Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Minggu 5 Februari 2023, Terang

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Terang.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - RP. Steph Tupeng Witin SVD menulis Renungan Harian Katolik untuk hari Minggu 5 Februari 2023 dengan judul Terang. 

Artinya, rumah itu tidak dapat diterangi. Gelap gulita. Kalau gantang itu dibalik dan dijadikan sebagai kaki dian, terang itu bercahaya lagi dalam rumah sederhana orang-orang Palestina yang kala itu cuma mempunyai satu ruangan.

Terang seperti ini tidak bisa untuk tidak kelihatan, seperti juga sebuah kota yang terletak di atas bukit (Mat 5:14b) tidak bisa untuk tidak kelihatan.

Orang-orang Eseni di Qumran menamakan diri “anak-anak terang”, tetapi mereka hidup suci-suci sendiri dalam gua-gua; tidak bedanya dengan pelita yang ditutup gantang.

Kesucian yang dibangun dan mendekam di ruang hampa dikelilingi tembok tebal tak ada gunanya.

Sebaliknya, murid Kristus harus membawa terang ke tengah dunia. Mereka harus menggenapi nubuat Hamba Yahwe: membawa terang kepada bangsa-bangsa (Yes 42:6; 49:6).

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Mat 5:16).

Terang pertama-tama mengacu pada “melakukan perbuatan baik” (Mat 5:16). Orang yang tidak melakukan perbuatan baik itu seperti pelita yang tersembunyi di bawah gantang.

Mereka yang melakukan perbuatan baik hanya akan menjadi terang apabila mereka melakukannya dengan tulus untuk memuliakan Allah dan membahagiakan sesama manusia.

Hal ini bertentangan dengan mereka yang bersaksi sebagai terang dunia, tetapi hanya mau bersih-bersih sendiri atau murni-murni sendiri seperti orang-orang Eseni.

Kemuridan tercermin pada kesaksian menurut perintah Yesus: melayani orang lain. Tanpa pelayanan, tidak ada kemuridan sejati.

Istilah “perbuatan-perbuatan baik” ini diambil dari istilah-istilah keagamaan Yudaisme yang mencakup pemberian derma, hospitalitas atau keramahtamahan dan karya amal.

Matius memperluas pengertian itu sebagai “totalitas tindak-tanduk Kristiani”, sebuah cara hidup yang otentik, sebagai kelanjutan dari ‘Khotbah di Bukit’yaitu hidup sebagai sebuah kesaksian Kristiani yang murni demi kemuliaan Tuhan.

Menurut St Fransiskus dari Assisi: satu sinar matahari sudah cukup untuk mengusir banyak bayangan. Dunia ini memiliki satu-satunya harapan yaitu melihat Allah seperti apa adanya Dia melalui kesaksian hidup orang-orang yang mempunyai komitmen Kristiani, murid-murid Kristus.

Orang-orang miskin seperti disebutkan dalam ‘Sabda-sabda bahagia’ adalah “garam bumi dan “terang dunia” bagi kita yang masih berziarah di dunia ini.

Mungkin kita butuh sedikit keberanian untuk menjadikan hidup kita terang bagi orang lain dan garam agar hidup dunia tidak membusuk dalam gerak zaman.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved