Renungan Kristen
Pendidikan Menuntun Kepada Hikmat dan Kehidupan Bukan Gelar dan Jabatan
Banyak orang bisa mendapat gelar dan jabatan karena pendidikannya, tetapi belum tentu mereka berhikmat dan bijaksana.
Jika seorang murid bersedia menerima dan memeliharanya di dalam hati, maka sikap hidup dan seluruh tingkah laku si murid juga dikontrol oleh pengajaran tersebut. Jadi hati sebagai pengontrol kehidupan seseorang.
Tuntunan berikut bagi seorang murid adalah kesungguhan (ayat 2). Kesungguhan ditunjukkan melalui pemusatan perhatian dan pendengarannya kepada hikmat itu, termasuk menaati yang didengar oleh telinga
Dalam kitab Amsal, “telinga” digunakan bukan saja sebagai organ pendengarannya tetapi juga kepatuhan. Kesungguhan di dalam menuntut hikmat itu secara khusus diperlihatkan lagi pada ayat 4 secara baik sekali bahwa “Jikalau engkau mencarinya seperti perak dan engkau mengejarnya seperti harta terpendam”.
Hikmat tidak hanya perlu dicari, tetapi juga harus dikejar dengan sungguh-sungguh, dengan tekun, gigih, pantang menyerah, berdisiplin, dan berkesinambungan, seperti mencari perak dan mengerjar harta terpendam yang berharga.
Berulang-ulang penulis kitab Amsal menekankan bahwa hikmat itu lebih berharga dari perak dan emas. Hal tersebut mau menggambarkan betapa sulitnya memperoleh hikmat itu.
Mengejar hikmat sesungguhnya adalah mengejar berkat yang disediakan Tuhan bagi manusia beriman (Ayat 5-22). Berkat-berkat bagi orang-orang yang memperoleh hikmat adalah pertama menuntuk orang menjadi takut Tuhan.
Takut akan Tuhan sehingga terpelihara dari kejahatan sepanjang perjalanan hidup (ayat 5-8); Penegasan ini sudah dikatakan dalam Amsal 1:7 : takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.
Memperoleh kekuatan untuk lepas dari masalah yang dihadapi. Kekuatan itu dipakai Tuhan untuk memberi kelepasan, pertolongan, dan keberhasilan. Kekuatan itu melindungi yang jujur. Kedua menjadikan orang beriman memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dari yang jahat sehingga dapat mengelakkan diri dari dosa (ayat 11).
Baca juga: Renungan Harian Kristen Rabu 26 Juli 2023, Dewa Mamon
Baca juga: Renungan Harian Kristen Senin 24 Juli 2023, Janganlah Berdalih
Orang beriman yang dilukiskan oleh penulis Amsal sebagai “murid” akan memiliki manfaat hikmat yang disebutkan pertama dan kedua tersbut yang menutun dia untuk lepas dari pengaruh “jalan jahat”.
Tuhan juga mengaruniakan yang berikutnya, kita sebut saja berkat ketiga (3) yakni keinginan untuk menjauhi orang jahat dan bergaul dengan orang yang benar dan baik (ayat 12-15, dan 20); dan berkat ke empat yakni menjauhi kebejatan seksual (ayat 16-19).
Makna dari kata “rumahnya” pada ayat 18a, bukan semata-mata tempat tinggal seorang pelacur itu. tetapi, “rumahnya” menujuk kepada sang pelacur itu sendiri. Dan berkat kelima adalah Memperoleh berkat-berkat yang dijanjikan Allah berupa Tanah dan kenyaman hidup (ayat 21 dan 22).
"Orang berhikmat akan tinggal di tanah“, ungkapan ini memiliki dua makna, pada satu pihak kata tanah menujuk pada “bumi”. Orang yang takut Tuhan dan berhikmat akan menjalani kehidupan dengan tenang di bumi. Pada pihak lain menunjuk kepada Perjnajian Allah kepada para bapa leluhur Israel.
Allah menganugerahkan Tanah Perjanjian kepada Abraham dan keturunannya sebagai milik abadi (Kejadian 15:8-21). Tuhan memberikan anugerah ini kepada Abraham sebagai hadiah atas ketaatannya.
Tetapi meskipun tanah itu diberikan, Israel dituntut untuk hidup dalam kebenaran di hadapan Allah untuk menikmati manfaat dari tinggal di tanah itu (Ulangan 30:15-20).
Jadi, mereka yang berjalan di jalan yang baik akan termasuk dalam berkat yang dijanjikan kepada umat Allah, pewaris janji kepada Abraham, Yakub, Musa, Daud, dan yang lainnya. Orang yang tidak bersalah akan tetap tinggal di dalamnya, yaitu di tanah. Tuhan telah berjanji bahwa jika Israel memilih jalan kehidupan, mereka akan diberkati dan terus tinggal di tanah itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.