Opini

Opini Bernadus Badj: Konsep Pembangun dalam Perspektif Peter L Berger

Tulisan ini tak dapat mengangkat seluruh pemikiran Peter L Berger. Penulis hanya menyorot beberapa poin penting dalam krtik ideologi pembangunan.

Editor: Alfons Nedabang
TANGKAPAN LAYAR
Peter L Berger. Opini Bernadus Badj: Konsep Pembangun dalam Perspektif Peter L Berger. 

Pandangan Gereja Katolik

Pendekatan negatif dalam pemikiran Berger tentang politik pembangunan yaitu usaha pembebasan manusia dari penderitaan menyediakan tolok ukur untuk menilai kehadiran agama-agama dewasa ini.

Sejarah mencatat bahwa agama-agama juga menjadi basis legitimasi untuk membenarkan masalah penderitaan manusia seperti; kemiskinan, kelaparan, dan ketertinggalan.

Fakta ini menunjukkan bahwa agama bersifat ambivalen. Kesadaran akan ambivalensi agama ini sangat membantu umat beragama mengembangkan potensi konstruktif dalam agama-agama untuk menopang wawasan kemanusiaan universal, serta menyikapi secara kritis aspek in human dalam tradisi mereka masing-masing.

Terutama dalam konteks globalisasi sekarang ini, kesadaran akan ambivalensi agama dan kebudayaan akan bermanfaat bagi kerja sama dan solidaritas global.

Kesadaran akan ambivalensi agama dapat membantu manusia untuk menciptakan suatu tatanan kehidupan yang bermakna yang dapat membebaskan manusia bukan hanya dari dosa, melainkan juga dari akibat-akibat dosa seperti kemelaratan, kemiskinan dan keserakahan. (Matias Daven, 2022)

Bertolak dari penjelasan di atas, misi Gereja Katolik berkisar untuk membawa para korban dan para penderita keluar dari penderitaannya.

Gereja Katolik sadar akan pangilannya di dunia, seperti yang digemakan dalam salah satu dokumen Konsili Vatikan II yaitu Gaudium et spes yang mengatakan bahwa “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Yesus (Rober Mirsel, 2012).

Baca juga: Opini Samsul Hidayatulah: NIK Jadi NPWP Wujud Reformasi Perpajakan

Artinya bahwa gereja Katolik masa kini terlibat dalam kehidupan dunia. Gereja merasa mengingkari hakikat panggilannya ketika memilih diam terhadap kenyataan ketidakadilan, dalam konteks ini pembangunan parawisata di Labuan Bajo, gereja merasa terpanggil untuk membela dan memperjuangkan umat yang tidak adil dalam pembangunan.

Gereja berjuang untuk mempersoalkan masalah pembangunan sebagai bagian dari masalah pastotal dan terus dilakukan agar para penguasa tidak sewenang-wenang menindas masyarakat sebagai bagian dari kegembalaan gereja.

Gereja menyadari bahwa eksistensinya di dunia ini untuk melanjutkan tugas pengembalaan dari Sang Guru Ilahi yakni Yesus.

Gereja katolik memperjuangkan nasib masyarakat miskin dan menderita akibat pembangunan, dalam konteks ini pembangunan parawisata di Labuan Bajo bertolak dari Ajaran Sosial Gereja (ASG) melalui Ensiklik Rerum Novarum, Quadragesimo anno, Octogesima adveniens, Laborem exercuns, Sollicitudo rei socialis dan Centesimus Annus.

Semua ensiklik tersebut bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan sosial bagi kaum miskin yang tertindas akibat ketidakadilan.

Gereja (para gembala) tidak dilihat sebagai pelayanan yang bersigat rohani, melainkan juga memperjuangkan HAM, dari kaum terpinggirkan dan memperjuangkan nasib yang miskin dan menderita akibat ketidakadilan yang dilakukan oleh para penguasa (Redemtus, 2010: 33-34)

Penutup

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved