Berita Belu

Kisah Siswa SD di Pinggiran Kota Atambua Belu, Andalkan Pelita Saat Belajar Malam Hari  

salah satu siswa sekolah Dasar di kampung Fohomea tersebut, mengaku sudah bosan belajar menggunakan lampu pelita

Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
ANAK-ANAK - Anak-anak sedang belajar bersama menggunakan lampu pelita di salah satu rumah warga di Kampung Fohomea, Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu. Jumat, 3 Juni 2023 malam. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Suasananya tenang, sunyi, dingin dan gelap menjadi kesan pertama begitu menginjakkan kaki di Kampung Fohomea, Dusun Nekafehan, Kelurahan Manumutin, Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste. 

Kampung Fohomea ini hanya berjarak 4 kilometer dari Kota Atambua, Kabupaten Belu. Meski jarak yang begitu dekat, namun kondisi jalannya pun masih rusak parah dan penuh bebatuan, bahkan listrik pun tidak ada. 

Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang tidak pernah mampir ke sana membuat dusun yang berpenghuni sekitar 200 lebih jiwa dengan 67 kepala keluarga ini seolah menjadi kampung yang terisolir. 

Akibatnya anak-anak terpaksa mengandalkan lampu pelita saat belajar pada malam hari. Gelapnya malam dan redupnya lampu pelita menjadi sahabat anak-anak setiap malam.

Baca juga: Kembangkan Kreativitas, Kemenag Gelar Lomba Pesparawi Tingkat SMP dan SMA/K se-Kabupaten Belu

Pantauan POS-KUPANG.COM, tampak anak-anak sedang belajar bersama di salah satu rumah warga dengan menggunakan lampu pelita. 

Frans, salah satu siswa sekolah Dasar di kampung Fohomea tersebut, mengaku sudah bosan belajar menggunakan lampu pelita. Mereka rindu adanya listrik PLN. 

"Kak, kami sudah bosan belajar pake lampu pelita. Kadang kami juga belajar dirumah tetangga yang ada lampu modul (sehen). Kami rindu listrik PLN," ujarnya kepada POS-KUPANG.COM, Jumat, 3 Juni 2023 malam. 

Ia mengaku tetap semangat belajar meski tidak didukung penerangan pada malam hari. "kalau ada tugas dari sekolah saya kadang kerja siang, malam juga kami sering belajar kelompok untuk latih tulis dan membaca," ungkapnya. 

Sementara salah satu warga Fohomea, Maria Magdalena Mau, mengaku bahwa dengan ketiadaan jaringan listrik PLN membuat siswa memang sulit belajar saat malam hari.

Baca juga: Polres Belu Gelar Bazar UMKM di Pasar Senggol Atambua

"Sudah 15 tahun sejak 2008 kami tidak ada listrik. Kadang kalau malam anak-anak disini mereka datang cari lampu sehen (ekstra hemat energi,red). Mau cas HP juga kami sudah, harus ke kampung tetangga. Kalau bisa Pemerintah tolong perhatikan kami," tuturnya. 

Maria yang juga menjabat sebagai Ketua RT 31 tersebut mengaku sudah sering kali menyuarakan terkait persoalan listrik di tingkat Kelurahan. 

"Kita sering omong saat rapat, pihak kelurahan juga sudah pernah hantar proposal ke Kantor PLN yang di Kupang, KTP juga kita sudah kumpul semua, mereka melalui PLN Cabang Atambua sudah pernah turun survey, tapi sampe ini tidak ada kabar lagi," tambahnya. 

Selain listrik, ia juga mengaku kalau di kampung Fohomea juga sangat membutuhkan air bersih dan akses jalan yang baik. 

"Kami juga sudah air bersih, biasanya satu tangki air itu kalau sampe sini rp 150 ribu untuk lima KK. Mungkin karena jalannya yang rusak parah makanya mahal begitu. Mau tidak beli kita sangat butuh. Memang kalau musim hujan kita tidak susah. Sekali lagi mohon pemerintah perhatikan kami. Kami juga ingin merasakan apa yang dirasakan oleh kampung tetangga," ungkapnya berlinang air mata. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved