Berita Kota Kupang

Pemkot Kupang Lapor Kondisi Terkini Terbakarnya TPA Alak 

Dalam kurun waktu tiga tahun belakangan, sudah dua kali kebakaran. Kali ini kebakaran lebih besar ketimbang sebelumnya. 

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
TERBAKAR - Situasi kebakaran yang terjadi di TPA Alak Kota Kupang, seorang pemulung sedang beraktivitas di area sekitar kebakaran di TPA Alak mengganggu kesehatan warga sekitar termasuk pemulung. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Kota atau Pemkot Kupang melaporkan kondisi terkini terbakarnya TPA Alak. 

Penjabat Sekda Kota Kupang Ade Manafe menyebut sejak masa tanggap darurat ditetapkan 8 hari yang lalu, kini tempat pembuangan akhir satu-satunya milik Pemkot Kupang itu kini sudah berangsur terurai. 

"Kemarin saya koordinasi dengan Kepala DLHK, ternyata hari ini, mungkin dia akan melihat kembali secara keseluruhan dan melaporkan. Hari ini sudah padam. Sudah (api sudah padam)," kata Ade Manafe, Kamis 16 November 2023. 

Ia mengatakan, dalam pelaksanaan 14 hari tanggap darurat, Pemkot Kupang lewat sejumlah dinas teknis menyediakan anggaran hampir 500 juta yang bersumber dari BTT. 

Baca juga: Ajari Anak Pertanian Sejak Dini, SDN Kuasaet Kota Kupang Wajibkan Siswa Menanam 

Namun begitu, besaran anggaran itu baru digunakan hampir Rp 200 juta. Ade Manafe menyebut penanganan kebakaran itu hanya melibatkan dinas di Pemkot Kupang. 

Selanjutnya, Pemkot Kupang juga sudah meminta staf ahli untuk melakukan studi banding ke daerah lain mengenai pengelolaan TPA. Staf ahli akan membuat kajian untuk mengelola sampah di TPA Alak. 

Pengelolaan itu juga dimaksudkan agar sampai tidak ditumpuk di TPA yang berpotensi menimbulkan kebakaran. Kemudian, Pemkot juga berencana melakukan pengolahan sampah di TPA Alak. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Orson Nawa menyebut kebakaran yang terjadi pada area TPA sudah mulai terurai. Saat ini masih ada 9-10 persen kebakaran yang tersisa di TPA Alak, dengan setidaknya masih ada 4-5 titik api di lahan seluas hampir 7 hektar ini. 

Pemadaman sendiri melibatkan sejumlah pihak yang tergabung dalam tim tanggap darurat penanganan TPA Alak. Adanya gas metan dan cuaca panas esktrim, ia menyebut ikut menjadi potensi terjadi kebakaran di TPA Alak. 

Dalam kurun waktu tiga tahun belakangan, sudah dua kali kebakaran. Kali ini kebakaran lebih besar ketimbang sebelumnya. 

Baca juga: DP3A Kota Kupang Sosialisasi Pemberdayaan Perempuan dan Ketahanan Keluarga 

"Memang metode kita di TPA ini open dumping, metodenya harus dirubah dan lebih masif lagi. Sehingga sampah tidak bertumpuk saja, ada pengelolaannya. Dalam waktu dekat kita tawarkan ke pihak ketiga yang berkeinginan mengolah sampah, paling tidak bisa terurai dan berkurang. Kalau tidak akan terjadi lagi kebakaran," kata dia terpisah. 

Dalam perhitungan, tiap hari sampah yang masuk ke TPA Alak 86 ton sampah, menggunakan 36 truk dan 9 amrol. Sampah ini memang belum dipilah atau masih tercampur. Tiap truk akan bolak-balik lebih kurang tiga kali sehari membawa sampah dari tempat pembuangan sampah. 

Tahun 2024 mendatang rencananya akan membangun TPA menggunakan dana direktif Menteri PUPR pada luas lahan 4 hektar lebih. TPA baru itu akan dilengkapi mesin pengolahan sampah atau menggunakan metode sanitarian. 

Status kebakaran di TPA Alak sendiri sudah naik dari 'Siaga' menjadi 'Tanggap Darurat' setelah hampir sebulan mengalami kebakaran.

Kebakaran itu dimulai 13 Oktober 2023 sekitar pukul 14.20 WITA di lahan seluas 4,3 hektare ini. Area Pelabuhan Tenau dan Bolok, juga warga Kabupaten Kupang ikut terdampak.

Pada 23 sampai 28 Oktober 2023, warga yang geram melakukan blokade di jalan menuju ke TPA Alak. Mobil-mobil pengangkut sampah tak diizinkan masuk bila kebakaran itu tak diselesaikan Pemkot Kupang. 

Laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang menyebut 891 warga terdampak dan ada yang mengalami ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang menyebutkan dampak asap yang terjadi di TPA Alak, tidak hanya ISPA namun bila terus terjadi akan berdampak ke penyakit kanker.

Kepala Dinkes Kota Kupang drg. Retnowati menyebut kebakaran pada kawasan TPA Alak itu perlu ditangani. Penyakit lain berpotensi terjadi jika tidak cepat diurus persoalan itu.

"Dapat dilihat bila ISPA, ini tidak semuanya disebabkan oleh asap. Apalagi area yang terdampak itu dari Kodim itu sudah menyampaikan kalau asap itu sudah sangat besar dan tidak hanya ISPA saja bisa berakibat penyakit lainnya seperti kanker, namun itu jangka panjang bila terus dihirup masyarakat," ujarnya. 

Baca juga: Berita Viral Suasana Mencekam Akibat Warga Konsumsi Miras di Jalan Thamrin Kota Kupang

Sampah yang menumpuk di TPA Alak memang sudah melebihi kapasitas. Jika tidak ditangani, akan berimbas terutama kebakaran itu terus terjadi dan asap yang timbul pun pasti semakin banyak. 

Sekalipun ada peningkatan kasus ISPA, sejauh ini belum ada masalah serius yang membutuhkan penanganan lebih lanjut di fasilitas kesehatan. Dinkes sendiri telah mengantisipasi kejadian itu sebelumnya. 

Menurut dia, puskesmas yang ada di sekitar wilayah Alak melakukan patroli setiap pekan, selain adanya posko di kantor Kelurahan. Selain ISPA, penyakit lain seperti di mata, juga hingga kini belum ada laporan. 

"Jadi untuk saat ini dampak ISPA sudah diantisipasi dari gejala-gejala awal, sehingga tidak menjadi rawan bagi masyarakat," kata Retnowati.

Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang Theodora Ewalde Taek menyebut kejadian ini berulang. Dia yakin pemadaman tidak menyeluruh. 

Cuaca ekstrim menjadi pemicu lainnya kebakaran di TPA Alak. Dia berharap Pemkot Kupang tidak kendor mengurai persoalan ini. 

"Pemerintah tidak boleh putus asa menangani persoalan itu, dan tidak pernah berhenti langkah karena dampak ini akan terus dialami masyarakat sekitar," ujarnya. 

Politisi PKB itu mendorong pemerintah untuk membuka layanan kesehatan bagi warga di samping masyarakat juga bisa menggunakan masker untuk melindungi diri. 

"Tidak bisa pasrah dengan keadaan tapi upaya harus terus dilakukan oleh pemerintah," kata dia. 

Warga sekitar TPA Alak, Norlina Neolaka (36) menyebut kondisi ini bukan kali pertama terjadi. Tahun lalu juga terjadi hal serupa. Ada aksi pemadaman tapi tidak tuntas. Api masih ada yang menyala. 

"Kalau sudah kebakaran ini begini susah sekali untuk api mati, ini kita tunggu hujan saja yang siram kasih mati api," sebut dia. 

Sebagai seorang pemulung di tempat itu, Norlina mengaku tetap beraktivitas. Sekalipun terganggu, ia tetap melakoni pekerjaan itu demi bertahan hidup, apalagi saat ini anaknya sedang bersekolah. 

"Asap tebal juga kami tabrak masuk saja, kalau tidak kerja begini dan kalau mau duduk saja siapa yang mau kasih kami uang," ungkap ibu empat anak ini ditemui beberapa waktu lalu. (fan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved