Renungan Kristen

Pendidikan Menuntun Kepada Hikmat dan Kehidupan Bukan Gelar dan Jabatan

Banyak orang bisa mendapat gelar dan jabatan karena pendidikannya, tetapi belum tentu mereka berhikmat dan bijaksana.

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Renungan Pdt Dina Dethan-Penpada 

Sebaliknya Perilaku orang Fasik (tidak berhikmat) akan dipunahkan dari tanah itu. Pengkhianat akan dibuang (Ams 2:22). Jadi hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat bertekun untuk hidup dalam batas pagar.

Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.”

Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan menyebutnya sebagai suatu “kesempatan”.

Hidup dalam batas pagar akan menjamin kedisiplinan dan kedewasaan. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar yang telah dibuat Tuhan untuknya (ayat 20 dan 21).

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar menerima yang baik dan menolak yang jahat dan jangan berkompromi. Sebab kalau salah menerima didikan yang baik, akan terjerat dalam kejahatan.

Banyak ortu, guru, kakak, yang stress dengan gaya anak-anak sekarang yang menolak untuk ditegur, tidak mau menerima didikan. Hidup masih bergantung pada ortu, tapi tidak mau ditegur. Anak-anak sekarang kalau disuruh duduk untuk dinasehati orangtua, seperti duduk di kursi panas. Tapi kalau dapat info baru yang meskipun dia tahu itu jahat, tapi dia bilang, „tolong share lengkap dan terus bagaimana“.

Banyak orangtua yang tidak berhikmat. Tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik menurut kehendak Tuhan. Sehingga ada kata bijak yang mengatakan: “Menjadi tua itu adalah kepastian, menjadi dewasa itu adalah pilihan” Artinya orang yang sudah tua belum tentu dewasa, belum tentu berhikmat. Itu sebuah pilihan. Mau berhikmat, berarti mesti berusaha berjalan ikut Tuhan punya mau, walaupun sulit, namun itu adalah pilihan yang ditetapkan.

Dunia kita tiap saat menawarkan, dan terus menawarkan hal-hal jahat. Jangan heran dunia saat ini dipenuhi kejahatan, bahkan Indonesia dinyatakan sebagai negara darurat kekerasan seksual. Narkoba, pencurian dsnya dimana semua ini membuktikan bahwa negara kita berada dalam situasi dan harus mendapat perhatian serius.

Hari ini selain kita merayakan bulan Pendidikan di minggu terakhir, kita juga bersyukur oleh karena Tuhan memberkati jemaat ini dengan tanah dan hasil yang melimpah. Berkat ini dialami sebagai bagian dari ketentraman hidup di tanah yang Tuhan berikan. Bukti Tuhan memelihara. Ada banyak orang tidak memiliki tanah untuk tinggal, apalagi usaha pertaian. Hari ini kita bersyukur untuk penyertaan Tuhan.

Jadi Kembali ke Thema, kalau Pendidikan yang kita dapat baik itu formal, mulai dari TK/PAUD.SD- hingga kepada Perguruan Tinggi dalam jenjang S1-S3, maka hendaknya menuntun kita untuk berhikmat. Bukan sebaliknya. Jika tidak berhikmat maka hidup akan jauh dari berkat-berkat yang dijanjikan Tuhan. Bahkan akan mendapat hukuman atau ganjaran dari NYa. Tuhan berkati kita dengan FirmanNya. Amin. (*)


*)
Pdt. Dina Dethan-Penpadamerupakan Kepala Personil Majelis Sinode GMIT Kupang.

**) Khotbah pada kebaktian Minggu dan Perayaan Syukur Panen, 30 Juli 2023 di Jemaat Alfa Omega Labat, Klasis Kota Kupang.


Ikuti berita terbaru POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved