Breaking News

Sidang Sinode GMIT di Sabu Raijua

BREAKING NEWS: Pemilihan Ketua Majelis Sinode GMIT Mulai Digelar, Tiga Nama Calon Beredar

Berdasarkan informasi yang diterima POS-KUPANG.COM dari panitia, agenda pemilihan Ketua Majelis Sinode GMIT periode 2024-2027 akan mulai digelar pagi

Penulis: Ryan Nong | Editor: Ryan Nong
SINODEGMIT.OR.ID
Ketua Majelis Sinode GMIT Periode 2020-2023, Pdt Mery Kolimon bersama panitia Sidang Sinode GMIT ke-35 di Kabupaten Sabu Raijua, Selasa (10/10/2023). 

POS-KUPANG.COM, Kupang - Sidang Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) ke-35 tahun 2023 memasuki tahapan pemilihan ketua majelis. 

Berdasarkan informasi yang diterima POS-KUPANG.COM dari panitia, agenda pemilihan Ketua Majelis Sinode GMIT periode 2024-2027 akan mulai digelar pagi ini, Kamis (19/10/2023).  

Adapun rangkaian agenda pemilihan Ketua Majelis Sinode GMIT periode 2024-2027 itu dipusatkan di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah, Kabupaten Sabu Raijua. 

Sidang Sinode GMIT ke-35 di Kabupaten Sabu Raijua yang digelar sejak 11 Oktober 2023 itu diikuti 53 Klasis.

Baca juga: Diwarnai Hujan Interupsi, Sidang Sinode GMIT Akhirnya Putuskan Aturan Terbaru Mutasi Pendeta

Rangkaian persidangan dilaksanakan untuk membahas dan mengevaluasi pelayanan serta menyusun program pelayanan gereja, serta memilih Majelis Sinode GMIT periode 2024-2027, menggantikan Ketua Majelis Sinode GMIT Pdt Mery Kolimon, STh.

Dikutip dari sinodegmit.or.id, website resmi Sinode GMIT, delegasi Klasis-Klasis, mitra ekumenis dan undangan telah tiba pada Selasa (10/11) dengan menggunakan kapal laut.

 

Tiga nama calon

Sejak hari pertama Sidang Sinode GMIT ke-35, telah ramai diperbincangan nama-nama bakal calon Ketua Majelis Sinode GMIT.

Tiga nama bakal calon yang santer diperbincangkan, termasuk diusulkan Klasis, yakni Pdt Joseph Anderias Manobe STh; Pdt Yaksih A Nuban Timo, STh, MSi dan Pdt Samuel Pandie, STh

Sebelumnya, Pdt Joseph Anderias Manobe STh mengingatkan jangan sampai gereja saat ini bermain di tatanan pencitraan.

Menurut tokoh agama yang akrab disapa Pdt Yandi Manobe ini, perjumpaan etika dan teologi adalah spritualitas.

Dalam konteks GMIT, spiritualitas sangat penting. Spritualitas didefinisikan sebagai sebuah gerakan dari dalam ke luar bukan dari luar ke dalam yang di dalam adalah teologi dan yang ke luar itu etika.

Baca juga: Hampir 1.000 Peserta Hadiri Pembukaan Sidang Sinode GMIT ke-35 di Sabu Raijua

"Semua yang dari luar itu semua pencitraan Nah, jangan sampai gereja bermain di tatanan pencitraan. Contoh pencitraan spiritualitas itu misalnya begini, kita bicara tentang kebersihan kota, kalau orang yang spiritualnya bagus, dia lihat kotoran di situ, dia tinggal ambil, dia tinggal sapu, selesai. Tapi kalau pencitraan, waktu dia lihat kotoran, sampah di situ, dia bilang kawan dong, pas Beta ambil, besong foto, video. Kira-kira seperti itu," jelas Pdt Yandi Manobe, Selasa (10/10).

Ia mengatakan, Sinode GMIT punya PR yang besar untuk mensosialisasikan supaya apa yang diketahui para pendeta dan pemimpin gereja sama diketahui oleh gereja.

Baca juga: Kabupaten Sabu Raijua Tuan Rumah Sidang Sinode GMIT ke-35

Gereja ketika merespon harus memiliki gaya seperti gereja bukan seperti LSM atau lembaga lainnya.

Pdt. Yandi Manobe juga menerangkan, gereja sudah memiliki tata gereja yang telah mengatur seluruh sistem dengan baik. Kalau taat dengan sistem, gereja menghasilkan banyak sekali keputusan, hal-hal tetapi, tidak mampu untuk bisa mensosialisasikannya dengan baik, hanya orang atau tatanan tertentu yang mengetahui sistem ini, tidak sampai ke Jemaat.

Setiap orang yang menjadi Ketua GMIT, kata Pdt Yandi Manobe, tidak punya visi pribadi karena gereja sudah punya visi. Visinya jelas, mendatangkan tanda-tanda kedatangan kerajaan Allah di tengah dunia.

Misinya jelas, panca pelayanan yakni Oikonomia (Penataran Layanan) Koinonia( Persekutuan), Marturia (Kesaksian), Diakonia (Pelayanan Kasih), Liturgia (ibadah).

Dengan visi dan misi yang sudah ada, saat ini membutuhkan komitmen untuk ada di situ dengan berbagai talenta dan karunia dari Tuhan, semua orang menjadi penting untuk membangun pelayanan ini sudah cukup.

"Sadar bahwa siapapun menjadi ketua Sinode dia tidak lebih pintar dari yang lain. Menjadi ketua Sinode itu sebenarnya kepercayaan. Teman-teman sepakat, tidak ada satu lebih hebat dari yang lain," katanya.

"Bukan karena kita lebih tetapi karena teman-teman sepakat untuk kita memimpin, Maka ketika berbicara tentang gereja, semua orang harus turut bicara, semua orang harus diakomodir orang punya pembicaraan," tambah Pdt Yandi Manobe. (aca/dhe/ian)

 

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved