Berita NTT

HUT ke-206 Pattimura, Penjabat Wali Kota Kupang dan Wagub NTT Jadi Pattimura 

Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh dan Wakil Gubernur (Wagub) NTT Josef Nae Soi menjadi Thomas Matulessy atau Pattimura masa kini. 

Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
BAKAR OBOR - Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi bersama Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh serta Ketua juga Pengurus IWASMA NTT melakukan pembakaran obor dalam perayaan hari ulang tahun Thomas Matulessy atau Pattimura di alun-alun Kota Kupang, Sabtu 20 Mei 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh dan Wakil Gubernur (Wagub) NTT Josef Nae Soi menjadi Thomas Matulessy atau Pattimura masa kini. 

Keduanya mengenakan pakaian khas Pahlawan Nasional Pattimura. Kedua pemimpin di NTT itu mengenakan syal atau berang, yang diikat di kepala, lengkap dengan baju merah. Warga Maluku menyebut warna merah sebagai simbol pemberani. 

Warna merah juga menjadi simbol yang erat kaitannya dengan Pattimura. Warna merah sebagai keberanian dari seorang pahlawan dari Indonesia Timur itu menjadi warisan hingga ke Pattimura muda masa kini, seperti Josef Nae Soi dan George Hadjoh. 

Tidak hanya Josef Nae Soi dan George Hadjoh, ratusan warga Maluku yang ada di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur juga menggunakan busana yang sama. Dari anak-anak hingga orang dewasa, ikut mengenakan warna simbol perlawanan itu.  

Baca juga: HUT ke- 206 Pattimura, IWASMA NTT Gelar Lari Obor Pattimura

Warna merah sebagai identitas khas dari Pattimura menyerka ketika perayaan hari ulang tahun ke 206 di Kota Kupang, Sabtu 20 Mei 2023 di alun-alun Ibu Kota Provinsi NTT. 

Pahlawan nasional dari daerah Nusa Ina itu, dari penuturan warga mewariskan semangat sebagaimana Pattimura muda dulu menghadapi penjajahan. Perayaan oleh warga yang tergabung dalam Ikatan Warga Asal Maluku (IWASMA) NTT itu semarak. 

Adapun 40 orang pelari yang membawa obor sebagai nyala semangat. Obor ini diarak dari kawasan Kota Raja menuju ke Pasir Panjang sambil memainkan sejumlah tarian dan teriakan yang terus menggelegar sepanjang jalan. 

Para pelari juga membawa parang sambil. Ada juga yang tanpa mengenakan baju lalu badannya diolesi sebuah bahan warna hitam atau Alifuru. Kedatangan rombongan itu disambut Tarian Cakalele yang dimainkan oleh dua orang penari. 

Baca juga: IWASMA NTT Gelar Acara Natal Bersama

Penari Cakalele itu juga menggunakan busana yang unik. Tanpa baju dengan sebuah mahkota dan celana dari dedaunan. Ada parang dan sebuah alat pelindung yang dipegang. Mereka menyambut obor seperti kemenangan sesuai pertandingan. 

Setelah itu, seorang pemimpin dari pelari lalu menyerahkan obor ke ketua IWASMA NTT Eli Wairata di pelataran alun-alun. Setelah mengucap beberapa kalimat, obor diberikan. Eli Wairata menerima obor itu dan menyerahkan ke Josef Nae Soi untuk membakar obor besar yang ada di panggung utama. 

Suasana sore hari di alun-alun Kota diselimuti warna tunggal, merah. Pelari yang membawa obor ataupun penari Cakalele berjejer dan berlari sambil berteriak mengitari panggung utama perayaan. Semarak perayaan sang pahlawan itu berlanjut hingga penampilan tarian lain seperti memainkan alat musik terompet dan tari Foti dari Rote Ndao. 

Sementara itu Ketua IWASMA NTT Eli Wairata dalam sambutannya mengatakan, sebetulnya acara ini digelar tanggal 15 Mei 2023 tetapi baru dilaksanakan kali ini. Ia menyebut perayaan di hari ini juga merupakan sebuah kebanggaan. 

"Kita membangkitkan semangat kita dalam Bhineka Tunggal Ika," sebut Eli. 

Eli menyebut sejak dilantik, IWASMA NTT telah diingatkan agar menjadi seratus persen Maluku dan seratus persen orang NTT. Hal itu terbukti ketika menipu terompet yang biasanya dilakukan oleh orang Ambon atau Maluku, tetapi dalam perayaan kali ini justru dimainkan oleh orang NTT, yang dilatih oleh orang Ambon. 

Baca juga: Lantik Pengurus, Wagub Josef Nae Soi Minta IWASMA NTT Jaga Keharmonisan

Ia menjelaskan, simbol obor merupakan semangat yang tularkan oleh Pattimura bagi generasinya. Begitu juga dengan baju dan syal berwarna merah yang merupakan Pattimura muda kekinian. Jika dulu, kata dia, Pattimura melawan penjajah, maka era sekarang perlawanan sebenarnya adalah semua hal yang menjadi tanggungjawab bersama. 

"Kita bicara stunting, kita harus berada dalam porsi untuk melawan supaya kita tidak ada stunting. Kita bicara tentang kemiskinan, kita ada untuk memberantas kemiskinan. Lalu kita bicara tentang ekonomi dan pengangguran, kita ada dan kita berarti buat NTT. Obor ini adalah sebagai semangat dan pemicu kita untuk kita selalu berada dengan masyarakat NTT," ujarnya. 

IWASMA NTT juga berkomitmen untuk membantu Pemerintah Kota Kupang dalam upaya membangun Kota Kupang. Baginya semangat Pattimura akan tetap terpatri kini dan sepanjang perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Baca juga: Buka Puasa Bersama Jadi Moment Pererat Tali Persaudaraan Warga Maluku di Kota Kupang

Wakil Gubernur Josef Nae Soi dalam kesempatan yang sama mengatakan, Pattimura merupakan pahlawan nasional yang bukan hanya di Maluku tetapi bagi Nusantara bahkan hingga ke Belanda. 

Melihat sejarah, Pattimura pernah digantung di pusat Kota Ambon. Oleh penjajah agar Pattimura menutup matanya. Pattimura hanya menjawab saat itu bahwa dirinya adalah orang Maluku dan Indonesia. 

"Ini yang menjiwai semangat darah daging kita. Menginternalis kita bangsa Indonesia dan khususnya pemuda-pemudi NTT asal Maluku," kata dia. 

Baca juga: Gelar Silaturahmi Tokoh Pemuda Maluku Kei Bersama Maung Hercules NTT,Damai Melanesia

Mantan anggota DPR RI itu berkata, nama Pattimura merupakan manifestasi dari jiwa dan raga harus diikuti. Josef Nae Soi menuturkan, Pattimura lahir sebagai seorang bangsawan tetapi rela mati demi mempertahankan bangsanya, Indonesia. 

Teladan Pattimura, ujar Josef Nae Soi, menginginkan generasinya kini harus bebas dari kemiskinan dan kebodohan hingga kemelaratan maupun tindakan yang merugikan satu sama lain. Kalimat Hiti-hiti, Hala-hala, sebenarnya mengajak semua pihak termaksuk orang Maluku di NTT untuk bekerja sama. 

"Hiti-hiti Hala-hala, kerja sama. Kerja sama dalam arti kolaborasi. Tidak boleh merubah anda keturunan Maluku menjadi keturunan NTT, tidak. Tidak boleh merubah anda NTT menjadi keturunan Manado, keturunan Maluku. Tetapi jadilah anda keturunan Maluku, jadilah anda keturunan NTT. Maka NTT seratus persen, Maluku seratus persen," jelasnya. 

Akan tetapi, kolaboratif itu juga tidak harus meninggalkan ciri budaya yang telah wariskan hingga kini. Josef Nae Soi juga menyebut dirinya ketika membakar obor, bulu kuduknya ikut menyambut. Baginya hal-hal semacam ini tidak sembarang dilakukan, apalagi dilakukan untuk memperingati HUT seorang pahlawan nasional. 

Josef Nae Soi mengibaratkan itu dengan slogan IWASMA NTT yakni Lawanena Haulala, yang berarti apa yang dari depan tidak boleh mundur lagi. Demikian juga ucapan Thomas Matulessy ketika ia dihukum gantung di tengah Kota Ambon.  (fan)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved