Berita NTT

Pekerja Kreatif Akan Berdampak Pada Pertumbuhan Ekonomi NTT Jika Ada Trickle Down Effect

ekonomi kreatif masyarakat kita saat ini masih menjadi suatu hal yang baru dan belum terbiasa dengan pola ini

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG. COM/RAY REBON
Dr. James Adam 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pekerja kreatif akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Timur (NTT) jika adanya Trickle Down Effect.

Kemunculan pekerja kreatif adalah karena tuntutan teknologi dan tuntutan zaman. Hari ini, hampir seluruh daerah ada pekerja kreatif. Khusus untuk NTT atau Kota Kupang sudah sangat mudah dan banyak ditemui.

"Kita kembali ke lima sampai sepuluh tahun ke belakang tidak ada model seperti itu," ungkap pengamat Ekonomi, Dr James Adam pada Selasa, 7 Februari 2023.

Baca juga: Politeknik Pertanian Negeri Kupang Peringkat I Perguruan Tinggi di NTT

Fenomena kemunculan pekerja kreatif inilah yang disebut ekonomi kreatif. Dengan orang berkreasi bisa  menciptakan pendapatan-pendapatan.

"Ini hal baru sebetulnya bagi generasi yang saat ini menginjak usia lanjut. Tetapi untuk anak-anak milenial saat ini merupakan hal yang sangat populer dan viral," lanjutnya.

Ini tentunya merupakan sebuah peluang bagi milenial dalam ekonomi kreatif yang nantinya tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi regional.

"Saya kira ini hal yang positif. Hanya saja di Kupang ini kan belum terbiasa dengan pola-pola kerja semacam begini. Padahal ini sebetulnya lima tahun lalu di Jawa sana kan sudah cukup banyak orang, anak-anak muda, pengusaha-pengusaha start up bikin hal-hal begini,"terang James.

Biasanya dengan adanya ekonomi kreatif selalu menciptakan event, fitur dan hal baru yang berkaitan dengan kreativitas milenial. Berbeda jauh dengan sebelumnya, bahkan saat ini misalnya Event Organizer atau Content Creator merupakan salah satu ekonomi kreatif yang tengah menjamur.

Baca juga: Pemprov NTT Dukung Tekad Presiden Terkait Upaya Hilirisasi Kekayaan Laut

Namun menurutnya, ekonomi kreatif masyarakat kita saat ini masih menjadi suatu hal yang baru dan belum terbiasa dengan pola ini, sehingga ketika ada sesuatu yang membutuhkan Creator dianggap biasa dan tidak wah.

Dilanjutkan James untuk membuat satu desain  membutuhkan pengetahuan, keterampilan, imajinasi dan sebagainya dan sebetulnya harga ini tidaklah murah.

"Kita di NTT agak sedikit susah menghargai keahlian orang lain. Itu kan hal yang terlalu begitu agak sulit untuk kita taruh itu untuk posisi yang pertama atau paling tinggi. Mungkin saja, hal-hal ini dipandang sebelah mata karena dianggap hal baru dan tidak terlalu begitu care,"ungkapnya menyayangkan.

Pola-pola seperti ini nantinya orang-orang akan sadar bahwa jasa para kreator, manfaatnya jauh dari yang dipikirkan sebelumnya.

Misalnya segala sesuatu dibuat lebih mudah, cepat dan efisien. "Ini butuh waktu dan proses untuk semua hal-hal baru ini untuk menarik perhatian masyarakat secara global," tambahnya.

Baca juga: Ir. Theodorus Widodo Resmi Nahkodai PASI NTT Periode 2023-2027

Terkait ini, menurutnya peran perbankan, Instansi-instansi pemerintah dan swasta melihat ini suatu kreativitas anak muda yang pada hari ini viral di mana-mana, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia.

Di media sosial begitu banyak yang menjual atau mempromosikan pariwisata NTT dengan berbagai macam konten.

Sebetulnya ini merupakan cara para Content Creator memperkenalkan diri kepada khalayak atau biasa disebut dengan personal branding.

Hari ini personal branding sangat penting. Karena tanpa mem-branding diri, tidak akan dikenal banyak orang. Oleh karena itu hal ini membutuhkan proses. Semakin mengekspos keberadaan mereka, pada saatnya akan kebanjiran tawaran jika menurutnya dalam konteks marketing. 

Segala sesuatu menurutnya membutuhkan waktu. Agar branding terkenal, para Content Creator lebih banyak mengekspos dirinya.

Baca juga: Pemprov NTT Dukung Tekad Presiden Terkait Upaya Hilirisasi Kekayaan Laut

Agar ekonomi kreatif ini bisa berjalan dengan baik antara pekerja kreatif dan pemerintah, hal paling penting dilakukan adalah kolaborasi.

Sebagai contoh, Pemerintah Kota Kupang bekerjasama dengan 33 media massa terdiri dari 30 media online dan 3 media cetak. Dengan maksud, supaya pekerja media juga hidup dan mempunyai kewajiban untuk mengekspos  pemberitaan agar masyarakat di luar Kupang bisa baca.

Jika saja kantor-kantor pemerintah melakukan hal yang sama, misalnya Dinas Pariwisata Kota Kupang dan Provinsi NTT melakukan kerjasama dengan beberapa grup Content Creator yang ada di NTT dan Dinas lain melakukan hal yang sama.

Hal ini dalam ekonomi dinamakan Trickle Down Effect yaitu efek menetas ke bawah yang menjelaskan tentang kebijakan ekonomi yang berfokus pada pemilik modal, lalu dengan sendirinya menetes ke bawah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata. 

Hanya saja menurutnya, cara berpikir Kepala Dinas dan Birokrat di NTT berbeda dengan pihak swasta. Karena pemerintah pakai uang negara yang penggunaan harus hati-hati sedangkan pihak swasta memakai uang sendiri. Tetapi hal ini sebetulnya tidak menjadi penghalang, yang terpenting dikerjakan sesuai regulasi yang ada.

Oleh karena itu, Ia menyarankan pemerintah agar jangan memakai kacamata kuda agar bisa memakai semua kesempatan yang ada. Karena ini juga bisa menghidupkan para Content Creator.

Sederhananya, jika terdapat 1000 pekerja content creator group di NTT dan tidak ada satupun yang dipakai atau berkolaborasi dengan pemerintah maka akan ditutup atau bubar dan fokus ke bisnis lain.

Ia juga menilai bahwa ada satu kelemahan para content creator di NTT kadang bekerja setengah-setengah berbeda dengan content creator di tempat lain sehingga ketika ditawar, produk mereka konsumen beli dan konsumen.

Kemudian para content creator disarankan untuk totalitas dalam mengekspos kreativitas yang ada. Supaya menyadarkan masyarakat bahwa conten creator NTT juga memiliki kualitas yang baik tanpa harus mendatangkan content creator dari luar.

Ia tidak menampik, jika kadang personaliti juga mempengaruhi orang lain akan berpikir untuk invest uang banyak dalam membuat content atau berkarya lainnya.(dhe)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved