Berita NTT
Penyuluh dan Poktan Dapat Bimtek Penguatan Peternakan dari Tim BPSIP NTT
Materi Bimtek lebih difokuskan pada pembibitan sapi potong Bali terstandar termasuk memperkenalkan ternak sapi bibit
Penulis: Edi Hayong | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Puluhan penyuluh juga Kelompok tani (Poktan) dari Kota Kupang dan Kabupaten Kupang mendapat Bimbingan Teknis (Bimtek) terkait penguatan peternakan dari Tim Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian atau BPSIP NTT.
Materi Bimtek lebih difokuskan pada pembibitan sapi potong Bali terstandar termasuk memperkenalkan ternak sapi bibit yang selama ini dikembangkan di Desa Tesbatan 1 dan Desa Oenoni 1 Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang.
Demikian disampaikan salah satu Pemateri dan Penanggung Jawab Kegiatan Bimtek bagi penyuluh dan Poktan, Ir. Onike T Lailogo, M.Si, Ph.D di sela-sela kegiatan Gebyar Agrostandar di BPSIP NTT, Rabu (27/9/2023)
Dikatakan Onike T Lailogo terkait dengan keberadaan BPSIP NTT yang baru setahun terbentuk dari sebelumnya bernama BPTP-Balitbangtan NTT, maka pihaknya menghadirkan penyuluh juga Poktan untuk mendapatkan sosialisasi terkait kerja-kerja instansi ini kedepan.
Berkenaan dengan HUT Perdana BPSIP NTT, lanjut Onike pihaknya melaksanakan Bimtek penguatan peternakan melalui pembibitan sapi potong Bali terstandar.
"Kami selama ini tengah melakukan pendampingan pemeliharaan bibit sapi di Desa Tesbatan 1 dan Desa Oenoni 1 di Kecamatan Amarasi. Di sana ada Kelompok Pemula dan Kelompok Bakituan yang mendapat pendampingan," kata Onike.
Dikatakan Onike, para penyuluh dan poktan dihadirkan di bimtek ini selain mendapatkan bekal pengetahuan juga melihat secara langsung pengukuran seluruh ternak sehingga para petani bisa mengikuti perkembangan.
Baca juga: Peneliti BPTP NTT Beralih ke Badan Riset dan Inovasi Nasional
Baca juga: Mantan Kepala BPTP NTT, Dr. Aser Rouw Nilai SDM Peneliti Pertanian di NTT Sangat Mumpuni
Pasalnya, ternak calon bibit yang tengah dikembangkan di dua desa itu sesuai hasil Standar Nasional Indonesia (SNI) termasuk memperkenalkan soal pakan ternak yang baik dan berkualitas.
Onike mengakui pada bimtek ini peserta rata-rata mengajukan pertanyaan terkait persoalan perkawinan sapi secara alamiah.
"Kendala yang dihadapi para petani peternak yakni perkawinan sapi. Makanya kita arahkan ke sistem Inseminasi Buatan (IB) tetapi kendala lain adalah semen yang tidak tersedia.
Perbedaan BPTP dan BPSIP
Secara terpisah Irianus Rejeki Rohi, Kepala Sub Koordinator Kerjasama Pengujian dan Penerapan BPSIP NTT menyampaikan soal perubahan nomeklatur BPTP ke BPSIP saat ini.
Menurutnya, BPTP sebelumnya Balitbangtan NTT dan locusnya pada inovasi dan riset namun saat ini sudah tidak ada lagi. Nomenklatur baru BPTP berubah menjadi BPSIP yang lebih pada pengujian hasil inovasi.
"Ini harus diperkenalkan dulu kepada publik sehingga tidak salah mengerti. Kalau dulu BPTP merupakan kumpulan para peneliti melakukan riset. Tetapi sekarang ketika menjadi BPSIP maka lebih ke pengujian. Apa yang sudah ada kita uji apakah masih dipertahankan atau perlu diperbaiki sesuai dengan cuaca ataupun iklim. Contoh, Padi Ciherang kita uji dampaknya seperti apa sekarang. Kita akan melakukan uji terhadap 1000 komponen teknologi tanaman pangan holtikultura," jelas Irianus.
Baca juga: Perwakilan Desa di Tastim, Belu Dapat Ilmu dari Kemenperin dan BPTP NTT
Terkait dengan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) dari pemerintah NTT, Irianus mengatakan, program tersebut belum sempurna karena sebelumnya merupakan pilot project Balitbang dilihat lebih pada aspek produksi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.