Berita Alor

Fenomena Tanah Retak di Desa Kuneman Kabupaten Alor, Analisis Geologi Ungkap Sebab dan Akibat

Secara umum morfologi Kecamatan Alor Selatan merupakan morfologi perbukitan vulkanik. Kemiringan lerengnya landai hingga terjal. 

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-ISTIMEWA
TINJAU LOKASI - Daud Tanghamap, ST bersama warga Dusun 1 Kuneman melakukan pengamatan terhadap fenomena retakan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Else Nago

POS-KUPANG.COM, KALABAHI - Daud Tanghamap, S.T., selaku Sarjana Geologi yang diminta BPBD Kabupaten Alor melakukan analisa geologi berdasarkan pengalaman dan kompetensi bidang geologi mengungkapkan hasil analisa terhadap fenomena tanah retak.

Menurutnya, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di di daerah Wotta, Dusun 1 Kuneman, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor, kondisi tersebut menginterpretasikan sebagai gejala getaran tanah atau tanah longsor yang berlangsung lambat atau perlahan.

"Dari hasil pengamatan tersebut kami orang geologi menyebutnya sebagai perkiraan, atau menginterpretasikan gejala gerakan tanah atau tanah longsor. Gejala di lapangan ada retakan tanah, yang tiap hari bergeser baik dari informasi masyarakat, dan yang saya amati di lokasi. Apalagi kalau ada curah hujan yang tinggi tanahnya bergerak. Bergeraknya berapa senti atau berapa mili kita tidak bisa mengukur, hanya bisa mengamati saja," ucapnya, Selasa 11 April 2023.

Lebih jauh Daud menuturkan, secara umum morfologi Kecamatan Alor Selatan merupakan morfologi perbukitan vulkanik. Kemiringan lerengnya landai hingga terjal. 

Baca juga: PT. Jasa Raharja Wilayah Alor Serahkan Santunan Laka Lantas

Hasil pengamatan sekilas juga diketahui jenis batuan yang menyusun daerah Wotta adalah batuan Lava Dasit dan memiliki sifat kedap air (impermeable).

"Lerengnya landai, dan tanah pelapukan sudah tebal kira-kira lebih dari 2 meter. Di bawah tanah pelapukan, terdapat batuan Lava Dasit salah satu jenis batuan gunung api. Sifatnya tidak tembus air. Jadi di tanah yang landai tersebut dibuat trap-trap untuk dijadikan pemukiman," terangnya.

Menurutnya, di pemukiman yang telah dibangun tersebut tidak terdapat pipa yang berfungsi untuk mengalirkan air. Sehingga ketika tanah di permukaannya semakin berat, maka akan terjadi longsor. Batuan Lava dasit tersebutlah, yang menjadi bidang gelincir.

Baca juga: Warga Meninggal di Kabupaten Alor Masih Dalam Daftar Pemilih 2024

"Kenapa baru sekarang terjadi? Karena proses pelapukan dan penggemburan tanah terus berjalan. Curah hujan yang terus turun, tidak meresap ke dalam tanah dan terjadilah pergerakan tanah dengan bidang gelincir longsor batuan Lava Dasit tersebut," tuturnya.

Daud berharap, ada kajian geologi lebih lanjut dan mendalam tentang fenomena retakan tersebut.

Sementara itu, Marthen Landena selaku Kepala Dusun 1 Kuneman tempat dimana lokasi retakan pertama terjadi, mengatakan bahwa dirinya telah mengarahkan warga untuk meninggalkan lokasi retakan.

"Retakan semakin parah dan menyebar. Kami bersama warga yang terdampak di 14 rumah dan 1 gereja telah memindahkan barang-barang dari lokasi retakan, ke pemukiman yang baru. Jaraknya kurang lebih 300 meter dari lokasi kejadian," jelasnya, Rabu 12 April 2023.

Baca juga: Harga Thrifting di Alor Tetap Stabil

Tenny, sapaan akrabnya juga menuturkan saat ini masyarakat telah membangun 3 rumah untuk ditinggali.

"Kami bersama warga setempat, sedang membangun 3 rumah. Satu buah rumah sudah jadi, sedangkan 2 lainnya masih berupa kerangka bangunan. Sebagian warga ada yang tinggal di rumah kerabat atau keluarganya," tuturnya.

Tenny dan warga berharap agar ada atensi khusus bagi warganya yang terdampak. Juga ada lebih banyak lagi rumah yang dibangun untuk ditempati. (cr19)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved