Berita NTT

Televisi Aljazira Syuting Kisah Hidup Wakil Walikota Amye Un di Timor

Perjalanan ke Kupang ditempuh selama dua hari karena kondisi jalan yang masih rusak. Tibalah mereka di Kupang.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ISTIMEWA
Amye yàng pulang ke NTT untuk urusan keluarga ini mengatakan, produser pada televisi itu merasa tertarik dengan perjalanan hidupnya. Karena itu sebuah tim datang ke Pulau Timor untuk menggarap secara utuh kisah itu. Benar adanya karena Amye, perempuan kelahiran Desa Tae Usapi, Amanatun, Timor Tengah Selatan (TTS), 64 tahun lalu itu kini sungguh diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di negeri itu. 

Amye merasa senang mengenakan baju baru itu. Suatu ketika mamanya menyampaikan bahwa baju itu sesungguhnya pemberian dari seorang pemuda di kampung itu. Lelaki yang adalah tetangganya itu berniat untuk menikahinya. Di halaman rumah juga seekor sapi telah diikat.

“Katanya, sapi itu sebagai tanda ikatan. Bagaimana mungkin saya mau menikah dengan lelaki itu jika saya sendiri tak mau atau saya belum ditanyai,” katanya. 

Mendengar kisah itu, Amye spontan menolak. Ia kemudian bersepakat dengan mamanya untuk berangkat ke Kupang. Sang mama menitipkan Amye Un, gadis desa yang kecantikannya mulai tampak itu lewat seorang sopir  truk yang saban waktu ke pedalaman Timor untuk membeli sapi kemudian membawa sapi-sapi  itu ke Kupang berjarak ratusan kilometer.  Sopir itu merupakan kenalan keluarganya. 

Untuk bekal perjalanan itu sang Mama Maria menyiapkan dua buah  bambu yang berisikan jagung yang sudah ditanak  dan satu bambu lagi berisikan   air minum. Perjalanan ke Kupang ditempuh selama dua hari karena kondisi jalan yang masih rusak. Tibalah mereka di Kupang.  Ia diantar ke rumah mama besarnya di Jalan Siliwangi, Kupang. 

Dari sanalah Amye bersekolah di SMEA Negeri Kupang kemudian kuliah di Akademi Manajemen Kupang (AMK) angkatan pertama. Sempat juga bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Provinsi NTT  hingga karyawan PT Semen Kupang. 

Suatu ketika Amye menjadi salah satu penari  ketika menerima para tamu  Ibu Nafsiah Mboi, istri Gubernur Ben Mboi.

Amye akhirnya bertemu dengan orangtua angkat dari Australia yang hadir saat itu. Singkat cerita ia kemudian menitipkan nomor telepon rumah. Dua pekan kemudian, Amye  mendapat telepon dari orang tua asuh itu yang siap membiayai perjalanan Amye ke Darwin.

Amye kemudian menuju Bali untuk mengikuti kursus bahasa Inggris selama satu bulan. Beberapa saat kemudian ia berangkat ke Negeri Kanguru itu menggunakan pesawat Merpati Airlines. 

Di sana, ia bekerja, menikah serta memiliki restoran dan menjadi warga negara itu. Selama itu pula ia memerhatikan warga Australia yang tinggal di emperan-emperan toko. Setiap minggu ia menyediakan makanan dan membagikan kepada mereka. 

Kesempatan berpolitik pun muncul. Ia memilih  jalur independen dengan tim terkecil, modal terkecil 3.500 dolar untuk membiayai pencalonannya itu. Betapa ia mampu mengalahkan politisi-politisi andal.

Buktinya,  ia menjadi nomor urut dua dari 12 elected member. Jadilah ia memenangkan dua posisi sekaligus, yakni sebagai wakil walikota dan sebagai councellor. Tugas councellor adalah membahas berbagai hal dengan walikota seputar kegiatan pembangunan di sana.

“Posisi councellor seperti DPRD di sini,” katanya. (pol)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved