Berita Sikka

Tomat di Sikka Over Produksi, Yance Maring Sarankan Pemerintah untuk Lakukan Pemetaan Wilayah Tanam

dan perlu dilakukan pendampingan yang intensif sehingga mereka bisa antisipasi hal-hal yang terjadi seperti over produksi

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ALBERT AQUINALDO
TOMAT - Tomat, hasil kebun hortikultura dengan sistem teknologi irigasi tetes yang dikelola Yance Maring di belakang Kantor Bupati Sikka. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Albert Aquinaldo

POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Hasil panen tomat di Kabupaten Sikka saat ini mengalami over produksi. Akibatnya, harga tomat di pasar-pasar tradisional di Kota Maumere anjlok hingga Rp 1.000/kg.

Hal itu dijuga dialami Yance Maring, salah satu petani milenial di Kabupaten Sikka yang dikenal dengan budidaya tanaman hortikultura dengan sistem teknologi irigasi tetesnya.

Dengan kondisi itu, Yance terpaksa membagikan kurang lebih 500 kilogram tomat kepada masyarakat Kabupaten Sikka secara gratis.

Penyebab over produksi tomat menurut Yance Maring yang terkenal dengan sistem teknologi pertanian irigasi tetes, yakni selain banyaknya hasil produksi tomat dari para petani hortikultura, juga adanya petani-petani sawah yang juga menanam tomat pasca panen padi.

"Dan kondisi over produksi tomat ini sudah terjadi beberapa tahun terakhir ini," ujar pria lulusan Arava Int Center For Agricultural Training (AICAT) Israel.

Baca juga: Pemilih Tertua di Kabupaten Sikka Wanita Lansia Berusia 110 Tahun 

Dengan kondisi over produksi tomat ini, Yance berharap agar Pemerintah Kabupaten Sikka mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada para para petani hortikultura dan membuat industri-industri pengolahan guna mengantisipasi terjadinya over produksi.

Yance mengaku, dirinya menanam tomat diatas lahan seluas 1,5 hektar dengan biaya yang biaya produksi kurang lebih Rp 20 juta rupiah.

Dia juga menjelaskan, apabila tomat yang dibagikan kepada masyarakat Kabupaten Sikka secara gratis dijual dengan harga minimal Rp 5.000/kilogram, maka dirinya sudah mendapat kurang lebih Rp 2,5 juta.

"Selama terjadi penurunan harga ini, kan terakhir ini kita sudah kurang lebih  mengalami anjloknya harga tomat, itu kurang lebih sekitar 2 ton, kalau dikali dengan harga normal misalkan Rp 7.000 atau Rp 8.000/kilogram, berarti sudah dapat sekitar Rp 14 juta seharusnya, tapi dengan kondisi ini, kalau dijual itu paling tinggi dengan harga Rp 2.000-Rp 2.500/kilogram, bahkan kemarin itu bahkan dijual dengan harga Rp 1.000/kilogram pun orang tidak beli," beber Yance Maring.

Selain meminta Pemerintah Kabupaten Sikka untuk melakukan kebijakan yang berpihak kepada para petani hortikultura dan juga membuat industri-industri pengolahan skala rumahan, Yance Maring juga menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Sikka melakukan zonasi atau pemetaan wilayah tanam. 

Baca juga: BREAKING NEWS: Anak 6 Tahun di Sikka Gelisah hingga Tak Mau Minum, Diduga Rabies

"Sehingga perlu diatur, misalkan daerah A khusus untuk tanaman tomat, daerah B tanaman cabe, daerah C tanaman lain, dan perlu dilakukan pendampingan yang intensif sehingga mereka bisa antisipasi hal-hal yang terjadi seperti over produksi," jelas Yance.

Pemerintah Kabupaten Sikka juga, lanjut Yance, harus mempunyai data ril terkait dengan kebutuhan masyarakat dan data produksi di masyarakat.

Hal itu dilakukan agar pemerintah bisa mengetahui kebutuhan hasil tanaman hortikultura seperti ini bisa diatur.

"Katakanlah kita punya data kebutuhan konsumsi masyarakat Sikka, misalkan cabe 1 bulan 10 ton, maka yang harus kita lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan 10 ton itu," tutup Yance Maring.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved