Berita Ngada

Jadi Narasumber Munas Unio Imam Projo Indonesia Bupati Ngada Testimoni Selamatkan Pekerja Ilegal NTT

Bupati Andreas Paru menceritakan bagaimana dirinya bergelut langsung dengan persoalan - persoalan yang dihadapi para pekerja ilegal

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/ORIS GOTI
Bupati Ngada Andreas Paru saat menjadi narasumber seminar bertema 'Berpastoral di Tengah Arus Migrasi' dalam Munas Unio Imam Projo Indonesia XIV di Kemah Tabor Mataloko, Kabupaten Ngada, Selasa 26 September 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oris Goti

POS-KUPANG.COM, BAJAWA - Bupati Ngada Andreas Paru memberikan testimoni terkait Pekerja Ilegal saat menjadi narasumber seminar bertema 'Berpastoral di Tengah Arus Migrasi' dalam Munas Unio Imam Projo Indonesia XIV di Kemah Tabor Mataloko, Kabupaten Ngada, Selasa 26 September 2023.

Bupati Andreas Paru menceritakan bagaimana dirinya bergelut langsung dengan persoalan - persoalan yang dihadapi para Pekerja Ilegal asal NTT di Papua. Sebagaimana diketahui sebelum menjadi Bupati Ngada, Andreas Paru merupakan anggota Polri yang pernah bertugas di Papua.

"Saya memang cukup lama di Papua, 38 tahun. Di Papua itu di Jayapura, Wamena, Merauke. Jadi saya juga tergolong orang yang bermigrasi. Di sana, di samping saya sebagai anggota Polri saya juga sebagai ketua paguyuban Ngada dan Nagekeo. Jadi sangat bersentuhan langsung dengan persoalan - persoalan tentang migrasi," ujar Bupati Andreas.

Baca juga: Pelatih PSN Ngada Kletus Gabhe Dapat Respon Positif dari Serena Francis Manager Bintang Timur FC

Bupati Andreas menceritakan pada 2008 ketika dirinya menjabat sebagai Wakapolres Jayapura, terjadi migrasi besar - besaran dari NTT ke Papua untuk bekerja di perusahaan kelapa sawit. Para pekerja dari NTT, lanjutnya, direkrut oleh sebuah perusahan tanpa melalui mekanisme yang benar alias ilegal.

"Mereka (para pekerja) tidak tau bagaimana kondisi Papua, bagaimana kondisi perusahaan itu, apa pekerjaan mereka. Yang jelas yang disampaikan (oleh perusahaan) yang enak - enak dengan penghasilan yang menggiurkan. Tetapi kenyataan setelah tiba, tibanya itu malam hari, turun dari kapal. Diberangkatkan dengan bus ke tempat kerja juga malam hari, nah ini bisa dibayangkan kondisi psikologis seperti apa" kata Bupati Andreas.

Bupati Andreas melanjutkan, para pekerja kemudian mengalami shok ketika tau mereka berada di hutan kepala sawit dan harus berhadapan dengan pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan. "Sehingga baru seminggu kerja, lari semua ke kota, ke Jayapura, Sentani. Kondisinya sangat memprihatinkan. Ada yang diserang malaria," urainya.

Baca juga: Soeratin Cup NTT 2023, Kletus Gabhe Dikabarkan Tak Nahkodai PSN Ngada U-17

Saat itu, kata Bupati Andreas, dirinya sempat menampung para pekerja yang kabur tersebut di rumahnya. Tidak hanya itu, dia juga memanggil dokter memeriksa dan mengobati para pekerja yang mengalami sakit. Saat kondisi para pekerja mulai membaik, Bupati Andreas kemudian memulangkan para pekerja ke daerahnya masing-masing dengan biaya pribadi.

Ada pula pengalaman Bupati Andreas membantu pemulangan jenazah pekerja ilegal asal Sumba Timur yang enggan ditangani oleh perusahaan karena baru beberapa minggu bekerja.

Namun, menurut Bupati Andreas gelombang migrasi pekerja ilegal memang terus terjadi dan susah dibendung. Melihat fakta ini Bupati Andreas juga berupaya mempekerjakan kurang lebih 30 pekerja di tempat usahanya dengan memberikan jaminan keselamatan dan penghasilan yang layak.

Kembali ke Ngada

Berbekal pengalaman di tanah Papua putra asli Ngada ini kembali ke kampung halaman pada 2014 dan mulai menyerap aspirasi masyarakat. Menurutnya, salah satu faktor mengapa masyarakat Ngada dan NTT pada umumnya nekat menjadi pekerja ilegal adalah faktor ekonomi.

Bagi Bupati Andreas hal ini ironis, sebab ada begitu banyak potensi di Ngada, apalagi tanah di Ngada relatif subur. Tidak hanya itu, pariwisata, peternakan dan kelautan di Ngada juga potensial untuk peningkatan ekonomi. Dia juga heran melihat ada lahan yang tidak dimanfaatkan masyarakat untuk bertani dan ada pula masyarakat yang tidak memelihara ternak.

Fakta lain, pengeluaran masyarakat Ngada untuk keperluan adat - budaya sangat tinggi. Hal ini berdampak menumpuknya hutang. Kondisi ini membuat masyarakat juga akhirnya sulit menabung, yang diketahui dari minimnya saldo di bank.

Dari hasil blusukan ke kampung - kampung, desa, kelurahan, Bupati Andreas berkesimpulan filosofi cara hidup untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Ngada melalui 'Tuza Mula Wesi Peni' (bertani dan beternak) harus dihidupkan sungguh. 
Hal itu kemudian termaktub dalam visi pembangunan Pemerintah Kabupaten Ngada 'Terwujudnya Masyarakat Ngada yang Unggul, Mandiri dan Berbudaya Berbasis Pertanian dan Pariwisata Berwawasan Lingkungan' dengan tagline 'Tante Nela Paris (Tani, Ternak Nelayan dan Pariwisata) untuk Tuka, Tuku dan Teka.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved