Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Panda Nababan: Kalau Jantan dan Satria, Ngomong ‘Sekarang Tak Lagi ke Ganjar’

Panda Nababan menyinggung etika dari keluarga Jokowi yang bernaung di PDIP, yakni Gibran Rakabuming Raka dan Boby Nasution.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS/REZA ARIEF
Politisi senior sekaligus salah satu pendiri PDI Perjuangan Pandapotan Maruli Asi Nababan atau akrab disapa Panda Nababan (kiri) menerima cinderamata berupa karikatur dari Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network Domu D Ambarita (kanan) seusai mengikuti wawancara khusus di Studio Newsroom Tribun Network, Jakarta, Senin (6/11/2023). Dalam wawancaranya, Panda Nababan heran dengan pernyataan miring soal petugas partai. Menurutnya, petugas partai adalah jabatan paling terhormat. 

Apa ada niat ingin bertemu dengan beliau?

Ada, dua minggu lalu aku sudah melalui ajudan minta waktu, tapi belum ada jawaban.

Ini sudah banyak berubah, tidak bisa ditebak, nasib-nasiban bertemu Jokowi.

Ini terus terang aja, kelihatannya sederhana tapi menyangkut moral, etika, kehormatan terhadap demokrasi, pendidikan bangsa, berpolitik, saya tidak bisa bayangkan, capres kita Ganjar Pranowo, itu ribuan manusia di GBK. Tugas kita menang-menang-menang.

Diucapkan di hadapan ribuan orang. Waktu Bulan Bung Karno.

Lalu, Rakernas, tadi saya bisik-bisik dengan Pak Ganjar, kemudian sata bilang, begitu selesai di lantik, langsung bekerja. Frame kita yakin betul terpilih. Tambah kagum kita sama Jokowi.

Itu nggak sembarang loh, bisik-bisik dibocorin. Kalau ga konfiden. Tadi kami dua bisik-bisik, itu masalah pribadi. Trus saya katakan, tidak ada kata jika.

Apa sih yang memicu konflik Ibu Mega dan Pak Jokowi?

Jadi begini, sakit hati kepada PDIP tidak ada, tidak ada. Coba tunjukan ke saya satu, dari PDIP tidak menghormati dia, tidak ada. Sangat menghormati dia, terukur dan terbukti, mantunya anaknya.

Mau maju anaknya, dikorbankan orang lain. Di Medan, Ahiar Nasution itu wakil saya selama 10 tahun di sana, kualitas dan dedikasinya bukan main, pas walikota, minggir itu demi mantu. Di Solo, Purnomo minggir demi Gibran.

Di mana, partai tidak menghargai, saya cuman berdoa memohon jangan sampai ada tinggi hati, jangan lah ada kesombongan, jauhkanlah. Merasa sombong, semua bisa diatur. Kepongaan, ‘tenang aku ada disini’.

Ya Allah, jadi drama apa yang begini, kita sesama bersaudara harus berani bertegur sapa, berani mengingatkan, atau menjilat supaya lebih terjerumus. (tribun network/yuda)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved