Breaking News

Opini

Opini Herlince W Amalo: Menyongsong Megatrend Dunia 2045 dan Tantangan Menghadapi Stunting di NTT

Megatrend Dunia 2045 selalu digaungkan baik dalam pemberitaan maupun dalam pertemuan formal para pemangku kebijakan.

|
Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO-HERLINCE W AMALO
Dokter Herlince W Amalo menulis opini Menyongsong Megatrend Dunia 2045 dan Tantangan Menghadapi Stunting di NTT. 

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahaya dari anak yang mengalami stunting. Namun, dampak jangka panjang yang ditimbulkan sangatlah besar. Anak yang mengalami stunting, akan mengalami gangguan perutumbuhan dan kognitif.

Anak memiliki tubuh lebih pendek dibanding anak usianya, sitem kekebalan tubuh yang lebih lemah akibatnya anak sering sekali sakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan atas, keterlambatan keterampilan motorik dan verbal contohnya terlambat berjalan atau berbicara, kesulitan membangun interaksi sosial, mudah terserang penyakit kronis (seperti hipertensi, diabetes atau penyakit jantung) dan dapat menimbulkan kematian serta gangguan kognitif. Gangguan kognitif menjadi akibat dari yang stunting yang paling dikhawatirkan.

Salah satu organ yang paling cepat mengalami kerusakan pada gangguan gizi ialah otak. Otak manusia mengalami perubahan struktural dan fungsional yang sangat pesat antara minggu ke-24 sampai minggu ke-42 setelah konsepsi dan berlanjut saat setelah lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, dengan periode tercepat pada usia 6 bulan pertama kehidupan.

Baca juga: Angka Stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan Mengalami Penurunan

Pada proses perkembangan anak dengan gizi yang tidak adekuat, dapat terjadi perubahan struktur dan fungsi otak. Fungsi otak yang terganggu tentu akan berpengaruh pada kognitif anak.

Perkembangan kognitif merupakan aspek yang fokus pada keterampilan berpikir, termasuk belajar, pemecahan masalah, rasional, dan mengingat yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa di sekolah.

Anak tidak akan fokus dalam belajar, prestasi di sekolah juga akan menurun. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal akibat stunting pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan memperlebar ketimpangan di suatu negara.

Meskipun terdapat sedikit tindak lanjut penelitian sejak masa anak-anak hingga usia dewasa, bukti substansial menunjukkan adanya hubungan antara stunting dengan kemampuan kognitif pada anak-anak dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Filipina, Jamaika, Peru, dan Indonesia, bersama dengan data baru dari Brazil dan Afrika Selatan, menunjukkan bahwa anak stunting berusia 12-36 bulan diperkirakan mengalami gangguan kognitif. Begitu juga yang terjadi di NTT, orang tua dengan status ekonomi rendah, akan memiliki anak dengan gangguan gizi.

Menurunnya kapasitas belajar dan performa anak pada masa sekolah dapat mengakibatkan produktivitas dan kinerja saat anak dewasa juga menjadi tidak optimal. Hal ini merupakan dasar penanggulangan stunting harus menjadi prioritas untuk kemajuan sumber daya manusia Indonesia.

Bila dihitung, balita sekarang ini adalah generasi yang akan masuk usia produktif saat periode emas di tahun 2045. Namun, melihat angka kejadian stunting yang masih tinggi, khususnya di NTT tentu akan berpengaruh pada kognitif dan kualitas sumber daya manusia ke depan.

Akankah Indonesia di tahun 2045 memiliki generasi masa depan Bangsa dengan kualitas sumber daya yang rendah? Tentu bukan itu yang kita harapkan.

Angka stunting yang masih tinggi, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga kita sebagai Warga Negara.

Mari bersama-sama menyongsong Megatrend Dunia 2045, dengan mempersiapkan anak-anak cerdas yang mampu bersaing dan diakui di mata dunia. (Penulis Dokter di Puskesmas Oebobo Kupang)

Sumber :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Visi Indonesia 2045. Kementerian PPN 2019 : 3-4
2. Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. Buku Saku Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.Kementerian Kesehatan RI 2022 : 5-9
3. Rahayu A, Rahman F, Marlinae L, Husaini, Meitria, Yulidasari F, et al. Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan. CV Mine ; 2018:1-108
4. Grantham-McGregor S. Developmental potential in the first 5 years for child in developing countries. Lancet. 2007; 369:60-70

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved