Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 16 Juli 2023, Benih Itu Jatuh
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Benih Itu Jatuh.
Yesaya dalam nubuatnya ini mau menggarisbawahi bahwa Firman Tuhan itu memiliki daya atau kekuatan yang sangat besar dan tak dapat ditahan oleh siapa pun.
Dan sekali keluar dari mulut Allah, maka Firman itu akan mencapai kehendakNya sesuai dengan alur Firman itu sendiri dan menghasilkan sesuatu sesuai dengan kehendak Allah.
Daya tumbuh atau daya gerak dari Firman itu selalu menjadi sebuah proses menjadi satu hal sesuai dengan maksud dari Firman itu sendiri.
Maka ketika kita berbicara, maka gunakanlah kata-kata yang membuat kata-kata itu bisa menghasilkan banyak buah bagi orang lain yang mendengarkan kata-kata kita.
Bagi Paulus, apa yang kita terima saat ini selalu tidak sebanding dengan apa yang akan kita terima di kemudian hari ketika kita tetap setia kepada kehendakNya.
Kita semua menantikan kemuliaan Tuhan pada waktuNya sebagai anak-anak Allah karena Tuhan sendiri telah menjadikan kita anak-anak Allah dalam dan melalui Firman yang telah menjadi manusia yang telah memerdekakan kita dari perbudakan dosa.
Secara lebih meyakinkan Yesus dalam Injil hari ini berbicara secara khusus tentang benih firman yang ditaburkan oleh seorang penabur.
Ini teks yang panjang dan Yesus sendiri juga sudah memberikan penjelasan banyak hal tentang firman atau benih itu dari yang jatuh di pinggir jalan, yang berbatu-batu, di semak duri, dan akhirnya di tanah subur dan yang menghasilkan banyak buah.
Yesus mau menegaskan kepada kita bahwa Firman yang disampaikan kepada kita itu bisa menghasilkan atau tidak tergantung dari setiap orang yang menerima firman itu.
Benih itu sudah jatuh, dijatuhkan atau dibagikan kepada kita sesuai dengan keadaan kita masing-masing.
Benih firman itu sudah kita terima sebagai murid-murid Tuhan.
Menjadi persoalan sekarang adalah, apakah kita atau hati kita menjadi wadah yang layak bagi benih firman itu untuk bertumbuh?
Apakah kita benar-benar menyiapkan tanah hati kita untuk bertumbuhnya firman itu?
Ataukah ladang hati kita sudah lebih dulu dipenuhi dengan segala hal yang lainnya sehingga tak ada lagi tempat bagi benih firman itu untuk bertumbuh?
Masing-masing kita sendiri yang menilai apakah kita benar-benar sudah menyiapkan benih firman itu agar bisa tumbuh dengan baik atau tidak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.