Berita Timor Tengah Utara
Kurikulum Merdeka Belajar, Wadah SMPN Maubeli Menjahit Puing Peradaban
satu sekolah contoh bagi sekolah tingkat pertama di Kabupaten Timor Tengah Utara. Karena sekolah SMP Negeri adalah sekolah penggerak.
Penulis: Dionisius Rebon | Editor: Rosalina Woso
Pada semester kedua, Adriana dan rekan-rekannya hanya membutuhkan waktu 2 jam pelajaran menyelesaikan proses menggulung benang untuk menghasilkan satu selendang.
Pada hari ketiga, mereka hanya membutuhkan satu minggu pelajaran mengurai benang yang dalam bahasa Dawan disebut "non" untuk menghasilkan 6 buah selendang. Proses menenun ini, dilaksanakan selama jam pelajaran menenun di sekolah. Tidak dilakukan di rumah.
Langkah paling utama dalam proses ini yakni para siswi bisa menenun. Meskipun masih menggunakan alat-alat tradisional.
Semakin menggeluti pelajaran tersebut, Adriana semakin menyadari bertapa menarik dan mudahnya melaksanakan aktivitas menenun. Selain itu, banyak sekali proses pembelajaran di sekolah yang sangat bermanfaat. Berbeda dengan proses pembelajaran sebelumnya di tingkat sekolah dasar.
Tidak hanya menenun. Pelajaran yang sangat menarik bagi Adriana dan rekan-rekannya di sekolah yakni literasi. Pengalaman literasi ternyata telah menjadi bagian paling menarik bagi mereka.
Pelajaran literasi selalu dilaksanakan pada akhir setiap pelajaran. Mereka diminta untuk membaca atau membuat kesimpulan dari setiap mata pelajaran yang diterima.
Baca juga: Mengenal Ritual Trebluman dalam Prosesi Kure di Noemuti Timor Tengah Utara
Menariknya, pelajaran literasi ini menumbuhkan semangat membaca dan menulis serta menambah daya serap dan daya ingat para siswa-siswi SMP Negeri Maubeli. Meskipun hanya dilaksanakan 10 menit pada akhir sebuah mata pelajaran. Tetapi dampak dari kelas literasi ini sangat luar biasa.
Menenun dalam Bingkai Visi dan Misi SMPN Maubeli
Tak jauh dari ruangan kelas berdinding bebak tersebut, berjejer lima bangunan ruangan kelas berwarna putih-biru yang dibangun secara permanen. Satu ruangan digunakan sebagai ruang kepala sekolah dan ruangan guru.
Seorang wanita paruh baya duduk di hadapan satu unit laptop sibuk memainkan jemari di atas keyboard. Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri Maubeli bernama Maria Seo Teme, S. Pd ini merupakan salah satu kepala sekolah penggerak tingkat SMP di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Kurikulum Merdeka secara khusus untuk tingkat pendidikan SMP yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia di Sekolah Menengah Pertama dengan beragam pembelajaran mitra intrakurikuler dimaksudkan agar siswa-siswi dapat menyesuaikan dengan kompetensi dan bakat yang dimiliki.
Oleh karena itu, penerapan kurikulum merdeka lebih merujuk kepada bakat dan minat para siswa-siswi, di mana proses pembelajaran lebih berpihak kepada mereka. Para siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan atau mengekspresikan bakat dan kemampuan mereka masing-masing.
Kurikulum merdeka nyaris sama dengan K13 tetapi di dalam kurikulum merdeka, ada tambahan beberapa mata pelajaran seperti teknik informatika dan P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila). Di dalam P5, lebih banyak melakukan aksi nyata di mana setiap siswa dilatih untuk sekurang-kurangnya memiliki tingkat kemahiran di salah satu bidang.
Penerapan P5 di SMPN Maubeli diejawantahkan dalam 3 tema besar yakni kearifan lokal, gaya hidup berkelanjutan dan kewirausahaan. Secara khusus dalam tema kewirausahaan, para siswi SMPN Maubeli mengambil tenunan daerah sebagai bagian realisasi tema tersebut. Sedangkan bagi para siswa (kaum laki-laki), mereka membuat keset kaki yang mana hal ini masih dalam kaitan dengan mengolah sampah.
Para siswi di SMPN Maubeli pada umumnya tidak memiliki pengetahuan di bidang menenun. Namun, berkat P5 dalam kurikulum Merdeka Belajar, mereka perlahan mulai memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang menenun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.