Breaking News

Opini

Opini Yahya Ado: Seandainya Saya Gubernur NTT

Satu lagi kontroversi yang diciptakan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) jelang masa akhir jabatan pada 5 September 2023.

Editor: Alfons Nedabang
KOMPAS/TOTO SIHONO
Ilustrasi kursi kepala daerah. Yahya Ado menulis opini: Seandainya Saya Gubernur NTT. 

Sebut saja faktor keselamatan, psikologis, kesehatan, perkembangan otak, transportasi, dan juga kehidupan ekonomi keluarga yang belum bisa berdamai dengan belajar di jam 5 subuh ini.

Hal Urgent dan Mendesak

Hal yang urgent dan mendesak untuk diubah di sektor pendidikan kita di NTT sebenarnya adalah ‘Perubahan Cara Belajar,’ bukan Perubahan Jam Belajar. Kita bisa menyederhanakan cara belajar yang terlalu berat buat anak-anak (dan juga guru) di sekolah.

Anak harus bisa belajar mengenal potensi, memecahkan masalah, sendiri maupun berkelompok melalui project-project belajar. Belajar hingga mencapai tingkatan pembelajaran Taksonomi Bloom, dari menghafal sampai mencipta.

Membangun kolaborasi, berpikir kritis, komunikatif, dan kreatif. Pembiasaan hidup baik di masyarakat, memberi tugas untuk melakukan aksi-aksi kemanusiaan.

Dengan pembiasaan baik di sekolah, rumah, dan lingkungan otomatis karakter dan kecerdasan anak akan mencapai titik puncak.

Berikut soal Perubahan Cara Belajar. Mengutip Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya ‘Revolusi Belajar’ Accelerated Learning for the 21st Century mengungkapkan tiga kondisi masa kini yang perlu disesuaikan di dunia pendidikan:

Pertama, Dunia yang Berubah. Kompleksitas kehidupan semakin tak terelakan. Kecepatan perubahan tak terkendali. Ketidakpastian ada di mana-mana. Persaingan dunia ini terjadi benar-benar meresahkan. Tergantung kesiapan kita dalam menghadapi.

Baca juga: Opini Prof Feliks Tans: Surat Terbuka Kepada Gubernur NTT, Menciptakan Sekolah Unggul

Pendidikan adalah salah satu yang berdampak. Bahkan sejatinya, dunia pendidikanlah yang harus menjadi prioritas untuk bisa menjawab globalisasi ini sebelum kita kehilangan generasi.

Di abad serba canggih dan digital ini, kita semua harus siap dan menyiapkan generasi. Menyiapkan generasi berpikir global, berkarakter lokal. Mengarahkan pendidikan ke ranah digitalisasi dan kemanusiaan.

Kedua, Kekuatan Otak yang Mengagumkan. Pekerjaan yang paling bernilai di masa depan adalah ‘pekerjaan otak’ atau pekerjaan yang memerluakan bakat yang besar. Sedang pekerjaan yang berulang dan mekanis akan diambil alih oleh robot.

Maka kekayaan manusia pada masa yang akan datang adalah kekayaan otak. Sehingga kita perlu melatih otak kita untuk bisa servive dan lentur dengan zaman.

Kita harus siapkan anak tidak sekadar cerdas pengetahuan, tetapi mampu menciptakan pengalaman-pengalaman hidup. Kita harus bisa menjadi teladan yang baik.

Bukan malah memaksa kehendak kita yang hidup di zaman berbeda untuk tumbuh kembangnya mereka di zaman yang berbeda pula. Sebab belajar tidak hanya selesai di sekolah. Belajar akan terjadi sepanjang hayat dengan akal dan hati yang terus hidup.

Ketiga, Belajar Bagaimana Belajar. Banyak fenomena yang muncul kian meresahkan. Di abad 21 ini, kita perlu menemukan cara-cara jitu untuk belajar.

Baca juga: Opini Yohanes Mau: Aturan Prematur Masuk Sekolah Jam 5 Pagi

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved