Berita Lembata
Tidak Perlu Pakai Pestisida Kimia, Daun Mimba danTanaman Serai Bisa Kendalikan Hama di Lembata
Menurut Nikodemus, ada kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang guna mengendalikan hama tanaman
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Oby Lewanmeru
Bapak Andreas, salah satu petani, memaparkan sistem rantai makanan berdasarkan pengalamannya yakni ulat dimakan oleh burung pipit, burung pipit dimakan ular, dan ular dimakan burung elang.
“Itu mata rantai yang kita tidak boleh putuskan. Kalau ada salah satu yang dimusnahkan maka ekosistem jadi tidak seimbang atau punah,” ujarnya.
Andreas menyadari, sebagai petani, rumput yang tumbuh di kebun tidak boleh dimusnahkan dengan racun. Rumput itu merupakan makanan untuk belalang dan ulat.
Baca juga: Pemuda di Lembata Gotong Royong Perbaiki Jalan Rusak
“Tapi kalau kita kasi mati semua rumput pakai racun maka belalang datang serang kita punya jagung semua. Binatang hama itu salah satu cara untuk menguranginya dengan cara kearifan lokal, kita bikin seremonial secara adat,” ujar dia.
Cara mengendalikan hama lainnya adalah dengan menanam tanaman-tanaman yang bisa mengusir hama seperti bungan tai ayam, serai dan kemangi.
Magdalena Peni Ladjar, Project Manager Program Incident CRS, menyebutkan sosialisasi itu penting karena para petani dan penyuluh pertanian saling sharing pembelajaran tentang pengendalian hama tanaman yang lebih ramah lingkungan dan tentu saja efektif.
“Bibit yang selama ini sudah hilang seperti jagung putih, jagung pulut sudah diganti hibrida. CRS mau kembalikan bibit-bibit lokal supaya petani tanam kembali. Tujuannya, pangan dari bibit lokal kembali ada dalam lumbung, jangan pakai pestisida yang bisa sampai mencemari laut, dan kearifan lokal tetap lestari,” pungkasnya. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.