Berita NTT
Kepala BPMP NTT Sebut Hampir Seluruh SPM Bidang Pendidikan di NTT Belum Tuntas
Hal ini disampaikan Herdiana saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, usai melangsungkan kegiatan Gebyar PAUD NTT di Hotel Krystal, Kota Kupang
Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Kepala UPT Kemendikbudristek Balai Penjamin Mutu Pendidikan atau BPMP NTT, Herdiana, S.T.,M.B.A menyebut hampir seluruh standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan di Provinsi NTT hampir seluruhnya belum tuntas.
Hal ini disampaikan Herdiana saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, usai melangsungkan kegiatan Gebyar PAUD NTT di Hotel Krystal, Kota Kupang, Rabu 23 Agustus 2023 Malam.
Kegiatan Gebyar PAUD NTT merupakan salah satu kegiatan di bidang pendidikan. Dimana, salah satu hal mendasar di bidang pendidikan itu diistilah dengan standar pelayanan minimal (SPM).
Baca juga: Kanisius Mau: Perpustakaan PT di NTT Harus Berdampak Bagi Peningkatan Kualitas SDM
"SPM itu semuanya sama di seluruh Indonesia, karena memang itu hal dasar yang harus dipenuhi. Kebetulan saja untuk SPM di bidang pendidikan di NTT, hampir seluruhnya belum tuntas. Jadi masih menjadi tugas yang belum selesai," kata Herdiana.
Herdiana mengatakan, dari sekian banyak tugas yang belum selesai, hal dasar dalam SPM untuk pendidikan ada pada literasi, numerisasi dan karakter. Dimana, ketiga hal tersebut akan mudah ditanamkan dan dikembangkan ketika mulai dari PAUD.
"Melalui mas Menteri kita punya episode merdeka belajar yang pada episode keempatnya yaitu program transisi PAUD ke SD yang menyenangkan. Dimana hal itu menekankan bagaimana anak sekolah senang berada di lingkungan sekolah," ungkapnya.
Baca juga: Viral Pohon Tumbang di Noelbaki, Kabupaten Kupang - NTT
"Contohnya ketika anak-anak masih PAUD, banyak yang senang ke Sekolah, tetapi saat di bangku SD banyak yang tidak senang. Hal ini lah yang perlu kita ubah dalam transisi PAUD ke SD," tambahnya.
Herdiana menyebutkan salah satu yang menjadi persoalan dari standar pelayanan minimal bidang pendidikan yaitu sumber daya manusia yang masih minim. Sehingga, untuk meningkatkan SDM, terdapat banyak program yang diciptakan. Salah satunya program guru penggerak.
"Konsep guru penggerak dilakukan dari pusat. Selama ada calon guru-guru yang bisa masuk yang kita didik selama 6 bulan dengan yang paling pertama mengubah mindset mereka agar jangan diam, tetapi terus bergerak," ujarnya.
Baca juga: Kemenag Belu Terima Penghargaan Sebagai Penerbit Sertifikat Halal Terbanyak di NTT
"Program guru penggerak yang kita didik, salah satunya mengubah paradigma agar mau bergerak mandiri. Kita siapkan materi-materi bagus untuk guru itu bisa belajar. Kalau semakin banyak yang mengikuti program ini, maka jika gurunya sudah punya mindset, dia akan mendidik dengan menyenangkan," terangnya.
Herdiana menuturkan, ke depanya tidak ada lagi golongan anak pintar atau anak kurang pintar. Karena jika memberikan label pada anak-anak tertentu, maka akan membuat psikologi anak tertekan.
Dia menambahkan, hal itu bukan berarti mengurangi mutu pendidikan. Tetapi guru harus disiapkan menjadi guru-guru penggerak yang memiliki mindset yang berbeda, mendidik dengan cara masing-masing dan tidak boleh disamaratakan.
Baca juga: Terobosan Kadin Vokasi, Ribuan Anak NTT Bisa Magang ke Eropa
Lebih lanjut, terkait dengan ribuan sekolah PAUD yang belum terakreditasi di NTT, Herdiana mengatakan terdapat dua sisi yang bisa dilihat, bukan hanya negatif tetapi jug hal positif.
"Bisa jadi ini hal positif karena program PAUD yang baru cukup banyak di NTT. Jadi Wajar kalau belum terakreditasi. Tetapi, ini juga menjadi pr kita untuk kita terus mendorong ke depan agar bisa terakreditasi," tandasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.