Pilkada NTT
Sebut Sudah Paten, Luhut Dorong Orias Moedak 'Pulang Kampung' Bangun NTT
Luhut yang menjadi narasumber dalam acara itu bahkan memuji Orias sebagai sosok yang paten.
Ia berpesan, "Kalau saya cocok untuk membantu dan membangun NTT, pilihkan saya. Tapi kalau ada yang lebih cocok, silahkan pilih yang lain. Saya sudah siapkan diri menjadi gubernur untuk NTT yang lebih baik karena saya akan memberikan yang terbaik. Jangan mencuri."
Orias Petrus Moedak menyatakan, 40 tahun waktu yang cukup untuk pulang membangun kampung halaman.
Ia merantau keluar NTT sejak Oktober 1984 saat menerima beasiswa dari pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk melanjutkan dari SMA Negeri 1 Kupang ke SMA Negeri 1 Garut. Besaran beasiswa saat itu sebesar Rp 50.000 sebulan.
Selesai SMA di Garut, Orias Petrus Moedak melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, di Bandung, jurusan Akuntansi.
Sebagai Akuntan, Orias Petrus Moedak memulai karir pada bulan Januari 1991 di Kantor Akuntan Santoso Harsokusumo, member of Ernst and Young International.
Sebagai Auditor, Orias Petrus Moedak berpengalaman melakukan audit umum, audit khusus dan audit investigasi. Ia kemudian bergabung dengan Bahana Group, sebagai Investment Banker di PT Bahana Securities dan Direktur PT Bahana Artha Ventura.
Selama di Bahana, Orias Petrus Moedak menjadi bagian dari beberapa transaksi signifikan seperti Intial Public Offering (IPO, Penawaran Saham Perdana) beberapa BUMN, antara lain, Indosat, Telkom, dan Aneka Tambang serta menjadi bagian dari tim advisor pada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) saat krisis ekonomi tahun 1998.
Karir di bidang Keuangan berlanjut saat Orias Petrus Moedak bergabung dengan BUMN keuangan, Danareksa, sebagai Direktur PT Danareksa Sekuritas, kemudian sebagai Dirut PT Reliance Securities, Tbk dan ketika berkarir selama empat tahun di Singapura sebagai Managing Director Investment Banking, Head of Indonesia Coverage, Daiwa Capital Markets Singapore, Ltd.
Dari Singapura, pada tahun 2014 Orias Petrus Moedak kembali bergabung dengan BUMN sebagai Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo 2) dan bertugas menyiapkan pendanaan untuk pembangunan Pelabuhan New Priok.
Pada tahun 2016, Orias Petrus Moedak diangkat sebagai Direktur Utama Pelindo 3 yang juga membawahi wilayah NTT. Hanya 11 bulan sebagai Dirut Pelindo 3 Orias Petrus Moedak kemudian beralih ke BUMN pertambangan sebagai Direktur Keuangan PT Bukit Asam, Tbk yang mengelola tambang batubara dengan wilayah tambang terbesar di Sumatera Selatan.
Hampir setahun di PTBA, Orias Petrus Moedak diminta bergabung sebagai Direktur Keuangan Inalum untuk mendapatkan pendanaan akuisisi saham Freeport Indonesia.
Dalam waktu tujuh bulan, Orias Petrus Moedak mendapatkan dana USD 4 Miliar yang diperlukan untuk akuisisi saham Freeport.
Selesai akuisisi Freeport, Orias Petrus Moedak diangkat menjadi Wakil Direktur Utama PT Freeport Indonesia. Sekitar 11 bulan di Freeport Orias diangkat menjadi Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum atau MIND ID Group, pemegang saham mayoritas perusahaan tambang BUMN, Aneka Tambang, Timah, Bukit Asam, Inalum dan Freeport Indoensia serta 20 persen saham Vale Indonesia) sampai dengan akhir Oktober 2021.
Saat sebagai Dirut Inalum, Orias Petrus Moedak juga merangkap sebagai Wakil Komisaris Utama PT Freeport Indonesia sampai tahun 2022. Pada tahun 2023 Orias diangkat sebagai Komisaris Independen pada PT Rukun Raharja, Tbk perusahaan yang bergerak pada bidang minyak dan gas bumi.
Selain sebagai Direksi, Orias Petrus Moedak juga menjabat sebagai Komisaris di bebeberapa yang bergerak di berbagai bidang usaha seperti pembiyaan, dan rumah sakit.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.