Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Selasa 13 Juni 2023, Garam dan Terang

Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul Garam dan Terang.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - Bruder Pio Hayon SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Selasa 13 Juni 2023 dengan judul Garam dan Terang. 

Tak ada kepalsuan dalam diriNya sendiri.

Di sini kita belajar bahwa sejatinya kita adalah Ya dari Allah untuk satu maksud Allah yang sejak awal telah ditetapkanNya bagi kita.

Menjadi persoalan adalah bahwa kita kadang menyangkal Allah entah secara nyata entah lewat pola tingkah laku dan tutur kata kita yang sama sekali tidak mencerminkan kebenaran ini.

Kita seringkali gampang jatuh dalam sikap yang “abu-abu”, kadang Ya, kadang Tidak.

Di hadapan Allah saat permandian atau krisma atau janji pernikahan, janji kaul atau tahbisan atau sumpah jabatan kita sering mengakui dengan lantang untuk menyatakan Ya untuk setia namun dalam kenyataan harian kita bisa serta merta menyatakan Tidak yang terlihat dalam pola tingkah laku kita.

Itulah kita manusia. Kita tak mampu setia dengan apa yang kita punyai, tapi sering kali memoles kata “Tidak” dalam pernyataan “Ya” kita.

Maka Yesus dalam Injil hari ini memberikan contoh yang sangat praktis dari dua kenyataan yang menjadi bagian dari kehidupan kita yakni menjadi Garam dan Terang.

Jika hidup kita bisa membuat hidup orang lain lebih baik dan bahagia karena sikap dasar kita sebagai Garam dan mampu menjadi terang bagi kehidupan orang lain seperti Cahaya lampu yang menerangi kegelapan itu.

Yesus mau menyatakan bahwa ketika kita menjadi garam, maka hanya rasa asin yang akan tampak dan tak mungkin sekaligus menjadi tawar pada saat yang sama.

Menjadi garam berarti harus menjadi asin bukan menjadi Asin dan Tawar. Itu sikap abu-abu kita.

Begitu juga dengan Terang. Terang itu mengusir kegelapan supaya menjadi terang dan kita dapat melihat dalam kegelapan. Tidak pernah akan mungkin bahwa ketika kita menjadi Terang, pada saat yang sama kita sekaligus menjadi Gelap itu sendiri.

Seperti kata St. Paulus, di dalam Allah hanya ada Ya, dan dalam konteks kita, dalam diri kita jadilah hanya seperti Garam dan Terang, rasa asin dan bercahaya.

Hanya kita manusia sering sekali membalikkan kenyataan itu. Kita menutupi kegelapan kita dengan menjadi terang, atau sebaliknya kita menjadi asin untuk menutupi rasa tawar hati kita.

Kalau kita sudah menjadi Garam, maka sifat dasar asin dari garam tak mungkin jadi tawar lagi.

Begitu juga dengan terang, sifat dasarnya adalah bercahaya dan tak mungkin tiba-tiba menjadi gelap.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved