Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 16 April 2023, Keraguan Murni
Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Keraguan Murni.
Di kalangan para murid, Thomas dikenal sebagai sosok murid yang berani. Ketika Yesus diancam untuk dibunuh di Betania dan Yesus hendak ke sana untuk membangkitkan Lazarus, murid-murid melarang Yesus. Tapi Thomas justru mengajak para murid lain “agar pergi ke Betania dan mati bersama-sama dengan Tuhan” (Yoh 11: 16).
Dalam Injil hari ini, Thomas mencari luka-luka Yesus. Ia tidak sedikit pun jatuh dalam rasa takut saat memandang luka-luka Tuhan. Luka-luka yang kudus.
Luka-luka Yesus yang suci itulah yang menyembuhkan keragu-raguan Thomas. Luka-luka itu menjaid bukti bahwa Tuhan yang ia ragukan misteri kebangkitan-Nya sungguh-sungguh mati dan saat ini telah hidup.
Ketika rasul Thomas melihat sendiri luka-luka Kristus, ia tidak menolak tanda-tanda kelemahan itu. Thomas justru mendeklarasikan iman-kepercayaannya yang agung dengan mantap, yang sampai hari ini kita masih ucapkan saat konsekrasi, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28).
Ziarah “jalan panjang” Thomas mencari Yesus terluka telah membawanya kepada Kristus penuh kemuliaan.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 14 April 2023, Petrus dan Yohanes Makin Berani
Pengakuan iman akan ke-iIahian Kristus merupakan klimaks Injil Yohanes yang secara misterius dikaitkan dengan tindakan menyentuh luka-luka Yesus.
Momen itu mengingatkan kita pada kata-kata Yesaya tentang “Hamba Yahwe yang menderita”: “..Oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yes 53:5).
Yesus yang tersalib dan kebangkitan-Nya dalam kemuliaan tidak dapat dipisahkan dalam gambaran Yohanes tentang Yesus yang ditinggikan dari bumi: “… sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan” (Yoh 3:14; bdk. Bil 21:9).
Kita tahu dalam catatan historis bahwa ada pribadi-pribadi yang dikunjungi oleh Tuhan yang telah bangkit, penuh kemegahan, terang benderang dan terlalu hebat untuk dilihat mata manusia.
Tetapi orang lain seperti Thomas telah menemukan misi Kristus dalam luka-luka orang miskin di tengah dunia.
Jean Vanier dalam luka-luka orang-orang yang menderita ketidaknormalan mental. Martin Luther King (1929-1968) dan Uskup Agung Helder Camara dari Brazil (1909-1999), dalam luka-luka karena diskriminasi dan ketidakadilan.
Fransiskus dari Assisi memenangkan sebuah pertempuran penting atas sikap hidupnya yang suka memilih-milih kawan, ketika dengan hangat dia memeluk seorang kusta.
Hari itu adalah hari di mana Fransiskus memandang Kristus dengan serius dan mulai menemukan misinya.
Bertahun-tahun kemudian, Fransiskus mengemukakan perasaannya hari itu: “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan sendiri mengantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasih. Setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia” (Was 1-3).
Seorang Fransiskus baru dilahirkan dari luka-luka orang kusta. Ketika dia memeluk orang kusta itu sebagai saudara, Fransiskus juga memeluk luka-luka dirinya sendiri, dan dengan melakukan hal itu, hidupnya adalah memeluk suatu misi dari Kristus sendiri.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 13 April 2023, Mengapa Kamu Terkejut?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.