Berita NTT

Televisi Aljazira Syuting Kisah Hidup Wakil Walikota Amye Un di Timor

Perjalanan ke Kupang ditempuh selama dua hari karena kondisi jalan yang masih rusak. Tibalah mereka di Kupang.

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/HO-ISTIMEWA
Amye yàng pulang ke NTT untuk urusan keluarga ini mengatakan, produser pada televisi itu merasa tertarik dengan perjalanan hidupnya. Karena itu sebuah tim datang ke Pulau Timor untuk menggarap secara utuh kisah itu. Benar adanya karena Amye, perempuan kelahiran Desa Tae Usapi, Amanatun, Timor Tengah Selatan (TTS), 64 tahun lalu itu kini sungguh diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di negeri itu. 

POS-KUPANG.COM, KUPANGTelevisi Aljazira  yang bermarkas di Darwin, Australia Utara melakukan syuting bertema  Kisah Hidup Amye Un yang kini sebagai Wakil Walikota  dan Councillor di Darwin. Dalam waktu dekat film itu akan tayang di berbagai negara.

Hal ini dikatakan Amye Un saat ditemui di kediamannya di Jalan Bajawa, Kupang, Jumat, 24 Maret 2023.

Amye yàng pulang ke NTT untuk urusan keluarga ini mengatakan, produser pada televisi itu merasa tertarik dengan perjalanan hidupnya. Amye, perempuan kelahiran Desa Tae Usapi, Amanatun, Timor Tengah Selatan (TTS)  64 tahun lalu itu kini sungguh diperhitungkan dalam kancah perpolitikan di negeri itu. 

Baca juga: Bobby Pitoby Calon Tunggal Ketua Umum Apindo NTT 2023 - 2028

Menurut Amye, syuting itu telah dilakukan pada awal Januari 2023 lalu. Mulai dari kampungnya hingga di Kota Kupang.

“Mereka ingin memotret perjalanan hidup saya secara detail,” kata Amye. 

Menurutnya, sebelum  menjadi wakil walikota dan councellor itu, ia sudah membintangi beberapa film di Australia.

Khusus  film ini mengisahkan bagaimana seorang Amye kecil yang memiliki impian untuk mengubah hidupnya dari sebuah kampung kecil, hidup dalam kesusahan hingga ia sukses di Australia. 

Dengan impian itu ia bisa menapaki anak tangga perjuangan di Darwin hingga menduduki dua jabatan politik sekaligus, yakni sebagai wakil walikota dan sebagai councellor.

Baca juga: Semana Santa Larantuka, Omset Pemilik Perahu Pantai Paloh-Wureh Tembus Rp 3 Juta per Hari

Amye ingin menitipkan masa lalu dan masanya kini kepada generasi muda untuk belajar secara gigih demi meraih masa depan yang lebih baik.

Kisahnya, Amye terlahir dari orangtua  Yusuf Un dan Maria Un Banunaek. Keluarga Yusuf dan Maria memiliki 13 orang anak, tiga orang meninggal di masa kecil. Mereka tinggal dari satu kampung ke kampung yang lain untuk berdagang. Orangtuanya pedagang benang.

“Kami tinggal di Oenlasi, Niki-niki, Kapan, Naeoni. Setiap hari orang tua saya berdagang benang,” kata Amye.

Ketika usianya mencapai 16 tahun, Amye bercerita, seorang tetangga yang jatuh cinta padanya membelikan sebuah baju baru dan dititipkan lewat orang tua tanpa sepengetahuannya.  Dan, baju ia kenakan setiap hari raya karena menjadi satu-satunya terbaik.

Sepatu pun cuma satu pasang. Ketika ke gereja, ia berjalan kaki pulang pergi tanpa alas agar sepatunya tetap awet.

“Sampai di gereja baru saya pakai sepatu itu. Begitu juga sebaliknya ketika pulang ke rumah, sepatu itu saya pegang saja,” ceritanya.

Tentang Baju Baru

Amye merasa senang mengenakan baju baru itu. Suatu ketika mamanya menyampaikan bahwa baju itu sesungguhnya pemberian dari seorang pemuda di kampung itu. Lelaki yang adalah tetangganya itu berniat untuk menikahinya. Di halaman rumah juga seekor sapi telah diikat.

“Katanya, sapi itu sebagai tanda ikatan. Bagaimana mungkin saya mau menikah dengan lelaki itu jika saya sendiri tak mau atau saya belum ditanyai,” katanya. 

Mendengar kisah itu, Amye spontan menolak. Ia kemudian bersepakat dengan mamanya untuk berangkat ke Kupang. Sang mama menitipkan Amye Un, gadis desa yang kecantikannya mulai tampak itu lewat seorang sopir  truk yang saban waktu ke pedalaman Timor untuk membeli sapi kemudian membawa sapi-sapi  itu ke Kupang berjarak ratusan kilometer.  Sopir itu merupakan kenalan keluarganya. 

Untuk bekal perjalanan itu sang Mama Maria menyiapkan dua buah  bambu yang berisikan jagung yang sudah ditanak  dan satu bambu lagi berisikan   air minum. Perjalanan ke Kupang ditempuh selama dua hari karena kondisi jalan yang masih rusak. Tibalah mereka di Kupang.  Ia diantar ke rumah mama besarnya di Jalan Siliwangi, Kupang. 

Dari sanalah Amye bersekolah di SMEA Negeri Kupang kemudian kuliah di Akademi Manajemen Kupang (AMK) angkatan pertama. Sempat juga bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Sosial Provinsi NTT  hingga karyawan PT Semen Kupang. 

Suatu ketika Amye menjadi salah satu penari  ketika menerima para tamu  Ibu Nafsiah Mboi, istri Gubernur Ben Mboi.

Amye akhirnya bertemu dengan orangtua angkat dari Australia yang hadir saat itu. Singkat cerita ia kemudian menitipkan nomor telepon rumah. Dua pekan kemudian, Amye  mendapat telepon dari orang tua asuh itu yang siap membiayai perjalanan Amye ke Darwin.

Amye kemudian menuju Bali untuk mengikuti kursus bahasa Inggris selama satu bulan. Beberapa saat kemudian ia berangkat ke Negeri Kanguru itu menggunakan pesawat Merpati Airlines. 

Di sana, ia bekerja, menikah serta memiliki restoran dan menjadi warga negara itu. Selama itu pula ia memerhatikan warga Australia yang tinggal di emperan-emperan toko. Setiap minggu ia menyediakan makanan dan membagikan kepada mereka. 

Kesempatan berpolitik pun muncul. Ia memilih  jalur independen dengan tim terkecil, modal terkecil 3.500 dolar untuk membiayai pencalonannya itu. Betapa ia mampu mengalahkan politisi-politisi andal.

Buktinya,  ia menjadi nomor urut dua dari 12 elected member. Jadilah ia memenangkan dua posisi sekaligus, yakni sebagai wakil walikota dan sebagai councellor. Tugas councellor adalah membahas berbagai hal dengan walikota seputar kegiatan pembangunan di sana.

“Posisi councellor seperti DPRD di sini,” katanya. (pol)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved