Pilpres 2024

Koalisi Besar Sulit Dibentuk, Faktor Ego Elektoral Jadi Pemicu, Begini Kata Yayan Hidayat

Dengan diumumkannya nama Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung PDIP, maka jagat politik Indonesia kini semakin dinamis.

Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM/kolase foto
EGO ELEKTORAL – Gegara ego electoral, koalisi besar yang diwacanakan belakangan ini kemungkinan sulit terbentuk. Oleh karena itu, Pilpres 2024 nanti kemungkinan tetap akan diikuti tiga pasangan calon. 

POS-KUPANG.COM – Dengan diumumkannya nama Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang akan diusung PDIP, maka jagat politik Indonesia kini semakin dinamis. Bahkan para pengamat pun mulai memprediksikan Pilpres 2024 mendatang.

Selain menyebutkan tentang pra figur yang akan tampil pada pesta demokrasi tersebut, diprediksi pula soal kemungkinan tidak berhasil dibentuknya koalisi besar sebagaimana diwacanakan belakangan ini.

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif TSRC ( The Strategic Research and Consulting ) Yayan Hidayat kepada awak media, Selasa 25 April 2023.

Yayan Hidayat justeru lebih menyoroti poros politik yang terpaut erat dengan pasang capres-cawapres yang ikut dalam pilpres mendatang.

Dikatakannya, belakanan ini wacana koalisi besar menjadi bahan pergunjingan publik. Tapi koalisi itu sulit dibentuk karena adanya ego electoral yang dikedepankan parpol dan para politisi.

“Poros koalisi besar itu sulit mencapai kesepakatan terutama menyangkut urusan penentuan calon presiden dan calon wakil presiden yang bakal diusung. Ada ego elektoral dalam rencana pembentukan poros koalisi besar itu," ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, ada sejumlah nama capres cawapres potensial yang sudah muncul dalam koalisi tersebut. Apalagi

partai besar juga selalu bertengger di posisi atas dalam berbagai hasil survei.

Sebagai contoh, katanya, Partai Gerindra tetap pada keputusannya yakni menetapkan Prabowo Subianto sebagai capres.

Baca juga: Ganjar Pranowo Capres PDIP di Pilpres 2024, PPP Siap Bantu, PAN Akan Bahas di KIB, Golkar?

Begiju juga PDIP tetap mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Bahkan tidak membuka ruang negosiasi sebagai cawapres dalam gelaran Pilpres 2024.

“Gerindra dan PDIP tentu merasa paling berhak untuk mendapatkan jatah sebagai capres. Sebab mereka menganggap kadernya paling pantas sebagai capres dengan modal elektoral," ujarnya.

Menurut dia, jika diperiksa tren hasil survei capres Pemilu 2024 dari tahun 2021 hingga 2023, terlihat ada gap elektoral dari tiga nama bakal calon presiden, yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

"Mereka selalu bersaing tipis di persentase gap 0,5 persen hingga paling jauh dua persen," ucapnya.

"Fluktuasi gap elektoral tersebut dipengaruhi oleh berbagai persepsi dan keputusan politik yang dibuat oleh tiga nama bacapres tersebut," kata Yayan.

Fluktuatidnya elektoral itu, dipengaruhi oleh keputusan dan isu politik. Misalnya, Ganjar disebut sudah kehilangan hampir dua persen suara akibat keputusan politiknya terkait Piala Dunia U20 lalu.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved