Opini Frits O Fanggidae
Konsumsi Pangkal Kaya
Demikianlah arus melingkar perputaran pendapatan diantara pelaku ekonomi, pada akhirnya berakumulasi pada konsumsi.
Implikasi inilah yang menjadi problematik akut dalam perekonomian NTT. Perekonomian yang pertumbuhannya sebagian besar dari konsumsi, adalah perekonomian yang minim nilai tambah.
Baca juga: Optimalisasi Inisiatif RCEP Didorong Bantu Pulihkan Ekonomi Global dan Ketahanan Ekonomi
Kondisi demikian tidak boleh dibiarkan terus. Kehidupan masyarakat semakin sulit. Lapangan kerja dan kesempatan kerja produktif sulit bertambah. Pada gilirannya kemiskinan sulit diturunkan.
Perekonomian yang minim nilai tambah harus ditransformasi menjadi perekonomian dengan nilai tambah yang memadai. Nilai tambah diperoleh dari aktivitas produksi, bukan konsumsi.
Peningkatan produksi harus didukung dengan kualitas SDM yang baik, ketersediaan modal (uang dan teknologi) yang memadai, adanya enterpreneur yang mampu mengelola faktor produksi secara effisien dan effektif untuk menghasilkan nilai tambah.
Kalau demikian, pendulum konsumsi pangkal kaya harus ditransformasi, bukan kembali ke hemat pangkal kaya, tetapi menjadi cerdas pangkal kaya. Pada pendulum inilah kebijakan Moneter Bank Indonesia dan Kebijakan Fiskal Pemerintah harus bersinergi menghasilkan pelaku ekonomi yang cerdas, yaitu pelaku ekonomi
yang mampu menggunakan pendapatan dan aset untuk produksi dan konsumsi. (Frits O Fanggidae – Dosen FE – UKAW Kupang - Local Expert Mitra Kanwil Perbendaharaan NTT)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/pengamat-ekonomi-ukaw-kupang-frits-fanggidae.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.