Lipsus
Rambu Kudu Anaknya Ceria, Pamit Keluarga untuk Wisuda Ditemukan Tak Bernyawa
Anggreani Kudu Lobo atau Rambu Kudu, berpamitan dengan keluarga untuk makeup wisuda, belakangan ditemukan tak bernyawa di bawah Jembatan Liliba Kupang
* Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang Masih Kumpulkan Data Rambu Kudu
Pihak Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang mengaku masih mengumpulkan data-data terkait mahasiswi yang merupakan korban bunuh diri di Jembatan Liliba Kupang.
"Intinya masih kumpulkan seluruh data-data korban bunuh diri," kata Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang melalui Humas Poltekkes Kemenkes Kupang, Isak saat dikonfirmasi POS-KUPANG.COM, Selasa 10 Oktober 2023 di Kampus Poltekkes Kemenkes Kupang.
Diketahui mahasiswi korban bunuh diri di Jembatan Liliba Kupang atas nama Anggreani Kudu Lobo merupakan mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang.
Usai berdiskusi dengan Direktur Poltekkes Kemenkes, Isak menyampaikan bahwa memang betul mahasiswi korban bunuh diri di Jembatan Liliba merupakan mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kupang, namun pihak kampus belum berani untuk menyampaikan pernyataan yang detail tentang korban.

"Betul memang mahasiswi Poltekkes Kemenkes, tetapi kami belum berani menyampaikan kronologinya seperti apa tetapi data masih dibuatkan untuk nanti kita sampaikan," ungkap Isak.
Terkait dengan berapa lama waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data yang dilakukan Kampus Poltekkes, Isak menyampaikan belum berani untuk menyampaikan.
"Itu (waktu penyampaian) yang belum berani disampaikan, karena sementara kami kumpulkan data untuk disampaikan," ujarnya.
"Karena saat ini masih dikumpulkan data, setelah itu akan diserahkan ke Pak Direktur dan Pak Direktur akan sampaikan kepada Pak Dirjen Nakes di Pusat," tambahnya.
Isak menuturkan, data-data yang akan dikumpulkan berbagai bentuk.
"Data itu seperti, dia (korban) di kampus seperti apa, apakah dia sudah ikuti ujian atau belum, SPP nya seperti apa, dia punya SKS sudah selesai atau belum. Seperti itu yang akan kita kumpulkan," sebutnya.
Menurut Isak, data-data milik korban dan kasus bunuh diri itu juga perlu disampaikan kepada Pimpinan tertinggi di Jakarta.
"Harus sampaikan ke pimpinan tertinggi kita, karena aturannya seperti itu. Kita kan Kementerian Kesehatan. Jadi semua persoalan apapun kita harus sampaikan ke pimpinan tertinggi," ungkapnya.
"Kalau sudah dil baru kita sampaikan," tutupnya. (cr20)
* NEWS ANALYSIS
Dosen Prodi Psikologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana, Juliana MY Benu, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Siapkan Layanan Kesehatan Mental
SAYA tidak memiliki kapasitas untuk mengomentari penyebab dari perilaku bunuh diri yang muncul khususnya pada peristiwa yang terjadi tanggal 10 Oktober 2023 di Kupang. Namun Saya hanya akan menjelaskan terhadap perilaku bunuh diri pada umumnya sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan dan profesi saya sebagai seorang dosen dan psikolog.
Jembatan Liliba sering menjadi pilihan ketika orang ingin mengakhiri hidup mungkin muncul sebagai bentuk modeling. Modeling merupakan proses dimana orang mengamati dan meniru tindakan atau perilaku orang lain.

Proses mengamati dan meniru ini tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga dapat dipelajari melalui berita, konten sosial media, dan sumber informasi lainnya.
Pemberitaan yang massif, dan sering kali tidak memperhatikan tata cara yang benar, terkait peristiwa bunuh diri yang terjadi dapat menjadi salah satu penyebab mengapa Jembatan Liliba terus menerus menjadi tempat orang mengakhiri hidupnya. Pihak media perlu memiliki kesadaran terkait pentingnya memberitakan peristiwa bunuh diri dengan tepat.
Masyarakat juga perlu belajar untuk dapat menahan diri dalam menyebarkan potongan informasi maupun berita karena kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi mental dari orang yang menerima berita atau informasi tersebut.
Pada umumnya, orang yang ingin melakukan bunuh diri tidak benar-benar ingin mati. Mereka hanya kehilangan alasan untuk hidup. Mereka tidak melihat adanya jalan keluar atau solusi dari masalah yang sedang dihadapi.
Bunuh diri juga tidak pernah terjadi karena satu penyebab tunggal. Hal ini yang perlu dipahami oleh masyarakat agar tidak menyederhanakan penyebab dari perilaku bunuh diri pada satu peristiwa tunggal. Pasti terdapat akumulasi dari berbagai permasalahan yang dialami oleh seseorang hingga orang tersebut melakukan bunuh diri.
Sekali lagi, perilaku bunuh diri merupakan perilaku kompeks yang dipengaruhi oleh beragam faktor kerentanan pada individu.
Setiap lingkungan terdekat individu sebenarnya memiliki peran penting dalam upaya pencegahan perilaku bunuh diri. Keluarga, lingkungan pertemanan, maupun lingkungan lainnya dapat berperan dengan baik dengan membiasakan pola relasi yang positif. Relasi positif dalam lingkungan keluarga terutama dapat dibentuk dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga.
Perlu ada komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak, antara saudara, maupun dengan keluarga lainnya. Keluarga harus mampu menumbuhkan situasi yang hangat agar setiap anggota keluarga benari untuk menyampaikan masalah maupun tantangan yang sedang dihadapi.
Tidak hanya keluarga, setiap kita dalam lingkungan sosial harusnya melakukan hal ini agar setiap orang dapat melihat bahwa selalu ada tempat untuk berbagai permasalahan yang dialami.

Terdapat beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah munculnya peristiwa bunuh diri. Pertama, setiap orang perlu untuk memperhatikan kondisi Kesehatan mentalnya secara rutin. Jika kita mendapati diri kita memiliki kondisi yang mudah sedih, putus asa, dan kehilangan harapan maka perlu secepatnya mencari bantuan pada keluarga, teman, atau ke tenaga professional seperti psikolog atau psikiater.
Kedua, jika kita mengetahui teman atau kerabat yang menunjukan kesedihan mendalam, putus asa, bahkan mengungkapkan ide-ide bunuh diri maka kita perlu mendampingi mereka. Menanyakan kabar, menunjukan kepedulian, dan menjadi pendengar yang baik akan sangat membantu orang-orang yang merasa putus asa untuk dapat bangkit Kembali.
Setiap institusi pendidikan perlu meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap isu-isu Kesehatan mental yang dialami oleh peserta didiknya. Saya melihat masih sangat minim perhatian yang diberikan oleh institusi pendidikan manapun terhadap isu-isu Kesehatan mental.
Peran pendidik perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik. Salah satu hal yang dapat disediakan oleh pihak kampus untuk mengantisipasi perasalahan Kesehatan mental yang dialami oleh mahasiswa adalah dengan menyediakan layanan Kesehatan mental di setiap kampus.
Hal ini akan membantu mahasiswa yang mengalami masalah agar lebih mudah mendapatkan akses layanan Kesehatan mental. (vel)
Tim Kemensos RI ke Ende Dampingi 7 Siswi SD Korban Pencabulan Guru Dapat Kepastian Hukum |
![]() |
---|
Delapan Tahun Hidup Dalam Pasungan ODGJ di Manggarai Barat NTT Butuh RSJiwa |
![]() |
---|
LPA NTT Minta Kasek SMAN 9 Kupang Tak Keluarkan Siswa Aniaya Guru di Sekolah |
![]() |
---|
OJK Tindak 6 Investasi Ilegal |
![]() |
---|
Notaris di NTT Gelar Aksi Tutup Kantor Protes Rekan Albert Riwu Kore Ditahan Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.