Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 1 November 2025, "Bahagia Dalam Paradoks"

Mereka yang suci hati, tidak tipu-tipu untuk memperkaya diri, hidup taat dan jujur pasti dicap sok suci. Orang bawa damai: hindari konflik

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Fransiskus Funan Banusu SVD 

Renungan Harian KatoliK
Sabtu 1 November 2025
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
Hari Raya Semua Orang Kudus
(Why 7:2-4.9-14; Mzm 24:1-2.2-4ab.5-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a)

"BAHAGIA DALAM PARADOKS"

"Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela, dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat, bersukacitalah dan bergembiralah, karena ganjaranmu besar di Surga." (Mat 5:11-12).

Bahagia dalam paradoks mengacu pada konsep bahagia dalam ajaran Yesus, terutama dalam Sabda Bahagia. Pandangan Yesus tentang bahagia atau berbahagia sangat kontras dengan konsep dunia tentang kebahagiaan itu.

Ajaran Yesus dalam Sabda Bahagia kontras bahkan amat sangat mengejutkan dunia. Mana mungkin seseorang hidup miskin, teraniaya, dicela, difitnah, berdukacita disapa berbahagia. Orang-orang yang mengalami nasib demikian spontas disebut bernasib malang, kehilangan berkat dan ketiadaan rahmat. 

Mereka yang suci hati, tidak tipu-tipu untuk memperkaya diri, hidup taat dan jujur pasti dicap sok suci. Orang bawa damai: hindari konflik, kekerasan baik fisik maupun verbal, ditolak dengan alasan, mereka bisa urus dirinya tanpa campur tangan siapa pun. Kekhaosan dalam lingkup hidup kecil (keluarga-keluarga, kompok-kelomlok kecil) sampai situasi sosial yang luas dalam skala yang lebih besar, orang saling membenci, dendam, saling tuding, lalu iblis provokasi untuk berhantam hingga korban baik matetial maupun fisik tak bisa dihindari.

Ajaran Yesus itu tujuannya untuk kebahahagiaan sejati dan bukan bersenang-senang semu. Bahahgia murahan itu cara menggapainya juga mudah, cukup dengan trik-trik palsu saja, Anda sudah menikmatinya, namun efek buruk berlanjut yang tak terpikirkan itulah yang akan menyiksa batin seterusnya. 

Nilai bahagia bagi dunia diukur dengan kekayaan, kekuasaan dan kesenangan duniawi. Setan tampaknya sukses besar, goda manusia dalam model hidup seperti ini. Sebab setan pernah gagal total dalam menawarkan cara hidup seperti itu yakni kemuliaan dan pesona dunia kepada Yesus (harta, kuasa, jabatan,  dan kenikmatan duniawi).

Cara setan hanya mengelabui mata merusak hati nurani untuk menggolkan hukuman berat dan siksaan berkepanjangan kelak. 

Kita belajar dari Yesus yang datang sebagai Anak Allah, Ia memiliki segala sesuatu seperti Bapa-Nya. Ia memilih cara hidup miskin. Semangat yang Yesus tampilkan kepada kita ialah semangat hidup kekosongan (spiritualitas kenosis). 

Yesus mengajar tentang hidup bahagia dengan cara hidup yang tidak biasa bagi manusia, bertolak dari apa yang Yesus sudah hayati dalam hidup-Nya. 

Yesus menawarkan kisi-kisi hidup bahagia atau instruksi cara hidup untuk menggapai apa yang disebut berbahagia. Hidup dengan cara miskin di hadapan Allah, bawa damai supaya disebut sebagai anak-anak Allah.

Disiksa, dianiaya dan dicela karena ikut Yesus dan kebenaran mendapat ganjaran besar di Surga. Tawaran cara hidup untuk berbahagia seperti itu memang tampak konyol bagi manusia dan dunia, namun agung dan mulia di mata Tuhan. 

Hati suci, jujur sudah terkontaminasi dengan gaya hidup mondial, mafia-mafia jahat untuk kesenangan semu. Bahagia palsu - semu membutakan mata hati manusia untuk melihat Allah. Orang mengutuk cara hidup susah, berjuang, ia mau cepat menggapai segala sesuatu dengan cara instan, jika mau cepat kaya, ya korupsi saja, harap upah kerja, tidak mungkin kaya. 

Lemah lembut untuk memiliki bumi. Bumi ibu kita, rumah kita bersama, sekarang ini diperlakukan secara kejam untuk memenuhi keinginan daging manusia yang tak terukur.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved