momentum pemilu saat ini untuk menarik pemilih yang belum menentukan pilihannya ke pihaknya, sehingga memperkuat kepemimpinannya.

“Skenario terbaik (untuk kandidat lainnya) adalah jika ada kesalahan besar yang dilakukan oleh kubu Jokowi atau Prabowo, seperti skandal korupsi besar-besaran,” kata Arifianto, merujuk pada nama panggilan populer Joko Widodo.

“Tetapi mengingat popularitas Jokowi, akan sulit untuk menemukan narasi yang akan melemahkan kampanye Prabowo-Gibran pada tahap ini.”

Baca juga: Wawancara Eksklusif Tsamara Amany: Anies Akademisi, Ganjar Merakyat, Prabowo Patriotik

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved