Semana Santa Larantuka

Semana Santa Larantuka: Tradisi Rabu Trewa, Warga Bunyikan Seng Untuk Masuk Perkabungan Agung

Tradisi tersebut dalam ritual Semana Santa ditandai dengan dibunyikan berbagai macam bunyi bunyian di lokasi sekitar Kapela Tuan Ma.

|
Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/TANGKAPAN LAYAR
Umat Katolik umumnya para remaja pemuda menyeret seng di jalan aspal dan membunyikannya sebagai tanda dimulainya masa perkabungan menuju Paskah di Kota Larantuka Flores Timur pada Rabu, 5 April 2023 malam. 

POS-KUPANG.COM.COM, LARANTUKA - Prosesi Semana Santa atau Pekan Suci Paskah di Larantuka Flores Timur dimulai dengan Tradisi Rabu Trewa. Tradisi tersebut dalam ritual Semana Santa ditandai dengan dibunyikan berbagai macam bunyi bunyian di lokasi sekitar Kapela Tuan Ma.

Puluhan anak-anak hingga pemuda melakukan aksi seret seng pada aspal dan membunyikannya di depan Kapela Tuan Ma usai ritual mengaji Trewa bersama Mardomu Kapela Pintu Tuan Ma dan Tuan Ana, pada Rabu 5 April 2023 malam.

Sebelumnya, ratusan umat Katolik Larantuka maupun para peziarah dari kota-kota lain yang mengikuti Ibadah Lamentasi di Gereja Katedral Reinha Rosari. Ibadah Lamentasi atau Ratapan Yeremia sendiri menjadi momen berdoa yang dilakukan dalam tiga ratapan pada pukul 16.00 Wita. 

Ritual Rabu Trewa diawali dengan memadamkan lampu yang berada di sekitar kapela bersamaan dengan itu, puluhan pemuda dan anak–anak berhamburan berlarian di jalanan hingga ke pemukiman penduduk membawa seng dan membunyikannya memakai kayu.

Seng–seng tersebut di seret di sepanjang jalan bermula dari depan kapela Tuan Ma berbelok ke barat sejauh ±200 meter dan menuju Tori Tuan Trewa sejauh 100 meter ke utara serta kembali berlarian menyusuri jalan semula ke arah timur menuju kapela Tuan Ana sejauh 600 meter.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, Heronimus Lamawuran mengatakan, Trewa sendiri berarti bunyi-bunyian yang menjadi tanda masuk perkabungan Yesus selama Tri Hari Suci Paskah.

Baca juga: Semana Santa Larantuka, Ayah Ibunya Dipanggil Tuhan, Perempuan Lansia Menangis di Kapela Tuan Ma

Dikatakannya, Usai melakukan lamentasi, lampu di Kapela Tuhan Ma dipadamkan dan peringatan Rabu Trewa disambung dengan aksi trewa.

Trewa sendiri diketahui sebagai mengenang bagian sejarah saat-saat ditangkap dan diaraknya Yesus sebelum kemudian disalib. Rabu Trewa menjadi awal kisah sengsara Yesus.

"Rabu Trewa itu sebenarnya hari terakhir kita beraktivitas, Jadi umat akan membunyikan seng-seng, setelah itu suasananya akan sunyi dan tidak ada lagi bunyi- bunyian dan siap menghadapi kedukaan Tuhan Yesus," katanya.

Baca juga: Semana Santa Larantuka: Kisah Perpetu Kapela Tuan Ana, Berjaga Sebelum Ayam Berkokok

Dikatakannya, anak-anak muda yang sudah berkumpul di depan pintu gerbang kapela langsung menyeret-nyeret lembaran seng bermacam ukuran yang sudah mereka siapkan dari rumah ke aspal di sepanjang jalan depan kapela. Mereka bolak-balik berlarian membuat kegaduhan sambil berteriak "Trewa...Trewa...."

" Setelah bunyia-bunyian itu, Semua umat kembali beraktivitas dalam suasana hening dan suasana duka untuk memperingati Tuhan Yesus Wafat," ujarnya.

Kota Larantuka berubah menjadi kota berkabung, untuk mengenang kisah sengsara Yesus, wafat dan kebangkitan. Suasana hening dan duka itu akan berlangsung hingga malam Paskah pada Sabtu 8 April 2023 saat lonceng Gereja dibunyikan.

" Tidak ada lagi bunyi musik dan lain-lain, nanti pada saat malam Paskah baru lonceng Gereja berbunyi sebagai tanda Tuhan Yesus sudah bangkit " ujarnya.

Baca juga: Peziarah Wajib Tahu! Ini Jadwal dan Rangkaian Acara Rabu Trewa Semana Santa Larantuka

Tini, Warga Kelurahan Larantuka mengatakan makna dari Rabu Trewa merupakan mengingat kisah sengsara Yesus.

" Tidak ada yang ribut-ribut, suasana hening hingga malam paskah, " katanya

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved