Berita Sumba Barat
Lapas Waikabubak Melawan Stigma Negatif Masyarakat Tentang “Penjara”
Pertanyaan-pertanyaan bagaimana mereka sehari-hari di dalam Lapas atau seperti apa makanan mereka bukan hal baru yang diterima oleh para pegawai Lapas
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Sistem penjara yang penuh dengan berbagai macam penyiksaan sepertinya sudah melekat di masyarakat hingga saat ini. Tidak sedikit sering dijumpai orang yang masih bertanya-tanya seperti apa perlakuan terhadap narapidana di dalam Lapas atau Rutan.
Pertanyaan-pertanyaan bagaimana mereka sehari-hari di dalam Lapas atau seperti apa makanan mereka bukan hal baru yang diterima oleh para pegawai Lapas.
Demikian pula di Lapas Waikabubak yang menjadi salah satu penjara yang dianggap paling mengerikan di Nusa Tenggara Timur. Menjadi satu-satunya Lapas yang berada di wilayah Sumba Barat, tentu tidak bisa dihindari mengenai hal ini.
Jelas saja berdasarkan data sensus subyek politik dan keamanan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur pada periode 2018-2020, Sumba Barat mendapat posisi wilayah kedua setelah Kota Kupang dengan tindak pidana terhadap fisik manusia tertinggi.
Kepala Lapas Kelas IIB Waikabubak Yohanis Varianto menanggapi hal ini sebagai tantangan baru dalam dalam perjalanan karirnya.
Dalam rilis yang diterima POS-KUPANG.COM, Varianto menyebut bukan hal baru bagi dirinya menghadapi stigma negatif karena perubahan sistem penjara menjadi sistem pemasyarakatan yang belum begitu dipahami oleh masyarakat saat ini.
Lapas Waikabubak melalui Sub Seksi Kegiatan Kerja terus melakukan pembenahan dalam mendukung terwujudnya tujuan sistem pemasyarakatan.
Upaya peningkatan keterampilan narapidana menjadi salah satu fokus utama dalam hal ini.
Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk memberikan pendidikan keterampilan menjadi salah satu cara pembinaan kemandirian terhadap narapidan di Lapas Waikabubak.
Baca juga: Lantik 23 CPNS Lapas Waikabubak, Varianto Minta Jaga Marwah Kemenkumham
Tidak cukup itu saja, upaya lain yang dilakukan Lapas Waikabubak yaitu dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada di Lapas guna menunjang peningkatan keterampilan para narapidana.
Dalam perjalanan pembinaan kemandirian ini, Yohanis Varianto terus memberikan tantangan baru kepada para narapidana untuk menghasilkan berbagai produk bernilai jual.
Berbekal tayangan di Youtube, ide-ide untuk menghasilkan keterampilan dengan pemanfaatan bambu sebagai bahan utama menjadi fokus pembinaan keterampilan narapidana.
Lapas Waikabubak sendiri memiliki lahan kosong kurang lebih 4 hektar di sekitar kantor. Lahan ini yang dimanfaatkan oleh Yohanis Varianto dalam pembangunan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) bagi narapidana.
Bukan hanya itu, menjadikan ini sebagai salah satu destinasi agrowisata Sumba Barat adalah mimpi terbesar Kelapas saat ini.
Baca juga: Bupati Yohanis Dade Buka Pelatihan Keterampilan Kerajinan Bambu di Lapas Waikabubak
Pembangunan Cafe Kapal Janji Bui menjadi proyek terbesar yang dikonsepkan oleh Kepala Lapas Waikabubak ini. Hal ini juga sebagai langkah awal dalam pembangunan area agrowisata.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.